Selasa, 02 Juli 2013

Produksi dan Konsumen Buah dan Bunga


Biasanya buah dan bunga akan hadir lebih sering ketika konsumen berkecukupan


Buah dan bunga bukanlah kebutuhan pokok.  Biasanya buah dan bunga akan hadir lebih sering ketika konsumen berkecukupan: buah sebagai bagian dari gaya hidup sehat dan bunga sebagai bagian dari budaya, agama, ataupun pengungkap empati dan simpati.
‘A table, a chair, a bowl of fruit and a violin, what else does a man need to be happy? (Meja, kursi, semangkuk buah, dan biola. Apa lagi yang dibutuhkan pria agar bahagia?) ‘, llmuwan Albert Einstein (1879-1955).

Data 

Konsumsi buah di Indo­nesia mencapai 60 kilogram/kapita/tahun. Angka ini masih di bawah standar Organisasi Kesehatan Duma (WHO) 75 kg/kapita/tahun. Bandingkan dengan Malaysia yang mencapai 90 kg/kapita/tahun atau Jepang yang 160 kg/kapita/tahun. (PKHT-IPB, 2012)
Data sementara tahun 2012 dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura menunjukkan bahwa areal untuk menanam buah di Indonesia hanya 865.000 hektar atau tidak sampai 1 juta hektar. Banding­kan dengan China yang luas lahannya men­capai 11,53 juta hektar.
Data tambahan (dari luar artikel) : 
Pada 2006 nilai impornya hanya US$600 juta. Di 2011, nilai impor produk hortikultura sudah mencapai US$1,7 miliar. Lonjakan impor ini antara lain disebabkan belum ada tata niaga yang mengatur impor produk hortikultura.  (Kompas, 21 Mei 2012)

Buah nusantara
Mengenai konsumsi, produksi, dan peluang buah local dalam persaingan global, menurut Prof Dr Ir Sobir MSi, Kepala Data Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor (PKHT-IPB) :
(a).  Angka konsumsi ini berarti peluang untuk produksi buah lokal. Jika jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 50 juta dan menggunakan patokan WHO, setiap tahun masyarakat Indonesia membutuhkan 3,75 juta ton buah.  Jika harga buah dihitung Rp 10.000 per kg, total uang yang dibelanjakan untuk membeli buah mencapai Rp 37,5 triliun.
Ini adalah suatu peluang sangat besar untuk meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus memandirikan pangan. 
(b).  Produksi buah di Indonesia masih belum mencukupi, terutama dari sisi ketersediaan sepanjang tahun dan kualitas, sehingga tidaklah mengherankan bila impor buah terus me­ningkat dengan laju 22% per tahun.
(c).  Persoalan mendasar pengembangan buah di Indonesia adalah rendahnya produktivitas akibat masih merupakan pertanian rakyat dengan skala usaha kurang dari 1 hektar (kurang lebih hanya 865.000 hektar).
(d).  Bila kita bisa meningkatkan lahan panen dan kemudian kuantitas produksi buah maka im­por pasti berkurang. Terbukti saat buah impor hilang dari pasar beberapa waktu lalu, permintaan terhadap buah lokal meningkat

Bunga nusantara
Kondisi bunga di Indonesia juga potensinya besar, tetapi belum berkembang secara optimal. Meski sebagian besar sudah dapat dipenuhi dari dalam negeri (seperti krisan dan mawar) tetapi masih ada bunga yang dumper terutama yang belum dapat dibudidayakan di Indonesia (seperti anggrek cymbidium, tulip, serta bunga dengan ukuran dan warna tertentu).
Peluang mengembangkan industri bunga di Indonesia masih luas, seperti kata Direktur Eksekutif Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo) Ir Rosana Harahap :
"Bicara bunga tidak terbatas pada bunga potong saja karena ada produk florikultura lain, seperti daun potong, tanaman bias, dan tanaman lanskap. Dengan adanya gaya hidup green living dan urban farming, peluang usaha ini akan meningkat,"

Festival Bunga dan Buah 2013
Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2013 telah diselenggaran di kawasan Kampus IPB, Baranangsiang-Bogor pada tanggal 17-19 Mei 2013,  dengan sasaran dan hasil evaluasi antara lain :
(a).  Salah satu rangkaian acaranya adalah Indonesia Horticulture Investment & Business Forum yang mencoba menggali dan menularkan berbagai pengalaman dengan mencoba memasyarakatkan rasa cinta mengonsumsi buah Nusantara, mendorong tumbuhnya industri bunga dan buah, serta menciptakan kemandirian buah dan bunga Nusantara.
(b).  Untuk masalah buah, IPB mengusulkan tiga strategi pengusahaan buah tropis Indonesia dalam tiga skala : orchard (5 hektar), perkebunan menengah terintegrasi (500-1.000 hektar), dan perkebunan besar terintegrasi (lebih dari 1.000 hektar).  Skala orchard banyak dipraktikkan petani buah di Thailand sebagai kompetitor utama petani buah Indonesia, adapun skala menengah dan besar umumnya dipraktikkan perusahaan.
(c).  Telah dikukuhkan Tim Revolusi Oranye yaitu un­tuk menyusun konsep pengembangan buah local dengan target pada 2040 Indonesia jadi eksportir buah terbesar di dunia.

Diharapkan perhatian dan kepedulian masyarakat terha­dap produk hortikultura Nusantara (buah dan bunga) semakin meningkat sehingga target pada tahun 2040 Indonesia menjadi eksportir buah (mungkin juga bunga) terbesar di dunia menjadi kenyataan

Keterangan gambar :  sebagai ilustrasi yang diambil dari internet.
Sumber editing : artikel ‘Buah, Bunga, dan Wujudkan Cinta Kita’ Oleh Agnes Aristiarini (Kompas, 15 Mei 2013).

Tulisan lain :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar