Biasanya buah dan
bunga akan hadir lebih sering ketika konsumen berkecukupan
Buah dan bunga
bukanlah kebutuhan pokok. Biasanya buah
dan bunga akan hadir lebih sering ketika konsumen berkecukupan: buah sebagai
bagian dari gaya hidup sehat dan bunga sebagai bagian dari budaya, agama,
ataupun pengungkap empati dan simpati.
‘A
table, a chair, a bowl of fruit and a violin, what else does a man need to be
happy? (Meja, kursi, semangkuk buah, dan biola. Apa lagi yang dibutuhkan pria
agar bahagia?)
‘, llmuwan Albert Einstein (1879-1955).
Data
Konsumsi
buah di Indonesia mencapai 60 kilogram/kapita/tahun. Angka ini masih di bawah
standar Organisasi Kesehatan Duma (WHO) 75 kg/kapita/tahun. Bandingkan dengan
Malaysia yang mencapai 90 kg/kapita/tahun atau Jepang yang 160 kg/kapita/tahun.
(PKHT-IPB, 2012)
Data
sementara tahun 2012 dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal
Hortikultura menunjukkan bahwa areal untuk menanam buah di Indonesia hanya
865.000 hektar atau tidak sampai 1 juta hektar. Bandingkan dengan China yang
luas lahannya mencapai 11,53 juta hektar.
Data tambahan (dari
luar artikel) :
Pada
2006 nilai impornya hanya US$600 juta. Di 2011, nilai impor produk hortikultura
sudah mencapai US$1,7 miliar. Lonjakan impor ini antara lain disebabkan belum
ada tata niaga yang mengatur impor produk hortikultura. (Kompas, 21 Mei 2012)
Buah
nusantara
Mengenai konsumsi,
produksi, dan peluang buah local dalam persaingan global, menurut Prof Dr Ir
Sobir MSi, Kepala Data Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian
Bogor (PKHT-IPB) :
(a). Angka konsumsi ini berarti peluang untuk
produksi buah lokal. Jika jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 50 juta
dan menggunakan patokan WHO, setiap tahun masyarakat Indonesia membutuhkan 3,75
juta ton buah. Jika harga buah dihitung
Rp 10.000 per kg, total uang yang dibelanjakan untuk membeli buah mencapai Rp
37,5 triliun.
Ini adalah suatu
peluang sangat besar untuk meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus
memandirikan pangan.
(b). Produksi buah di Indonesia masih belum
mencukupi, terutama dari sisi ketersediaan sepanjang tahun dan kualitas,
sehingga tidaklah mengherankan bila impor buah terus meningkat dengan laju 22%
per tahun.
(c). Persoalan mendasar pengembangan buah di
Indonesia adalah rendahnya produktivitas akibat masih merupakan pertanian
rakyat dengan skala usaha kurang dari 1 hektar (kurang lebih hanya 865.000
hektar).
(d). Bila kita bisa meningkatkan lahan panen dan
kemudian kuantitas produksi buah maka impor pasti berkurang. Terbukti saat
buah impor hilang dari pasar beberapa waktu lalu, permintaan terhadap buah
lokal meningkat
Bunga
nusantara
Kondisi bunga di
Indonesia juga potensinya besar, tetapi belum berkembang secara optimal. Meski
sebagian besar sudah dapat dipenuhi dari dalam negeri (seperti krisan dan
mawar) tetapi masih ada bunga yang dumper terutama yang belum dapat
dibudidayakan di Indonesia (seperti anggrek cymbidium, tulip, serta
bunga dengan ukuran dan warna tertentu).
Peluang
mengembangkan industri bunga di Indonesia masih luas, seperti kata Direktur
Eksekutif Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo) Ir Rosana Harahap :
"Bicara bunga
tidak terbatas pada bunga potong saja karena ada produk florikultura lain,
seperti daun potong, tanaman bias, dan tanaman lanskap. Dengan adanya gaya
hidup green living dan urban farming, peluang usaha ini akan
meningkat,"
Festival
Bunga dan Buah 2013
Festival Bunga dan
Buah Nusantara (FBBN) 2013 telah diselenggaran di kawasan Kampus IPB,
Baranangsiang-Bogor pada tanggal 17-19 Mei 2013, dengan sasaran dan hasil evaluasi antara lain
:
(a). Salah satu rangkaian acaranya adalah
Indonesia Horticulture Investment & Business Forum yang mencoba menggali
dan menularkan berbagai pengalaman dengan mencoba memasyarakatkan rasa cinta
mengonsumsi buah Nusantara, mendorong tumbuhnya industri bunga dan buah, serta
menciptakan kemandirian buah dan bunga Nusantara.
(b). Untuk masalah buah, IPB mengusulkan tiga
strategi pengusahaan buah tropis Indonesia dalam tiga skala : orchard (5
hektar), perkebunan menengah terintegrasi (500-1.000 hektar), dan perkebunan
besar terintegrasi (lebih dari 1.000 hektar).
Skala orchard banyak dipraktikkan petani buah di Thailand sebagai
kompetitor utama petani buah Indonesia, adapun skala menengah dan besar umumnya
dipraktikkan perusahaan.
(c). Telah dikukuhkan Tim Revolusi Oranye yaitu untuk
menyusun konsep pengembangan buah local dengan target pada 2040 Indonesia jadi
eksportir buah terbesar di dunia.
Diharapkan
perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap produk hortikultura Nusantara
(buah dan bunga) semakin meningkat sehingga target pada tahun 2040 Indonesia
menjadi eksportir buah (mungkin juga bunga) terbesar di dunia menjadi kenyataan
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi yang diambil
dari internet.
Sumber
editing : artikel ‘Buah, Bunga, dan Wujudkan Cinta Kita’ Oleh Agnes Aristiarini
(Kompas, 15 Mei 2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar