Perkawinan atau
penyatuan dari dua insan berpasangan tentunya bertujuan untuk menjalani proses dan kelangsungan kehidupan generasi yang lebih baik. Tetapi apabila terjadi kegagalan di tengah
jalan?
Data
Menurut data Pengadilan Agama (PA) Surabaya tingkat
perceraian di wilayah tersebut tergolong masih cukup tinggi, paling tidak
setiap bulan angka perceraian antara 200-300 kasus, dan selama Januari s/d
September 2010 tercatat 2.684 kasus perceraian yang berhasil diputus oleh
PA Surabaya.
Kasus perceraian tersebut didominasi oleh gugatan istri,
sementara dari sisi pemicu perceraian didominasi ketidak harmonisan, walaupun
semula banyak yang menganggap factor cemburu merupakan pemicu utama tapi dalam
kenyataannya factor cemburu ini justru sedikit, bahkan selalu menempati
peringkat paling rendah.
Lain Surabaya,
lain Blitar …
Selama tahun 2010, sekitar 3.500 kasus perceraian masuk
ke PA Blitar Jawa Timur dan sampai minggu ketiga Pebruari 2011 pengajuan
gugatan cerai juga sudah mencapai 617 kasus.
Rata-rata dalam satu hari ada 10 gugatan perceraian daerah ini dan
setiap tahun selalu naik cukup tinggi kata juru bicara PA Blitar (1/3/11). Tahun-tahun sebelumnya, kasus gugatan cerai
berkisar 2.000 pengajuan. Perceraian
kebanyakan terjadi pada pasangan yang istrinya bekerja di luar negeri, juga
pasangan selingkuh dan masalah ekonomi.
Upaya
penyelesaian
Upaya penyelesaian dalam setiap kasus perdata proses
perceraian, hakim selalu mengupayakan damai antara kedua belah pihak berseteru.
Ternyata upaya mediasi seperti pada proses dan peristiwa tersebut jarang
berhasil karena mayoritas penggugat dan tergugat memilih melanjutkan kasusnya
melalui jalur pengadilan.
Untuk kasus nasional, tentunya pemerintah harus
mempunyai perhatian besar, karena efek dari perceraian tersebut akan berdampak
pada ekonomi dan social (termasuk susila) dan kelangsung generasi mendatang
(menthalitas).
Faktor penyebab
Banyak factor yang menyebabkan terjadinya perceraian
seperti masalah kekurang cocokan, ekonomi dan perselingkuhan, antara lain
tingginya kasus perceraian di Surabaya karena pasangan suami istri saat
membangun bahtera rumah tangga tidak dilandasi rasa
cinta.
“Cinta itu modal utama. Kalau cintanya sudah luntur
pasti akan terjadi perceraian. Makanya perceraian di Surabaya meningkat,” kata
Sulaiman Humas PA Kota Surabaya (3/11/10).
Adapun beberapa factor penyebab berikut -termasuk yang
kurang umum atau familier tetapi penting untuk diketahui- terkupas agak rinci
yang diantaranya berdasarkan hasil penelitian.
(a). Seks dini
Perempuan yang mulai berhubungan seks kala remaja lebih berisiko mengalami perceraian, risiko tersebut kian meningkat apabila hubungan seks pertamanya itu kurang atau tidak diinginkan (mungkin kecelakaan atau ‘tanpa sengaja’).
Hasil Penelitian dari University of Iowa yang
dipublikasikan Journal of Marriage and Family (4/ 2011), seorang Profesor
Sosiologi College of Liberal Arts and Sciences, memaparkan di UI mengenai
respon dari 3.793 perempuan yang pernah menikah untuk Survei Nasional
Pertumbuhan Keluarga 2002.
Hasil Penelitian, menunjukkan bahwa perempuan yang
berhubungan seks pertama kali ketika remaja : (a). 31% bercerai dalam jangka waktu lima tahun
pernikahan, 47 % bercerai dalam jangka waktu 10 tahun. Sedangkan tingkat
perceraian untuk perempuan yang menunda seks sampai dewasa jauh lebih rendah,
yakni 15 % dalam jangka waktu lima tahun dan 27 % dalam jangka waktu 10 tahun.
(b). Pengalaman seksual pertama yang
tidak diinginkan atau tidak sepenuhnya diinginkan sangat terkait dengan tingkat
perceraian. (c). Jika seorang perempuan
muda memilih melepaskan keperawanannya saat di awal masa remaja (sebelum usia
16 tahun) maka lebih mungkin bercerai walau pengalaman pertamanya itu merupakan
yang diinginkan, jika sampai usia 16 atau 17 tahun pengalamannya diinginkan
maka tidak ada kaitan langsung dengan perceraian.
Meski seks itu sendiri tidak meningkatkan kemungkinan
kandasnya perkawinan, faktor lain yang berhubungan seperti jumlah mitra seksual
yang lebih banyak, kehamilan, atau kelahiran di luar nikah meningkatkan risiko
bagi beberapa responden. (mediaindonesia.com
2011/06/17)
(b). Politik
Kerasnya dunia politik ternyata bisa mengguncang rumah
tangga dengan kata yang lebih fulgar urusan perebutan kekuasaan sampai dibawa
para pasangan hingga ke urusan ranjang.
Dari tahun ke tahun, terutama sejak 2007, angka perceraian karena alasan
politik mengalami peningkatan signifikan.
Data :
Faktor-faktor yang menyebabkan perceraian : Berselisih (110.306), Moral (18.405),
Meninggalkan kewajiban (138.452), Kekerasan fisik dan psikis (3.507). Penyebab berselisih - Politis (651), Pihak
ketiga (20.563), Tidak harmonis (89.092).
Angka tersebut naik hampir dua kali lipat bila dibandingkan dengan kasus
serupa pada 2010, yakni 334 pasangan.
"Dari 272.794 kasus perceraian sepanjang 2011 di
seluruh pengadilan di Indonesia, 651 pasangan memilih bercerai gara-gara
perbedaan pandangan politik secara terus-menerus," papar Dirjen Badan
Peradilan Agama (Badilag), Wahyu Widiana, dalam laporan statistik tahunan,
seperti dilansir website MA (8/3/12).
Dari angka tersebut perceraian terbesar akibat selisih
paham partai politik terjadi di Jawa Timur, yaitu sebanyak 568 pasangan, di
Jawa Barat sebanyak 49 pasangan, di Lampung 9 pasangan, dan Jawa Tengah
sebanyak 6 pasangan. Sulawesi Selatan
dan Sumatra Selatan masing-masing 3 pasangan.
Angka peningkatan perceraian tertinggi jika dibandingkan
dengan tahun lalu tetap dipegang Jawa Timur. Pada 2010 di provinsi itu sebanyak
221 pasangan bercerai. Tahun 2011 naik 100% lebih, menjadi 568 pasangan.
Peningkatan perceraian karena pasangan beda partai
politik, sungguh terbukti karena pada 2007 hanya 157 pasangan.
SELINGAN …
Urusan pemilu presiden AS rupanya menjadi masalah besar
pada sebuah keluarga di Phoenix, Arizona. Seorang istri tega melukai suaminya
gara-gara si suami dianggap tak mau berpartisipasi dalam pemilu. Istri itu
marah karena Barack Obama akhirnya kembali memenangi pemilu AS.
Holly Solomon (28) ditangkap setelah melindas suaminya,
Daniel Solomon, dengan mobil setelah bertengkar hebat mengenai pemilu
presiden. Daniel sempat dirawat di rumah sakit.
Para saksi mata mengatakan, pertengkaran di antara
mereka terjadi Sabtu (10/11) pagi di lapangan parkir. Pertengkaran itu menjadi
semakin hebat dan akhirnya Holly mengejar suaminya ke lapangan parkir dengan
mengendarai mobil sambil berteriak-teriak, sementara suaminya berusaha
bersembunyi di balik tiang lampu pengatur lalu lintas. Dia terjebak setelah
berupaya melarikan diri di jalan sekitar tempat itu. Hasil pemilu Selasa pekan
lalu, Obama memenangi pemilu nasional. Di Arizona pemilu dimenangi Romney.
Menurut Daniel kepada polisi setempat mengemukakan bahwa
istrinya marah karena dia tidak ikut memilih dalam pemilu 6 November 2012
lalu. Sedangkan menurut istrinya, mereka
akan kesulitan gara-gara Obama memenangi pemilu untuk satu masa jabatan
presiden lagi. (Kompas, 14 Nopember
2012)
Kita lanjutkan …
(c) : Kemacetan
Pasangan yang bekerja jauh dari rumah dengan kondisi
jalanan penuh kemacetan lebih rentan bercerai.
Demikian hasil studi yang dipaparkan Umea University, Swedia.
Penelitian dilakukan terhadap lebih dari 2 juta relawan yang telah berumah tangga di Swedia yang melakukan perjalanan ke kantor 45 menit atau lebih. Hasil penelitian selama lima tahun itu menyimpulkan bahwa risiko perceraian meningkat hingga 40%.
Penulis dari tim peneliti Erika Sandow mengatakan hal itu terjadi akibat perjalanan jauh dengan beragam kebisingan dan polusi menimbulkan perasaan lelah. Kemacetan juga memperparah frustrasi dan memicu mood tidak baik. Saat tiba di rumah, seseorang hanya memiliki sedikit energi positif untuk berinteraksi dengan pasangan. Solusinya, pasangan harus konsisten menyediakan waktu bersama pada akhir pekan. (Media Indonesia 28/1/2012)
Penelitian dilakukan terhadap lebih dari 2 juta relawan yang telah berumah tangga di Swedia yang melakukan perjalanan ke kantor 45 menit atau lebih. Hasil penelitian selama lima tahun itu menyimpulkan bahwa risiko perceraian meningkat hingga 40%.
Penulis dari tim peneliti Erika Sandow mengatakan hal itu terjadi akibat perjalanan jauh dengan beragam kebisingan dan polusi menimbulkan perasaan lelah. Kemacetan juga memperparah frustrasi dan memicu mood tidak baik. Saat tiba di rumah, seseorang hanya memiliki sedikit energi positif untuk berinteraksi dengan pasangan. Solusinya, pasangan harus konsisten menyediakan waktu bersama pada akhir pekan. (Media Indonesia 28/1/2012)
(d) : Bos Kejam
Memiliki atasan yang tak peduli pada kondisi anak buah,
kaku, dan antikritik berpotensi tinggi mendorong terjadinya perceraian
karyawan. Demikian hasil studi yang dilakukan Baylor University terhadap 280
karyawan serta pasangan mereka, yang rata-rata berusia 36 tahun, dengan durasi
hubungan sekitar 10 tahun.
Metode penelitian dilakukan antara lain dengan
mengajukan pertanyaan kepada para peserta : (a). frekuensi perilaku tidak simpatik dan
penilaian soal atasan mereka. (b).
Pasangan pegawai ditanya mengenai jumlah pertengkaran internal mereka.
Hasilnya? Terungkap bahwa karyawan dengan bos tidak kejam mengaku tak
bermasalah dengan hubungan keluarganya, namun kondisi sebaliknya dirasakan
pasangan yang menyatakan bahwa hubungan rumah tangga menjadi lebih suram dan
komunikasi memburuk.
Peneliti Merideth Ferguson menjelaskan atasan kejam sering kali membuat emosi bawahannya menggelegak setelah dipanggil menghadap atau ditelepon. Amarah itulah yang kemudian terbawa hingga ke rumah. Emosi sang karyawan lantas mudah tersulut, dan menularkan serta melampiaskannya kepada pasangannya. (mediaindonesia.com 2012/05/27)
Peneliti Merideth Ferguson menjelaskan atasan kejam sering kali membuat emosi bawahannya menggelegak setelah dipanggil menghadap atau ditelepon. Amarah itulah yang kemudian terbawa hingga ke rumah. Emosi sang karyawan lantas mudah tersulut, dan menularkan serta melampiaskannya kepada pasangannya. (mediaindonesia.com 2012/05/27)
(e). Facebook
Jejaring sosial seperti Facebook dituding menjadi biang
kerok runtuhnya ikatan pernikahan, karena dari situs-situs tersebut seseorang
dengan mudah mendapati pasangannya mengirimkan pesan bernada menggoda kepada
lawan jenis, mengunggah foto bersama lawan jenis yang bukan pasangannya, serta
berkeluh kesah tentang kekurangan si pasangan.
Firma hukum di Inggris Divorce-Online mengungkapkan, 33% dari 5.000 gugatan cerai yang ditangani mereka berkaitan erat dengan situs-situs jejaring sosial. Fenomena itu semakin menegaskan bahwa situs jejaring sosial cenderung mendorong penggunanya untuk lebih terbuka dalam berkomentar serta berbagi foto dan informasi, sayangnya, hal ini sering kali tidak disadari menjadi pemicu putusnya sebuah hubungan.
Perceraian itu sering bermula dari komunikasi dengan mantan pacar melalui Facebook. "Jika seseorang ingin berselingkuh atau merayu lawan jenis, (jejaring sosial) inilah tempat terbaik," kata Managing Director of Divorce-Online Mark Keenan. (mediaindonesia.com/read/2012/01/06)
Firma hukum di Inggris Divorce-Online mengungkapkan, 33% dari 5.000 gugatan cerai yang ditangani mereka berkaitan erat dengan situs-situs jejaring sosial. Fenomena itu semakin menegaskan bahwa situs jejaring sosial cenderung mendorong penggunanya untuk lebih terbuka dalam berkomentar serta berbagi foto dan informasi, sayangnya, hal ini sering kali tidak disadari menjadi pemicu putusnya sebuah hubungan.
Perceraian itu sering bermula dari komunikasi dengan mantan pacar melalui Facebook. "Jika seseorang ingin berselingkuh atau merayu lawan jenis, (jejaring sosial) inilah tempat terbaik," kata Managing Director of Divorce-Online Mark Keenan. (mediaindonesia.com/read/2012/01/06)
Profesi yang berisiko perceraian
Ternyata jenis pekerjaan tertentu berisiko menyebabkan
perceraian pasangan suami istri. Sebuah penelitian telah mengidentifikasikan
sebanyak 15 pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko perceraian tertinggi
seperti dikutip dari Media Indonesia 15/10/ 2011 atau mediaindonesia.com
2010/10/14.
Berdasarkan hasil studi dari Radford University di
Virgninia terdapat sejumlah profesi yang dapat meningkatkan potensi perceraian
yaitu : (1). Pelayan dan pembersih rumah
tangga. (2). Pembetul atap atau genteng. (3). Pelayan restoran. (4). Telemarketer. (5). Kuli bagasi dan
concierge. (6). Pekerja hiburan, artis, profesi yang berhubungan dengan
olahraga. (7). Perawat, psikiatris, dan para pekerja kesehatan. (8). Operator telepon. (9). Pekerja pabrik
makanan dan tembakau. (10). Pelayan rumah judi. (11). Operator mesin ekstrusi
(12). Gaming cage worker (kasir di rumah judi yang melayani penukaran chip,
tiket, dan token ke dalam uang tunai. (13). Tukang pijat. (14). Bartender. (15). Penari dan koreografer. Studi tersebut juga menemukan bahwa profesi
yang memiliki tingkat perceraian terendah adalah insinyur penjualan, ahli penyakit
kaki (podiatrist), dan polisi transit.
Kalau mengacu pada data tersebut maka berhati-hatilah bagi yang mempunyai
profesi tersebut, tetapi bikan berarti di profesi lainnya pun aman.
Penyesalan
Psikologi Dr Terri Orbuch dari University of Michigan mengumpulkan
data dari 373 pasangan, dimana sebanyak 46% dari mereka ternyata kemudian
bercerai setelah setahun pertama pernikahan.
Seperti dilansir The Wall Street Journal, kebanyakan
orang yang bercerai mengakui lima penyesalan terkait hal yang tidak pernah
mereka lakukan bersama pasangan, yaitu:
1. Tidak mengasihi, menghargai dan menjaga perasaan pasangan. Mereka menyesal tidak menunjukkan bahwa cinta, dukungan yang membuat pasangan merasa baik tentang diri sendiri dan menjaga hal-hal menarik dalam hubungan, misalnya mengatakan, "aku mencintaimu" atau berpegangan tangan.
2. Masalah uang. Uang adalah sumber nomor satu konflik pernikahan. Membicarakan keuangan bukan hanya membahas pajak, tetapi juga utang dan tagihan yang datang.
3. Membahas masa lalu. Untuk menjalin hubungan yang sehat perlu melepaskan masa lalu, termasuk cemburu dari hubungan masa lalu pasangan, sensitif atas perlakuan mertua atau obrolan masa kecil yang membuat pikiran galau.
4. Selalu menyalahkan pasangan. Seharusnya mintalah pandangan pasangan tentang masalah yang dihadapi, dengan mendapatkan perspektif pasangan dan menyatukan dengan perspektif maka akan mendapatkan hubungan yang langgeng.
5. Jarang berkomunikasi. Komunikasi sebagai faktor utama menjalin hubungan lebih serius, cobalah mendengar apa yang dikatakan orang lain, mengulang kembali dalam perkataan apa yang didengar dan menanyakan apakah mengerti apa yang didengar. (mediaindonesia.com 2012/08/14)
1. Tidak mengasihi, menghargai dan menjaga perasaan pasangan. Mereka menyesal tidak menunjukkan bahwa cinta, dukungan yang membuat pasangan merasa baik tentang diri sendiri dan menjaga hal-hal menarik dalam hubungan, misalnya mengatakan, "aku mencintaimu" atau berpegangan tangan.
2. Masalah uang. Uang adalah sumber nomor satu konflik pernikahan. Membicarakan keuangan bukan hanya membahas pajak, tetapi juga utang dan tagihan yang datang.
3. Membahas masa lalu. Untuk menjalin hubungan yang sehat perlu melepaskan masa lalu, termasuk cemburu dari hubungan masa lalu pasangan, sensitif atas perlakuan mertua atau obrolan masa kecil yang membuat pikiran galau.
4. Selalu menyalahkan pasangan. Seharusnya mintalah pandangan pasangan tentang masalah yang dihadapi, dengan mendapatkan perspektif pasangan dan menyatukan dengan perspektif maka akan mendapatkan hubungan yang langgeng.
5. Jarang berkomunikasi. Komunikasi sebagai faktor utama menjalin hubungan lebih serius, cobalah mendengar apa yang dikatakan orang lain, mengulang kembali dalam perkataan apa yang didengar dan menanyakan apakah mengerti apa yang didengar. (mediaindonesia.com 2012/08/14)
Perlu bimbingan
Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia
Dini Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,
Lidya Freyani Hawadi, meminta pemerintah daerah (pemda) mengembangkan lembaga
pendidikan kursus pranikah.
"Kursus
pranikah ini sebenarnya banyak manfaatnya bagi mereka yang belum menikah karena
akan mengetahui bagaimana cara menjalani pernikahan yang baik. Kita berharap ke
depannya dapat mengurangi tingkat perceraian, karena rumah tangga yang tidak
harmonis bisa berimbas pada pendidikan anak." katanya di Medan-Sumatra
Utara (8/3).
Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari
internet
Sumber bacaan a.l : Media Indonesia (2/3/2011 &
9/3/2012), surabayapost.co.id 2010/11/3.
Bacaan terkait :
Perceraian?, Pikir-Pikir Dulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar