Dikemas oleh :
Isamas54
Beberapa bahan baku
alternative pembuat kertas yang relative lebih cepat produksinya dan ramah
lingkungan.
Bahan industry pembuatan
kertas tentu saja saat ini sudah tidak aneh lagi apabila dibuat dari bahan yang
kelihatan tampak nyata berserat seperti kayu, bamboo, pelepah pisang, eceng
gondok, merang maupun jerami, atau dari kertas-kertas bekas melalui daur ulang,
tetapi bagaimana kalau dari limbah yang sudah selayaknya dibuang atau bahkan
dari bahan yang selama ini cukup menjijikkan?.
Pemanfaatan bahan alternative
ini sangat diperlukan, yaitu selama penghematan bahan baku kertas pokok (kayu) yang
membutuhkan waktu sekitar enam sampai delapan tahun, masih dianggap belum mampu
untuk menyelesaikan persoalan pemenuhan kebutuhan dan keberlanjutan produktivitas,
serta kita perhatian terhadap lingkungan.
Sebelum
lanjut …
Pengertian umum
Pulp
adalah hasil pemisahan serat (selulosa dan hemiselulosa) dari bahan baku berserat (kayu atau non kayu)
melalui berbagai proses (mekanis, semi, kimiawi), sebagai bahan baku kertas. Biasa juga disebut ‘bubur kayu’ .
Kertas
adalah bahan yang relative tipis dan rata yang dihasilkan melalui kompres dan
atau pengeringan serat yang berasal dari pulp, untuk digunakan sebagai bahan tulis-menulis, cetak, bungkus, tissue,
dlsb
Nata,
adalah merupakan selulosa (serat) yang terbentuk karena proses microbial (penjamuran).
Kita lanjutkan ..
(1). Bahan
baku Nata
Peneliti di Pusat
Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor (IPB),
Khaswar Syamsu, telah menemukan bahan alternative pembuat kertas dari Nata (selulosa/serat
yang terbentuk karena proses microbial) seperti air kelapa (nata de coco).
Dipilihnya bahan
dasar ini yaitu : (a). air kelapa saat
ini merupakan ‘limbah’ yang belum
tergarap secara maksimal apalagi Indonesia adalah merupakan produsen
terbesar kelapa di dunia, dengan luas area kebun kelapa di Indonesia seluas 2,950
juta hektare dengan produksi buah kelapa mencapai 19,3 juta ton per tahun (data
FAO, 2008). (b). belum pernah ada yang
mematenkan produk kertas berbahan baku nata ini, untuk diketahui bahwa kertas
berbahan baku rumput laut sudah dipatenkan oleh Korea Selatan. (c). ramah
lingkungan, karena Serat selulosa yang dihasilkan kerja bakteri itu memiliki
kemurnian 100% sehingga tidak harus melewati proses delignifikasi yang bisa
mencemari lingkungan.
Proses
(a). Proses pembuatan kertas dari nata dimulai
dengan proses pembuatan nata de coco,
yaitu air kelapa ditambahkan dengan senyawa zink amonium sulfat (ZA),
gula pasir, dan cuka biang. Bahan dimasak,
lalu ditambahkan starter (cairan berisi biakan Acetobacter xylinum) dan dituangkan ke dalam loyang. Loyang ditutup dan dibiarkan selama empat
hingga enam hari. Hasilnya ialah lembaran nata de coco.
(b). Proses berikutnya ialah menghilangkan bahan
pengotor dalam nata. Lembaran nata dihancurkan dengan sebuah alat bernama Niagara Beater untuk
menguraikan serat selulosanya, dimana serat selulosa yang dihasilkan kerja
bakteri itu memiliki kemurnian 100% sehingga tidak harus melewati proses
delignifikasi yang bisa mencemari lingkungan.
(c). Setelah nata tersebut menjadi bubur, proses
selanjutnya ialah pencampuran dengan pulp dari kayu. Komposisi yang direkomendasikan ialah 75%
selulosa mikrobial dan 25% pulp. Pencampuran itu dihomogenisasi sehingga
memperoleh struktur yang konsisten.
(d). Selanjutnya, bubur tersebut dipres dengan
alat pencetak dan dikeringkan selama 1-2 jam.
Media
lain
Produksi nata untuk
bahan baku kertas itu tidak harus berbahan baku air kelapa. Khaswar kini mulai
meneliti bahan baku lain untuk membuat nata, seperti nanas dan air limbah tahu. Secara teoretis, nata yang dihasilkan dari
bahan baku yang berbeda akau menghasilkan karakteristik nata yang mirip.
Perbedaannya terletak pada warna kertas yang dihasilkan .
"Kalau limbah
tahu dibiarkan, kan akan menjadi polusi udara. Kalau diolah, selain tidak
mencemari lingkungan, menambah manfaat. Enggak akan berbeda, paling hanya warna
yang mungkin lebih putih. Nanas kan paling agak kekuningan," sahutnya.
Pada 2009 hingga
2010, Khaswar Syamsu, juga telah mengembangkan mikrobakteri penghasil selulosa
dari air hasil perasan tepung tapioka yang selama ini dianggap limbah untuk
dijadikan bahan pembuat kertas. Prosesnya hampir sama dimana bahan tersebut
diolah menjadi nata de cava, dengan
penambahan seperti gula, nitrogen, serta proses
mikrobakteri Acetobacter xylium. Prosesnya
hanya hanya membutuhkan satu hari.
Ramah
lingkungan
Bahan baku kertas
yang berasal dari kayu mengandung lignin sehingga perlu dilakukan delignifikasi
yang menggunakan soda api (NaOH) konsentrasi tinggi agar bisa mendapatkan selulosa murni. Selain itu ada proses bleaching menggunakan
klorin agar dihasilkan kertas yang putih.
Bahan-bahan tersebut jika dibuang langsung ke sungai, bisa membuat
gatal-gatal jika terkena kulit, atau perusahaan harus mengeluarkan biaya besar
untuk mengolah limbah sebelum dibuang.
"Kita memang
tidak berpretensi menggantikan kayu secara keseluruhan. Tapi, kita bisa
menyubstitusi hingga 75% dengan karakteristik kertas yang dihasilkan memiliki
daya tarik dan daya sobek lebih tinggi daripada kertas biasa. Kita juga tidak
perlu menggunakan klorin karena warnanya yang sudah transparan. Atau, menggunakan
NaOH dalam konsentrasi rendah, sekitar 1%, untuk menghilangkan pengotornya
saja. Dengan begitu, kertas ini ramah lingkungan," tegas Syamsu.
Harapan ke depan
Diharapkan hasil
penerapan teknologi ini dimanfaatkan
untuk menjadi industry dengan jumlah produksi yang berkembang pesat dengan merevitalisasi perkebunan kelapa. Selain itu, sosialisasi pembuatan nata
kepada masyarakat secara luas juga perlu dilakukan agar mereka bisa menjadi pemasok
bagi industri kertas. Dengan begitu,
masyarakat bisa mendapatkan manfaat dari industri kertas berbahan baku nata
tersebut.
“Perlu diketahui
bahwa hanya butuh waktu enam bulan untuk memanen buah kelapanya dan pohonnya
tak perlu ditebang sehingga produktivitasnya pasti lebih tinggi daripada
kayu," jelas Khaswar.
SELINGAN
:
Bahan
ramah lingkungan lainnya
Ide
bahan pembuat kertas lain yang dianggap ramah lingkungan juga dilakukan oleh aktor
Woody Harrelson …
Berkat
ketekunannya mengolah kertas aktor Woody Harrelson, 51, berhasil meluncurkan
sebuah merek kertas ramah lingkungan di Los Angeles, AS (19/6/13). Peluncuran
kertas ramah lingkungan tak lepas dari kecintaannya terhadap lingkungan,
menyebut dirinya sebagai pecinta hutan mulai terlibat dalam aktivitas pecinta
lingkungan saat berperan sebagai bartender di sinetron komedi Cheers. Lalu bergabung pada koalisi lingkungan yang
di dalamnya antara lain terdapat Peter Bahouth dari Greenpeace, salah satu
organisasi pecinta lingkungan di dunia.
Kesadarannya
atas kelestarian lingkungan dan hutan itu lalu memaksanya berpikir untuk
menemukan pengganti kertas yang bukan terbuat dari kayu. Di akhir 1990-an, ia
mulai bekerja dengan pengusaha Kanada Jeff Golfman untuk mencari tahu bagaimana
membuat kertas tanpa menggunakan kayu.
