Dikemas oleh : Isamas54
Toilet adalah
merupakan bagian dari rumah atau bangunan yang dalam perkembangannya dapat
dijadikan sebagai salah satu cerminan budaya dari suatu bangsa.
Arti
lain dari toilet adalah WC (Inggris : water closet), kamar kecil (Ind : untuk
memperhalus arti), tempat buang hajat atau kakus (tanpa perlengkapan urinor
khusus), dengan fungsi utama adalah tempat pembuangan kotoran/tinja atau buang
air besar (BAB) dan air seni atau buang air kecil (BAK).
Data dan pengertian
Hari Toilet sedunia
diperingati setiap tanggal 19 Nopember.
ATI (Asosiasi
Toilet Indonesia) adalah merupakan organisasi perkumpulan asosiasi toilet di
Indonesia
Di Indonesia baru 55% penduduknya
yang dapat menikmati sanitasi sehat. Sekitar 100 juta penduduk Indonesia belum
memiliki akses sanitasi yang baik, 63 juta masih melakukan praktik buang air
besar sembarangan di sungai, danau, laut, dan daratan. (Badan Pusat Statistik,
7/2013)
Masalah toilet ini sangat penting
sehingga sering dilakukan pembahasan secara khusus misalnya konferensi pers
World Toilet Summit 2013 di Jakarta (22/7/2013) dan di Solo (2-4/10/2013), karena
sanitasi yang tidak sehat berpotensi menimbulkan berbagai penyakit.
Kerugian akibat sanitasi buruk
setiap tahunnya berkisar Rp 58 triliun atau sekitar 2,3% dari Pendapatan
Domesik Bruto (PDB). (Kementerian Pekerjaan Umum, 2013)
Sejarah dan perkembangannya
Toilet Kuno dan abad pertengahan
‘Toilet’
tentunya sudah ada sejak manusia ada menghuni bumi, sedangkan yang sudah
mengarah pada bentuk ‘bangunan’ telah telah ditemukan sejak 2800 SM yaitu pada peradaban
kuno Mohenjo Daro (sejak tahun 1980 telah ditetapkan sebagai Situs Warisan
Dunia UNESCO). Toilet kuno tersebut
menggunakan air yang mengalir -- untuk membersihkan limbah fases -- di setiap rumah yang terkait dengan saluran
yang ditutupi dengan batu bata dari tanah liat yang dibakar. Sedangkan
toiletnya sendiri terbuat dari batu bata dengan kursi kayu di atas, sangat
mirip dengan toilet jaman sekarang. Selain
di Mohenjo Daro, juga bisa ditemui di beberapa situs arkeologi di Cina dan
Romawi.
Pada
tahun 1596 (Abad Pertengahan), John Harrington menemukan toilet pembilasan
dengan disertai tadah limbah yang dibuat di dalam tanah yang disalurkan dari
pipa. Penemuan ini didasarkan atas fakta keadaan penduduk London yang ketika
itu lebih suka membuang hajat mereka ke luar rumah sehingga banyak yang
meninggal akibat penyakit kolera. Dengan membuat toilet yang disertai dengan
saluran pembuangannya yang tepat, setidaknya dapat mengurangi penyebaran wabah
kolera.
Hingga abad 19, tentang toilet yang sehat masih menjadi bahasan utama oleh para ahli kesehatan yang salah satunya menentukan sistem pembangunan jaringan limbah yang baik.
Hingga abad 19, tentang toilet yang sehat masih menjadi bahasan utama oleh para ahli kesehatan yang salah satunya menentukan sistem pembangunan jaringan limbah yang baik.
Di masa modern
Di masa
sekarang toilet bukan hal yang tabu untuk diperbincangkan bahkan sekarang soal kenyamanan
saat berada dalam toilet menjadi salah satu fokus utama yang terpenting.
Dilihat
dari segi perkembangan dan bentuk fisiknya yaitu dari yang paling
sederhana, seperti cukup landing
langsung di atas tanah (kebun, lading, pantai), di atas atau langsung di dalam
sungai dengan penghalang dari mulai yang sederhana sampai yang sifatnya
permanen, atau bahkan toilet kelas ‘bintang tiga seperti halnya di
Singapura.
Taraf
‘kemewahan’ dari yang namanya toilet ini sangat berkaitan dengan biaya, taraf
hidup, serta kepedulian terhadap lingkungan, kesehatan dan estetika.
Sedangkan
dalam perkembangan pengelolaannya mengarah pada konsep ‘serba guna dan
menyenangkan’ sehingga sekaligus dimanfaatkan juga untuk bersih-bersih dan
berhias seperti cuci tangan dan rapi-rapi seperti cuci muka atau
bercermin. Tentu masalah teknologi juga
berperan serta dari segi finanisal bisa mengarah komersial baik secara langsung
(sewa sebentar) maupun tidak langsung (paket service), seperti di mall, pom
bensin, dsb.
Demikian
juga dari segi perlengkapan dalam kamar kecil atau toilet, dari mulai on the
land tanpa penghalang khusus, sampai yang dilengkapi dengan kloset (jongkok atau duduk), bak dan gayung (untuk
yang agak tradisonil), bahkan di ruangan toilet yang cukup modern mengarah konsep ‘tanpa sentuhan/sensor’. Tetapi yang sudah dianggap umum selain closet
duduk dilengkapi juga dengan cermin, tempat cuci tangan atau muka, kertas WC, peranti berhias, meja dengan
cermin besar.
Di Indonesia
Akhir
abad ke-19, karena pusing menanggulangi penyakit kolera, pemerintah Hindia
Belanda (barangkali) memperkenalkan WC jongkok yang higienis kepada masyarakat
pribumi Indonesia. Kebijakan
memasyarakatkan WC yang sederhana namun efisien ini kembali dilanjutkan di masa
Orde Baru khususnya di desa-desa yang masyarakatnya masih buang hajat di sungai.
Rumah sehat dan kerugian
finansial
Menurut
ketua umum Asosiasi Toilet Indonesia (ATI), Naning Adiwoso, pada konferensi
pers World Toilet Summit 2013 di Jakarta (22/7/2013), rumah yang sehat adalah rumah yang memiliki
toilet bersih dan sanitasi yang baik : (a).
idealnya setiap rumah memiliki toilet (b). toilet kering, dimana saat
ini kebiasaan sebagian besar keluarga, masih nyaman dengan toilet yang basah
padahal khususnya untuk Indonesia yang merupakan negara tropis, spora dan jamur
dapat dengan mudah berkembang biak, terutama di ruangan yang cenderung lembab.
(c). freehand, atau tangan sangat
jarang menyentuh benda-benda yang berada di toilet seperti keran air, dan jet
shower misalnya menggunakan sensor, yang paling penting adalah cuci tangan
sebelum dan sesudah ke toilet. (d). Kita
perlu merubah mindset, bahwa
toilet haruslah kering, hemat-energi, dan hemat air, serta higinenis. (e).
Tidak hanya menimbulkan berbagai penyakit, akses sanitasi yang buruk
juga menyebabkan kerugian secara finansial.
Kerugian
akibat sanitasi buruk setiap tahunnya berkisar Rp 58 triliun atau sekitar 2,3%
dari Pendapatan Domesik Bruto (PDB). (Kementerian Pekerjaan Umum, 2013). Kerugian tersebut misalnya, akibat air yang
buruk maka biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan air minum sehat bertambah,
jika sakit akibat sanitasi dan air yang tidak sehat tentu membutuhkan biaya
untuk berobat. Sehingga dengan demikian
perlu adanya perubahan perilaku hidup sehat sehingga potensi kerugian akibat
sanitasi yang buruk itu dapat ditekan.
Cerminan budaya masyarakat
(a). Kota besar di Indonesia
Di
Indonesia dan Negara berkembang lainnya, masalah kebersihan toilet menjadi isu
penting yang harus diperhatikan, seperti buruksnya sanitasi, lingkungan yang
tercemar, dan perilaku kotor dari masyarakat.
Dalam
hal ini termasuk kota metropolitan Jakarta yang menjadi acuan bagi kota-kota
lain di Indonesia (Jakarta nya saja sudah begini), dimana toilet umum yang
cukup bersih justru di gedung-gedung yang dikelola oleh pihak swasta. Hal itu
terungkap dari hasil jajak pendapat masyarakat di Jakarta, seperti berikut.
Hasil
survey dengan N total = 381 (di wilayah Jakarta), "sampling error" =
± 5 %, yang dilaksanakan jajak pendapat 20-22 Maret 2012 ini, hasilnya tidak
dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh masyarakat Jakarta, mengenai
kebersihan dan penggunaan toilet bahwa toilet umum yang bersih adalah di mal
(41,2%) dan di SPBU (22,3%).
Sebanyak
29,4% responden mengaku sering menggunakan toilet umum dan 57,5% kadang-kadang
menggunakan toilet umum, itu artinya ada 86,9% responden yang menggunakan
toilet umum dalam aktivitas mereka.
Sedangkan toilet umum yang paling bersih di Jakarta adalah : Mal 41,2%,
SPBU 22,3%, Kantor pemda/instansi 6,3%, Lainnya 16,3%, Tidaktahu/tidakjawab
13,9%
Menggunakan
toilet umum (dalam persen) : Sering
29,4%, Kadang-kadang 57,5%, Tidak pernah 13,1%
(b). Pemerintah Singapura
Pemerintah
Singapura bermaksud membuat WC umum yang lebih bersih, higienis, dan modern
melalui sebuah gerakan bemama Lefs Observe Ourselves (LOO), yang dalam
bahasa Inggris loo sendiri berarti toilet.
Singapura
memiliki sekitar 30 ribu WC umum dan ingin menjadikan sedikitnya 70% dari WC
itu masuk kategori 'bintang tiga' di bidang kebersihan pada 2013. Masalahnya, menurut survei asosiasi pengelola
WC Singapura, RAS, hanya 500 WC umum yang sudah memenuhi standar. Sisanya
dianggap masih kotor, bau, dan tidak dilengkapi sabun atau tisu yang memadai.
Untuk
meningkatkan kesadaran publik, RAS sudah : (a).
membangun kedai kopi dengan WC percontohan berbintang lima yang ramah
lingkungan. (b). menyebarkan paket tisu
berisi pesan soal kebersihan kepada para pengguna WC umum.
"Bagi
kami, etika memakai WC umum adalah cerminan budaya bangsa," kata Ketua RAS
Tan Puay Hoon.
(b). World Toilet Summit 2013
Pembicarakan
toilet sekarang ini bukanlah masalah tabu, karena banyak efek yang ditimbulkan
akibat pengelolaannya, misalnya selain dari factor kesehatan juga berkaitan
dengan sektor pariwisata. Jika turis
mancanegara melihat Indonesia memiliki toilet yang kotor, bukan mustahil
mereka tidak akan dating lagi sehingga masalah tersebut sangat berkaitan dengan
jumlah wisatawan, misalnya saja di bandara atau airport, toilet adalah sapaan
pertama ‘selamat datang’ bagi wisatawan mancanegara, karena begitu mendarat di
salah satu airport, maka yang akan dituju adalah toilet.
World
Toilet Summit 2013 Indonesia telah
digelar di Solo, Jawa Tengah, pada 2-4 Oktober, yaitu : (a). mengajak
masyarakat lebih peduli pada kebersihan, khususnya kebersihan toilet. (b). Kebersihan toilet dinilai sebagai cerminan
budaya yang tentunya lndonesia tidak ingin dikenal sebagai negara kotor.
(c). Dengan adanya toilet bersih, maka
akan menjadi salah satu daya tarik turis untuk kembali keTanah Air. (d). Salah satu cara mengajak masyarakat peduli
dan sadar akan kebersihan ini adalah terus memberikan penghargaan (a.l untuk
airport). (e). Masalah sanitasi menjadi
persoalan yang harus mendapat perhatian karena memenuhi langsung kebutuhan
masyarakat, untuk hal ini Menteri Pekerjaan Umum mengajak siswa tingkat SMP
diberbagai daerah ikut memberi pendidikan soal sanitasi kepada masyarakat.
Mereka ini menjadi duta sanitasi di berbagai daerah di lndonesia.
Catatan akhir :
Kebersihan toilet adalah
salah satu indicator dari keluarga dan rumah sehat, serta cerminan dari
masyarakat atau budaya suatu bangsa.
Selain itu juga merupakan sapaan ‘selamat datang’ bagi turis
mancanegara.
Bersambung ke
Toilet (2)
Keterangan gambar : dari internet
Sumber bacaan : sejarah.kompasiana.com/2010/08/28,
sedotwcjakarta.net 2012/12/08, Media Indonesia 20/12/2010, Kompas 26/3/2012, Jawa
Pos 23/7/2013, Koran Sindo 3/10/2013.
Bacaan terkait (lihat
di Topik/Label ‘Toilet’ pada website ini) :
Berawal dari Masalah Toilet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar