Senin, 07 Oktober 2013

Toilet (1) : Cerminan Budaya Bangsa



Dikemas oleh : Isamas54
Toilet adalah merupakan bagian dari rumah atau bangunan yang dalam perkembangannya dapat dijadikan sebagai salah satu cerminan budaya dari suatu bangsa.

Arti lain dari toilet adalah WC (Inggris : water closet), kamar kecil (Ind : untuk memperhalus arti), tempat buang hajat atau kakus (tanpa perlengkapan urinor khusus), dengan fungsi utama adalah tempat pembuangan kotoran/tinja atau buang air besar (BAB) dan air seni atau buang air kecil (BAK).

Data dan pengertian
Hari Toilet sedunia diperingati setiap tanggal 19 Nopember. 
ATI (Asosiasi Toilet Indonesia) adalah merupakan organisasi perkumpulan asosiasi toilet di Indonesia
Di Indonesia baru 55% penduduknya yang dapat menikmati sanitasi sehat.  Sekitar 100 juta penduduk Indonesia belum memiliki akses sanitasi yang baik, 63 juta masih melakukan praktik buang air besar sembarangan di sungai, danau, laut, dan daratan. (Badan Pusat Statistik, 7/2013)
Masalah toilet ini sangat penting sehingga sering dilakukan pembahasan secara khusus misalnya konferensi pers World Toilet Summit 2013 di Jakarta (22/7/2013) dan di Solo (2-4/10/2013), karena sanitasi yang tidak sehat berpotensi menimbulkan berbagai penyakit.
Kerugian akibat sanitasi buruk setiap tahunnya berkisar Rp 58 triliun atau sekitar 2,3% dari Pendapatan Domesik Bruto (PDB). (Kementerian Pekerjaan Umum, 2013)

Sejarah dan perkembangannya
Toilet Kuno dan abad pertengahan
‘Toilet’ tentunya sudah ada sejak manusia ada menghuni bumi, sedangkan yang sudah mengarah pada bentuk ‘bangunan’ telah telah ditemukan sejak 2800 SM yaitu pada peradaban kuno Mohenjo Daro (sejak tahun 1980 telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO).  Toilet kuno tersebut menggunakan air yang mengalir -- untuk membersihkan limbah fases --  di setiap rumah yang terkait dengan saluran yang ditutupi dengan batu bata dari tanah liat yang dibakar. Sedangkan toiletnya sendiri terbuat dari batu bata dengan kursi kayu di atas, sangat mirip dengan toilet jaman sekarang.  Selain di Mohenjo Daro, juga bisa ditemui di beberapa situs arkeologi di Cina dan Romawi.
Pada tahun 1596 (Abad Pertengahan), John Harrington menemukan toilet pembilasan dengan disertai tadah limbah yang dibuat di dalam tanah yang disalurkan dari pipa. Penemuan ini didasarkan atas fakta keadaan penduduk London yang ketika itu lebih suka membuang hajat mereka ke luar rumah sehingga banyak yang meninggal akibat penyakit kolera. Dengan membuat toilet yang disertai dengan saluran pembuangannya yang tepat, setidaknya dapat mengurangi penyebaran wabah kolera.
Hingga abad 19, tentang toilet yang sehat masih menjadi bahasan utama oleh para ahli kesehatan yang salah satunya menentukan sistem pembangunan jaringan limbah yang baik.
Di masa modern
Di masa sekarang toilet bukan hal yang tabu untuk diperbincangkan bahkan sekarang soal kenyamanan saat berada dalam toilet menjadi salah satu fokus utama yang terpenting.
Dilihat dari segi perkembangan dan bentuk fisiknya yaitu dari yang paling sederhana,  seperti cukup landing langsung di atas tanah (kebun, lading, pantai), di atas atau langsung di dalam sungai dengan penghalang dari mulai yang sederhana sampai yang sifatnya permanen, atau bahkan toilet kelas ‘bintang tiga seperti halnya di Singapura. 
Taraf ‘kemewahan’ dari yang namanya toilet ini sangat berkaitan dengan biaya, taraf hidup, serta kepedulian terhadap lingkungan, kesehatan dan estetika.
Sedangkan dalam perkembangan pengelolaannya mengarah pada konsep ‘serba guna dan menyenangkan’ sehingga sekaligus dimanfaatkan juga untuk bersih-bersih dan berhias  seperti cuci tangan  dan rapi-rapi seperti cuci muka atau bercermin.  Tentu masalah teknologi juga berperan serta dari segi finanisal bisa mengarah komersial baik secara langsung (sewa sebentar) maupun tidak langsung (paket service), seperti di mall, pom bensin, dsb.
Demikian juga dari segi perlengkapan dalam kamar kecil atau toilet, dari mulai on the land tanpa penghalang khusus, sampai yang dilengkapi dengan kloset  (jongkok atau duduk), bak dan gayung (untuk yang agak tradisonil), bahkan di ruangan toilet yang cukup modern  mengarah konsep  ‘tanpa sentuhan/sensor’.  Tetapi yang sudah dianggap umum selain closet duduk dilengkapi juga dengan cermin, tempat cuci tangan atau muka,  kertas WC, peranti berhias, meja dengan cermin besar. 
Di Indonesia
Akhir abad ke-19, karena pusing menanggulangi penyakit kolera, pemerintah Hindia Belanda (barangkali) memperkenalkan WC jongkok yang higienis kepada masyarakat pribumi Indonesia.  Kebijakan memasyarakatkan WC yang sederhana namun efisien ini kembali dilanjutkan di masa Orde Baru khususnya di desa-desa yang masyarakatnya masih buang hajat di sungai.

Rumah sehat dan kerugian finansial
Menurut ketua umum Asosiasi Toilet Indonesia (ATI), Naning Adiwoso, pada konferensi pers World Toilet Summit 2013 di Jakarta (22/7/2013),  rumah yang sehat adalah rumah yang memiliki toilet bersih dan sanitasi yang baik : (a).  idealnya setiap rumah memiliki toilet (b). toilet kering, dimana saat ini kebiasaan seba­gian besar keluarga, masih nyaman dengan toilet yang basah padahal khususnya untuk Indonesia yang merupakan negara tropis, spora dan jamur dapat dengan mudah berkembang biak, terutama di ruangan yang cenderung lembab. (c).  freehand, atau tangan sangat jarang menyentuh benda-benda yang berada di toilet seperti keran air, dan jet shower misalnya menggunakan sensor, yang paling penting adalah cuci tangan sebelum dan sesudah ke toilet. (d).  Kita perlu merubah mindset, bahwa toilet haruslah kering, hemat-energi, dan hemat air, serta higinenis.  (e).  Tidak hanya menimbulkan berbagai penyakit, akses sanitasi yang buruk juga menyebabkan kerugian secara finansial.  


Kerugian akibat sanitasi buruk setiap tahunnya berkisar Rp 58 triliun atau sekitar 2,3% dari Pendapatan Domesik Bruto (PDB). (Kementerian Pekerjaan Umum, 2013).   Kerugian tersebut misalnya, akibat air yang buruk maka biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan air minum sehat bertambah, jika sakit akibat sanitasi dan air yang tidak sehat tentu membutuhkan biaya untuk berobat.  Sehingga dengan demikian perlu adanya perubahan perilaku hidup sehat sehingga potensi kerugian akibat sanitasi yang buruk itu dapat ditekan.

Cerminan budaya masyarakat
(a). Kota besar di Indonesia
Di Indonesia dan Negara berkembang lainnya, masalah kebersihan toilet menjadi isu penting yang harus diperhatikan, seperti buruksnya sanitasi, lingkungan yang tercemar, dan perilaku kotor dari masyarakat. 
Dalam hal ini termasuk kota metropolitan Jakarta yang menjadi acuan bagi kota-kota lain di Indonesia (Jakarta nya saja sudah begini), dimana toilet umum yang cukup bersih justru di gedung-gedung yang dikelola oleh pihak swasta. Hal itu terungkap dari hasil jajak pendapat masyarakat di Jakarta, seperti berikut. 
Hasil survey dengan N total = 381 (di wilayah Jakarta), "sampling error" = ± 5 %, yang dilaksanakan jajak pendapat 20-22 Maret 2012 ini, hasilnya tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh masyarakat Jakarta, mengenai kebersihan dan penggunaan toilet bahwa toilet umum yang bersih adalah di mal (41,2%) dan di SPBU (22,3%).
Sebanyak 29,4% responden mengaku sering menggunakan toilet umum dan 57,5% kadang-kadang menggunakan toilet umum, itu artinya ada 86,9% responden yang menggunakan toilet umum dalam aktivitas mereka.  Sedangkan toilet umum yang paling bersih di Jakarta adalah : Mal 41,2%, SPBU 22,3%, Kantor pemda/instansi 6,3%, Lainnya 16,3%, Tidaktahu/tidakjawab 13,9%
Menggunakan toilet umum (dalam persen) :  Sering 29,4%, Kadang-kadang 57,5%, Tidak pernah 13,1%