Setelah
15 tahun penelitian dan pengembangan, kini perusahaannya, Prairie Pulp &
Paper Inc, meluncurkan produk kertas bermerek Step Foward Paper dengan bahan
baku produk dari bahan ramah lingkungan, yaitu limbah gandum, jerami, dan serat
kayu.
Pemilihan bahan
baku tersebut dilakukan demi kelestarian hutan dan alam. Menurutnya, menggunakan
dua pak kertas tradisional (konvensional) Step Foward Paper sama saja dengan
menghemat satu pohon.
(2). Berbahan kotoran gajah
Taman Safari
Indonesia di Kabupaten Bogor-Jawa Barat, memiliki sekitar 40 gajah yang setiap
harinya menghasilkan limbah kotoran hingga empat ton. Baru-baru ini pihak pengelola Taman Safari
Indonesia tersebut telah
mengembangkan kertas daur ulang yang unik yaitu berbahan kotoran gajah
tersebut.
Proses
Adapun
proses pembuatannya dilakukan melalui beberapa tahapan :
Kotoran
gajah dicuci, lalu dipisahkan untuk diambil
bahan yang berupa serat sisa makanan, dijemur
di sinar matahari hingga kering dan berubah warna seperti warna coklat susu.
Selanjutnya
serat kering kotoran gajah itu dicampur dengan kertas bekas. Perbandingan pencampuran ini 3 kilogram
kotoran gajah dan 1 kg kertas bekas, diblender dalam alat khusus.
Tahap
selanjutnya, adalah perebusan selama 15 menit dan bahan berubah menjadi bubur
kertas, campuran dicetak dengan screen ukuran 40 x 50 sentimeter untuk
menjadi kertas kering.
Pembuatan kertas dari kotoran gajah ini dimulai sejak enam bulan lalu, berawal dari eksperimen dua pegawai TSI.
Pembuatan kertas dari kotoran gajah ini dimulai sejak enam bulan lalu, berawal dari eksperimen dua pegawai TSI.
Proses
pembuatan kertas dari kotoran gajah ini hanya berlangsung selama satu hari.
Kapasitas produksi
Dalam satu hari, TSI menghasilkan 2 ton kotoran gajah dari 40 gajah yang ada. Dari 2 ton kotoran itu diolah setiap harinya. Dari 100 kg serat kotoran dikeringkan menghasilkan 4 kg kotoran kering. Dari 4 kg serat kering menghasilkan 210 lembar kertas ukuran 40 x 50 cm.
Kapasitas produksi
Dalam satu hari, TSI menghasilkan 2 ton kotoran gajah dari 40 gajah yang ada. Dari 2 ton kotoran itu diolah setiap harinya. Dari 100 kg serat kotoran dikeringkan menghasilkan 4 kg kotoran kering. Dari 4 kg serat kering menghasilkan 210 lembar kertas ukuran 40 x 50 cm.
Kertas
dari kotoran gajah ini sudah dibuat menjadi buku, amplop, kertas cetak foto,
undangan, dan frame foto.
"Selama ini kertas diproduksi dari pohon atau hutan kita. Jika kotoran gajah bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kertas tentu ini dapat mengurangi penggunaan kertas dari pohon. Kita berharap ini bisa dikembangkan menjadi industry”, kata Menteri Lingkungan Hidup, Baltasar Kambuaya, dalam acara perayaan peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional di TSI, Cisarua - Bogor (9/11/2012).
"Selama ini kertas diproduksi dari pohon atau hutan kita. Jika kotoran gajah bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kertas tentu ini dapat mengurangi penggunaan kertas dari pohon. Kita berharap ini bisa dikembangkan menjadi industry”, kata Menteri Lingkungan Hidup, Baltasar Kambuaya, dalam acara perayaan peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional di TSI, Cisarua - Bogor (9/11/2012).
Catatan : Dengan begitu, teknologi pembuatan bahan baku
kertas tersebut di atas (nata, bahan lain, dan kotoran gajah) dapat dijadikan sebagai solusi
optimalisasi lahan dan kelestarian lingkungan dengan mengurangi penebangan pohon dan degradasi hutan.
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet.
Sumber
: bbc.co.uk/Indonesia 2012/11/21, sains.kompas.com/read/2012/11/09, Media Indonesia (5/12/2012, 25/4/2013, & 21/6/2013).
Bacaan
lain :
Perusahaan pulp dan kertas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar