Dikemas
oleh Isamas54
Akibat
pemanasan global es kutub mencair sehingga dapat meninggikan permukaan air laut
dan dapat menenggelamkan beberapa kota.
Bagaimana dengan berbagai pendapat dan hasil penelitian?
Saat
ini Bumi menghadapi permasalahan lingkungan hidup yang cukup pelik, hal ini
berujung pada perubahan pola iklim yang tidak menentu serta kondisi bumi yang
semakin panas. Pemanasan global ini
antara lain menyebabkan percepatan laju penipisan lapisan es laut, dimana hal
ini menjadi faktor yang sangat menentukan dalam perubahan cuaca.
Data dan Batasan (minimal dalam tulisa ini)
Pemanasan
global terjadi karena
terperangkapnya panas matahari di atmosfer bumi yang mengandung sejumlah gas
(gas rumah kaca) secara berlebihan.
Emisi
gas rumah kaca terjadi antara
lain akibat ulah manusia, melalui aktivitasnya yang memompa CO2 ke atmosfer
bumi, seperti knalpot mobil dan sepeda motor, melalui peralatan elektronik
rumah dan kantor, cerobong pabrik dan industri, dan lain sebagainya.
Es
di Kutub Utara (Arktik) dan Kutub Selatan (Antartika) membentuk 10% dari seluruh permukaan Bumi, artinya
Bumi berisi 5 juta mil kubik air beku.
Kutub Selatan yang mengandalkan Benua Antartika memiliki kandungan air
terbesar, yakni sekitar 80% dari total semua es di Planet Bumi ini.
Suhu
Bumi meningkat sekitar
setengah derajat Celcius dibandingkan seabad lalu, hal ini dapat menyebabkan
permukaan air laut naik sekitar 7 inci (menurut Badan Pemelihara Lingkungan
AS).
Sejak tahun
1992, lapisan es yang mengambang di barat Kutub Selatan telah meleleh karena
pemanasan global, bahkan National
Geographic melaporkan bahwa Kutub Selatan telah kehilangan 65 juta meter
kubik setiap tahunnya.
Luas
es Kutub Utara (Arktik) di
musim panas 2012 menyusut menjadi jadi 4,21 juta km2 sehingga tercatat sebagai
yang terkecil sejak pengamatan satelit dimulai pada 1979, sedangkan luas es
terkecil sebelumnya di wilayah tersebut adalah 4,25 juta km2 yang terjadi pada
24 September 2007.
Bagaimana
jika semua es beku yang ada di kedua kutub mencair?
Mencairnya
es di kedua kutub dapat menyebabkan permukaan air laut naik setinggi 216 meter,
melahap kota dan bahkan negara-negara serta mengubah bentuk seluruh benua dan
memusnahkan seluruh populasi. Para
ilmuwan percaya hal itu bisa memakan waktu sekitar 5.000 tahun untuk melelehkan
semua es di planet ini dikarenakan kenaikan suhu yang sangat signifikan. Tanda-tanda itu sudah dapat dilihat sekarang,
dimana pemanasan global mempercepat melelehnya lapisan es di daerah Kutub.
Berikut
beberapa kejadian, penelitian dan pendapat mengenai es kutub mencairnya es
kutub
(1). Es kutub utara (Arktik)
Suhu
di lautan Arktika yang membentang antara Greenland dan Alaska telah naik 5
derajat Celcius sejak tahun 1950. Akibatnya, dalam satu tahun rata-rata lapisan
es di Arktika menyusut 1,4 juta kilometer persegi. Demikian hasil studi para meteorology pada
Free University Berlin (Kompas, 1994).
Jika temperatur terus meningkat maka lapisan es di kutub itu akan
mencair ke laut. Akibatnya, kota-kota di Eropa termasuk London di Inggris dan
Venesia di Italia akan hilang terendam air laut. Bahkan seluruh negara Belanda
dan Denmark dipastikan akan tenggelam.
(1.2). Penyusutan tingkat terendah (2012)
Volume
es di Arktik sangat penting karena wilayah ini berpotensi besar mempengaruhi
cuaca global.