(b).  Pemerintah Singapura
Pemerintah Singapura bermaksud membuat WC umum yang lebih bersih, higienis, dan mo­dern melalui sebuah gerakan bemama Lefs Observe Ourselves (LOO), yang dalam bahasa Inggris loo sendiri berarti toilet.
Singapura memiliki sekitar 30 ribu WC umum dan ingin menjadikan sedikitnya 70% dari WC itu masuk kategori 'bintang tiga' di bidang kebersihan pada 2013.  Masalahnya, menurut survei asosiasi pengelola WC Singapura, RAS, hanya 500 WC umum yang sudah memenuhi standar. Sisanya dianggap masih kotor, bau, dan tidak dilengkapi sabun atau tisu yang memadai.
Untuk meningkatkan kesadaran publik, RAS sudah : (a).  membangun kedai kopi dengan WC percontohan berbintang lima yang ramah lingkungan. (b).  menyebarkan paket tisu berisi pesan soal kebersihan kepada para pengguna WC umum.
"Bagi kami, etika memakai WC umum adalah cerminan budaya bangsa," kata Ketua RAS Tan Puay Hoon.

(b).  World Toilet Summit 2013

Pembicarakan toilet sekarang ini bukanlah masalah tabu, karena banyak efek yang ditimbulkan akibat pengelolaannya, misalnya selain dari factor kesehatan juga berkaitan dengan sektor pariwisata.   Jika turis mancanegara melihat Indone­sia memiliki toilet yang kotor, bukan mustahil mereka tidak akan dating lagi sehingga masalah tersebut sangat berkaitan dengan jumlah wisatawan, misalnya saja di bandara atau airport, toilet adalah sapaan pertama ‘selamat datang’ bagi wisatawan mancanegara, karena begitu mendarat di salah satu airport, maka yang akan dituju adalah toilet.
World Toilet Summit 2013 Indonesia telah digelar di Solo, Jawa Tengah, pada 2-4 Oktober, yaitu :  (a).  mengajak masyarakat lebih peduli pada kebersihan, khususnya kebersihan toilet. (b).  Kebersihan toilet dinilai sebagai cerminan budaya yang tentunya lndonesia tidak ingin dikenal sebagai negara kotor. (c).  Dengan adanya toilet bersih, maka akan menjadi salah satu daya tarik turis untuk kembali keTanah Air. (d).  Salah satu cara mengajak masyarakat peduli dan sadar akan kebersihan ini adalah terus memberikan penghargaan (a.l untuk airport). (e).  Masalah sanitasi menjadi persoalan yang harus mendapat perhatian karena memenuhi langsung kebutuhan masyarakat, untuk hal ini Menteri Pekerjaan Umum mengajak siswa tingkat SMP diberbagai daerah ikut memberi pendidi­kan soal sanitasi kepada masyarakat. Mereka ini menjadi duta sanitasi di berbagai daerah di lndonesia.

Catatan akhir :
Kebersihan toilet adalah salah satu indicator dari keluarga dan rumah sehat, serta cerminan dari masyarakat atau budaya suatu bangsa.  Selain itu juga merupakan sapaan ‘selamat datang’ bagi turis mancanegara.

Bersambung ke Toilet (2)

Keterangan gambar : dari internet
Sumber bacaan :  sejarah.kompasiana.com/2010/08/28, sedotwcjakarta.net 2012/12/08, Media Indonesia 20/12/2010, Kompas 26/3/2012, Jawa Pos 23/7/2013, Koran Sindo 3/10/2013.

Bacaan terkait (lihat di Topik/Label ‘Toilet’ pada website ini) :
Berawal dari Masalah Toilet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar