Pemprov Jabar telah meniup peluit untuk membangun Bandara Internasional Kertajati (BIK) di Majalengka serta Badan Pembangunan dan Pengelolaan Bandara Internasional Jawa Barat (BPPBIJB/WJIADB) telah ditetapkan sebagai “lokomotif” di lapangan yang akan membawa kegiatannya.
Ada indikasi, sebagian besar tanah di lokasi calon bandara itu telah dikuasai/dimiliki seorang penting dan kaya. Hal ini mengakibatkan para (calon) investor enggan, bahkan takut untuk membebaskan tanah karena dikhawatirkan akan menuai persoalan yang cukup rumit. Dari publikasi resmi (WJIADB) yang ada, diperoleh informasi bahwa pembangunan bandara memerlukan tanah seluas kurang lebih 1.800 ha. Sedangkan untuk mendukung bandara ini disiapkan perencanaan fasilitas pendukung seperti pemukiman, usaha, rekreasi, ruang terbuka hijau dan lainnya kira-kira seluas 3.500 ha.
Karena itu, langkah kemudian yang ditempuh rupanya tidak hanya membangun “bandara”, tapi meningkatkan menjadi rencana pembangunan sebuah kota baru yang dinamakan “Kertajati Aerocity” yang kemudian dipromosikan sebagai International Airrport City (Kota Bandara Internasional Kertajati-Pemprov Jabar). Untuk membangun KBIK, Pemprov Jabar telah menghitung 4.596 bangunan (rumah penduduk, sekolah, kanto,dll) dan sekitar 15.400 penduduk dari 10 Desa harus dipindahkan. Hal lain yang menarik adalah optimisme. Pada tahun anggaran 2006 Pemprov dan DPRD Jabarr di dalam perubahan anggaran tahun 2006 mengalokasikan anggaran sebesar Rp.180 miliar untuk pembebasan tanah seluas 900 hektare. Jumlah yang sama akan dialokasikan pada tahun anggaran 2007, sehingga pada tahun 2007 ini kebutuhan tanah seluas 1.800 ha untuk fasilitas bandara saja akan terpenuhi.
Dipehitungkan (2006) dalam 5 tahun mendatang Bnadara Sukarno-Hatta akan mengalami kepadatan peumpang (overloaded), sementara Bandara Husein Sastranegara tidak mungkin lagi dipeluas. Maka mulai 2010 nanti, Bandara Internasional Kertajati ditargetkan bisa dipergunakan dan akan mampu melayani kebutuhan fasilitas penerbangan secara internasional. Secara keseluruhan BIK diprogramkan akan beperan sebagai moda transportasi udara untuk mendukung kegiatan usaha ekonomi dan perdagangan regional Jawa Barat. Dari segi pelayanan penumpang BIK diprediksi pada tahun pertama peranannya (2010) akan mampu melayani 6,4 juta penumpang baik domestik maupun internasional.
Apakah banadara seperti ini yang akan dibangun (pembangunan bandara makassar) yang merupakan bandara penghubung Jakarta dengan kota-kota lainnya di wilayah timur (ke Meando, Ambon, Terante dan Manokwari dan Jayapura)
Sesuai Harian Bisnis Indonesia tanggal 19 Februari 2009, Pemerintah provinsi meminta kepada Pemerintah Kabupaten Majalengka mempercepat pembebasan lahan untuk Bandara Ketajati. Wakil Gubernur Jawa Barat Yusu Macan Efendi mengharapkan pembebasan lahan untuk bandara internasional itu berjalan lancar untuk memudahkan proses selanjutnya, yaitu menjaring investor dan dana pembangunan dari Pemerintah Pusat.
Dia mengatakan pembebasan lahan tahap pertama seluas 530 hektar untuk landasan pacu pesawat. Banyak calon investor dari dalam dan luar negeri yang menunggu proses pembebasan lahan itu karena sesuai dengan Perpres No.67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, proses kerjasama harus menunggu pembebasan lahan yang prosesnya terus berjalan. Ditargetkan pembebasan lahan selesai 2010, dan pembangunannya dimulai 2011. Komplek Bandara Internasional Kertajati membutuhkan lahan 5.000 hektare, yang terbagi sebanyak 1.800 hektar untuk komplek bandara, sedangkan sisanya untuk pembangunan kota baru Aero City.
Disisi lain, pengusaha pengangkutan peti kemas (trucking) di Bandung berharap pemerintah segera merampungkan pembangunan Bandara Kertajati untuk mempercepat proses pengiriman kargo melalui pesawat udara dengan pertimbangan kecepatan waktu.
Sumber : Harian Bisnis Indonesia tanggal 19 Februari 2009, dan http://klipingcliping.wordpress.com
Berita lanjutan : Perkembangan pembangunan Bandara Kertajati (lanjutan)