Peneliti
Amerika Serikat (AS) memperingatkan kini (2012) wilayah permukaan es telah
menyusut hingga tingkat terendah sejak pertama kali pencatatan dilakukan (Media
Indonesia, 21/9/2012). Secara
keseluruhan, penyusutan gugusan es Arktik terjadi di musim panas 2012 lebih
awal (10 hari-2 minggu) dari biasanya cepat dari yang diproyeksikan, hal ini
kemungkinan dipicu oleh aktivitas manusia, terutama karena efek perangkap panas
gas rumah kaca, temasuk karbondioksida.
Sebagian dampak dari mencairnya es Arktik di tahun 2012 adalah
terjadinya cuaca panas dan kekeringan di belahan bumi utara, terutama di
Amerika Serikat. (teknologi.news.viva.co.id 2012/08/21)
The
National Snow and Ice Data Center (NSIDC) mengatakan gambar satelit menunjukkan
sampai 16 September 2012 es sudah mencair hingga tersisa 3,4 juta km2. Hal ini
merupakan lapisan Kutub Utara terkecil sejak pencatatan yang dimulai 1979 lalu. Dalam dua minggu terakhir, lapisan es yang
mencair mencapai 517 ribu km2, ini merupakan angka yang sangat besar untuk
pelelehan pada akhir musim panas. Gejala
ini mengindikasikan betapa tipisnya lapisan es yang ada di Kutub Utara saat ini
(2012).
Permukaan
es telah menyusut pada 2007 sampai dengan 22%, namun pada musim panas 2012 es
yang mencair lebih luas.
Ini
merupakan kerusakan yang tertinggi.
(1.3). Susut
menjadi 4,21 juta km2
Data
mengenai perkembangan luasan es di Kutub, sesuai laporan Badan Eksplorasi
Antariksa Jepang/JAXA (2012), seperti dalam
antaranews.com (2012/08/27) adalah
sebagai berikut :
(1.3.1). Musim panas 2012 menyebabkan luas es di Kutub Utara (Arktik) menyusut jadi 4,21 juta kilometer persegi sehingga tercatat sebagai yang terkecil sejak pengamatan satelit dimulai pada 1979, sedangkan luas es terkecil di wilayah tersebut adalah 4,25 juta kilometer persegi pada 24 September 2007.
(1.3.1). Musim panas 2012 menyebabkan luas es di Kutub Utara (Arktik) menyusut jadi 4,21 juta kilometer persegi sehingga tercatat sebagai yang terkecil sejak pengamatan satelit dimulai pada 1979, sedangkan luas es terkecil di wilayah tersebut adalah 4,25 juta kilometer persegi pada 24 September 2007.
(1.3.2). Luas es yang mengapung di laut akan terus
berkurang hingga pertengahan September 2012.
Hal ini sesuai dengan laporan dari Organisasi Meteorologi Dunia (pada
Maret 2012) yang menyebutkan bahwa penyusutan tersebut terjadi akibat dari suhu
yang menghangat secara tidak normal pada 2011.
(1.4). Data lain
(1.4). Data lain
Pusat
Data Es dan Salju Nasional Amerika Serikat (NSIDC) secara terpisah melaporkan :
(1.4.1). Jumlah luas es di kawasan Kutub Utara
tercatat lebih sedikit dari 2007. Namun,
luas yang ada pada saat ini masih lebih lebar ketimbang catatan es terkecil
sepanjang masa, yakni 4,17 juta kilometer yang terjadi pada 16 September 2007.
(1.4.2). Lonjakan penyusutan es dalam beberapa hari pada awal Agustus 2012 hampir mendekati 200.000 kilometer persegi per hari dari sebelumnya sekitar 100.000 kilometer persegi per harinya pada beberapa bulan terakhir yang bersamaan dengan badai besar di Samudera Kutub Utara (Arctic), dimana pergerakan sirkulasi di atmosfer yang cepat menjadi faktor yang menyebabkan penyusutan luas es.
(1.4.3). Sirkulasi yang cepat di Kutub Utara telah terjadi sejak lama, dan menyebabkan pergerakan es dari Samudera Kutub Utara menuju Samudera Atlantik menjadi lebih cepat ketimbang biasanya.
(1.4.2). Lonjakan penyusutan es dalam beberapa hari pada awal Agustus 2012 hampir mendekati 200.000 kilometer persegi per hari dari sebelumnya sekitar 100.000 kilometer persegi per harinya pada beberapa bulan terakhir yang bersamaan dengan badai besar di Samudera Kutub Utara (Arctic), dimana pergerakan sirkulasi di atmosfer yang cepat menjadi faktor yang menyebabkan penyusutan luas es.
(1.4.3). Sirkulasi yang cepat di Kutub Utara telah terjadi sejak lama, dan menyebabkan pergerakan es dari Samudera Kutub Utara menuju Samudera Atlantik menjadi lebih cepat ketimbang biasanya.
(2). Kutub Selatan (Antartika)
Semenanjung
Antartika akan mencair beberapa puluh tahun lagi jika pemanasan global terus
berlangsung seperti sekarang. Ujung Antartika yang mengarah ke wilayah Amerika
Selatan menjadi target penelitian ahli iklim karena memanas lebih cepat dari
bagian lain di dunia. "Jika
pemanasan berlanjut, lapisan es di selatan ujung semenanjung yang stabil sejak
zaman es akan mencair beberapa puluh tahun lagi," kata Robert Mulvaney,
peneliti dari British Antarctic Survey (BAS) (22/8/2012) di Oslo-Norwegia.
(2.2). Naik dua derajat.
Berdasarkan
penelitian, setelah mendingin beberapa abad, suhu di wilayah Antartika naik
perlahan sejak sekitar 600 tahun lalu. Namun, dalam 50 tahun terakhir terjadi
kenaikan drastis, yaitu 2 derajat celsius.
Kenaikan sebelumnya terjadi bertahap, 0,2 derajat celsius dalam 100
tahun dimana pemanasan berlangsung secara eksponensial. Kenaikan tajam terjadi
pada 100 tahun terakhir, mencapai 1,5 derajat celsius. Hasil penelitian dimuat
pada jurnal ilmiah The Nature (2012).
Penelitian
dilakukan dengan mengebor 364 meter lapisan es di Pulau James Ross di
Semenanjung Antartika. Potongan es itu diteliti empat tahun di beberapa
laboratorium di Eropa. Itu untuk mencari penanda pergeseran iklim dalam 15.000
tahun.
Catatan
kenaikan temperatur tersebut "konsisten dengan pendapat, pemanasan yang
lebih cepat akibat aktivitas manusia dibandingkan pemanasan yang berlangsung
lambat sebelumnya".
Lapisan
es di Antartika menempel pada garis pantai Antartika Beberapa tahun terakhir
lapisan es berukuran besar telah terpisah dari garis pantai. Hal itu, menurut
para ahli, disebabkan aliran arus naik yang hangat dari Laut Selatan.
(3). Komentar dan pendapat
Berikut
beberapa pendapat dan komentar …….
(3.1). Kebalikannya
Saat
lapisan es di kutub selatan (Antartika) dilaporkan meleleh, ternyata kutub es
di utara (Arktik) seakan tak terpengaruh, bahkan kebalikannya bertambah luas dan mencapai rekor lautan es
Antartika seluas 7.510.000 mil persegi pada September (2012), itu terjadi
beberapa hari setelah peristiwa mencairnya lapisan es Kutub Utara yang tercatat
paling tinggi dalam sejarah.
Sementara
di Pegunungan Himalaya yang juga rentan, penelitian menggunakan gelombang
laser dan satelit NASA sejak 2003 mendapati hasil, lapisan es bagian selatan --
termasuk Nepal dan Butan -- menipis. Di utara daerah Karakoram, menurut peneliti
dari University of Oslo, Andreas Kaab, tak berubah. Bahkan ada indikasi
menebal.
(3.2). Tidak mengalami pemanasan
Dengan
melihat fakta di Antartika (2012) maka para penolak perubahan iklim menyatakan
bahwa dunia tidak mengalami pemanasan. Sebaliknya, para ilmuwan mengatakan itu
pendapat yang salah dalam mengartikan kejadian tersebut bahwa ‘pemanasan dunia
dapat memiliki konsekuensi yang kompleks dan kadang-kadang mengejutkan’. (Media Indonesia, 12/10/2012)
(3.3). Berbagai factor
Badan
Pemelihara Lingkungan Amerika Serikat mengatakan pengurangan es secara
keseluruhan dapat dipengaruhi dari beberapa faktor, termasuk efek rumah kaca
yang dapat meningkatkan suhu global. “Jika kita membakar pasokan semua batu
bara, minyak, dan gas di Bumi maka akan menambahkan sekitar 5 triliun ton
lebih karbon ke atmosfer , kita akan membuat planet ini panas dengan suhu
rata-rata mencapai 80 derajat Fahrenheit, bukan seperti sekarang yang hanya 58
derajad Fahrenheit . Suhu itu mungkin menjadi terlalu panas untuk manusia,”
ujar perwakilan National Geographic.
Satu-satunya
daerah yang akan bertahan ketika es di kedua Kutub mencair adalah pegunungan
yang membentang di sepanjang pantai Karibia dan Amerika Tengah.
(3.4). Pemanasan
Laut
Penyusutan
drastis lapisan es di Samudra Kutub Utara dari 1997 sampai 1998, dipicu oleh
oleh arus air hangat ke daerah itu dari Samudra Pasifik, bukan akibat dampak
atmosfir sebagaimana yang diperkirakan sebelumnya. Air hangat itu juga menjadi alasan mengapa
lapisan es tak kembali ke tingkat sebelumnya.
Demikian menurut sekelompok peneliti dari Lembaga Teknologi dan Sains
Marinir-Bumi Jepang (JAMSTEC) di Yokosuka, Prefektur Kanagawa (8/6/2006).
Koji
Shimada dari JAMSTEC, wakil ketua kelompok tersebut, mengatakan penyusutan
terjadi sangat parah di sisi Pasifik, Samudra Kutub Utara. Rasio daerah di
Samudra tersebut yang ditutupi lapisan es selama musim panas berjumlah sekitar
60-80% dari 1980-an sampai pertengahan 1990-an, tapi jumlah itu turun jadi
15-30% setelah 1998.
Para
ilmuwan mulanya percaya bahwa perubahan dalam pembagian tekanan atmosfir
mendorong makin banyak lapisan es ke Samudra Kutub Utara, tapi yang lain
mempertanyakan teori tersebut karena lapisan es tak pernah bertambah bahkan
setelah pembagian atmosfir mengalami perubahan sejak itu.
Kelompok
tersebut menyatakan temperatur air di Samudra Kutub Utara di pantai Alaska
utara naik sekitar 4 derajat Celsius dari tahun sebelumnya, selama priode
Agustus-Desember 1997, sekitar masa yang sama dengan ketika lapisan es menyusut
drastis. Air dari Samudra Pasifik memanas di bagian timur Laut Bering, akibat
terjadinya fenomena El Nino saat itu, kata kelompok tersebut.
Merka
menyimpulkan : (a). bahwa arus air
hangat tersebut merupakan penyebab penyusutan lapisan es karena itu hanya
menjadi bukti di daerah tempat air laut yang hangat mengalir masuk. (b).
Segera setelah lapisan es menyusut, peristiwa tersebut akan menambah
kuat arus laut yang membawa air hangat Pasifik ke bagian tengah Semudra Kutub
Utara, sehingga memperpanjang keadaan yang menambah sulit pembentukan lapisan
es. Karena itu lah, jumlah lapisan es belum pulih sampai sekarang, kata
kelompok tersebut.
"Selama
lapisan es tak pulih, keadaan itu akan mengubah pembagian tekanan atmosfir di
atasnya, dan takkan membawa udara dingin bahkan pada musim dingin, kejadian
yang mungkin berdampak pada cuaca di Jepang," kata Shimada.
(3.5). Bisa
naik satu meter
Kenaikan
permukaan laut selama abad ini bisa sampai antara 70 cm sampai 1,2 meter pada
tahun 2100 jika emisi gas rumah kaca tidak dikurangi, demikian menurut
perkiraan tim ilmuwan yang menyurvei peningkatan muka air laut. Diperkirakan pada
2300 rata-rata kenaikan permukaan laut bisa mencapai 200-300 cm jika tidak ada
mitigasi emisi.
Sebaliknya,
dengan adanya pengurangan emisi yang kuat, para ahli meramalkan kenaikan air
laut hanya akan mencapai 40-60 cm tahun 2100 dan 60-100 cm pada 2300. Demikian menurut 90 ahli dari AS dan Jerman
yang terlibat dalam survei peningkatan muka laut. (antaranews.com 2013/11/23)
"Hasil
skenario dengan mitigasi iklim menunjukkan peluang bagus untuk membatasi
kenaikan muka laut menjadi satu meter,", "Skenario emisi tinggi akan
mengancam keberlangsungan kota-kota tepi pantai dan pulau-pulau di dataran
rendah," kata Stefan
Rahmstorf dari Postdam Institute for Climate Impact Research seperti
diberitakan laman Science Daily (2013).
(3.6). Belum pasti
(3.6). Belum pasti
Meski
demikian proyeksi kenaikan permukaan air laut tersebut masih diliputi
ketidakpastian karena proses fisik yang menyebabkan kenaikan itu kompleks. Proses itu mencakup perluasan air laut ketika
menghangat, melelehnya gunung gletser dan tudung es dan dua lapisan es luas di
Greenland dan Antartika, serta pemompaan air tanah untuk irigasi. Pendekatan pemodelan yang berbeda akan
memberikan hasil yang jauh berbeda dalam memperkirakan kenaikan permukaan air
laut.
Laporan The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang terbaru telah merevisi proyeksinya menjadi lebih dari 60% dibandingkan dengan laporan yang diterbitkan tahun 2007.
Penilaian kenaikan permukaan air laut yang dilakukan kelompok ilmuwan lain bahkan menghasilkan proyeksi yang lebih tinggi. Kenaikan permukaan air laut yang diukur menggunakan satelit selama dua dekade lebih juga telah melampaui ekspektasi awal.
"Penting untuk mengetahui apa yang dipikirkan komunitas ahli tentang kenaikan muka air laut dan kami membuatnya transparan untuk publik,", "Kami melaporkan perolehan terbesar tentang kenaikan permukaan air laut masa depan dari para ahli terpilih dari 18 negara," kata penulis utama studi, Benjamin Horton, dari Institute of Marine and Coastal Sciences di Rutgers University, New Jersey-AS (2013).
(3.5). Data hasil survei
Laporan The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang terbaru telah merevisi proyeksinya menjadi lebih dari 60% dibandingkan dengan laporan yang diterbitkan tahun 2007.
Penilaian kenaikan permukaan air laut yang dilakukan kelompok ilmuwan lain bahkan menghasilkan proyeksi yang lebih tinggi. Kenaikan permukaan air laut yang diukur menggunakan satelit selama dua dekade lebih juga telah melampaui ekspektasi awal.
"Penting untuk mengetahui apa yang dipikirkan komunitas ahli tentang kenaikan muka air laut dan kami membuatnya transparan untuk publik,", "Kami melaporkan perolehan terbesar tentang kenaikan permukaan air laut masa depan dari para ahli terpilih dari 18 negara," kata penulis utama studi, Benjamin Horton, dari Institute of Marine and Coastal Sciences di Rutgers University, New Jersey-AS (2013).
(3.5). Data hasil survei
Kebanyakan
ahli memperkirakan angka kenaikan yang lebih besar dari estimasi terkini IPCC
sekitar 28-98 cm pada 2100. Dua per
tiga responden memperkirakan ramalan kenaikan air laut lebih tinggi dari
perkiraan IPCC, mengonfirmasi bahwa laporan IPCC cenderung konservatif dalam
penilaian mereka. Tanpa mitigasi emisi,
51% ahli berpendapat permukaan laut akan naik 1,5 meter atau lebih, 27%
memperkirakan kenaikan dua meter atau lebih, dan 58% menjawab laut akan naik empat meter pada 2300.
"Secara keseluruhan, hasil survei pada para ahli maupun laporan IPCC menggambarkan risiko kenaikan suhu akibat ketiadaan mitigasi emisi bisa menyebabkan kenaikan permukaan laut multi-meter dalam jangka panjang," kata Rahmstorf.
"Secara keseluruhan, hasil survei pada para ahli maupun laporan IPCC menggambarkan risiko kenaikan suhu akibat ketiadaan mitigasi emisi bisa menyebabkan kenaikan permukaan laut multi-meter dalam jangka panjang," kata Rahmstorf.
Bingung Nikh!, bagaimana nasib kami?
Keterangan
gambar : diambil dari internet
Sumber bacaan
a.l : antaranews.com 2013/11/23;
merdeka.com 2006/06/08; republika.co.id 2012/08/27;
solopos.com/2013/11/08; Media Indonesia (21/9 & 12/10/2012); Kompas 24/8/2012).
10 kesalahfahaman tentang pemanasan global (lihat topik/label 'kutub')
Es kutub dan kehidupan (lihat topik/label 'kutub')
Gunung es dan bobot mati kapal (lihat topik/label 'kutub')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar