Tasripin (12 th)
bocah putus sekolah yang membanting tulang mencari nafkah untuk menghidupi
ketiga adiknya mendapat simpati pejabat dan dikenal publik.
Oleh : M Fuad
Hasan, MSc - Wakil Sekretaris BAZNAS
Perjuangan hidup Tasripin
mendapat perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengctahui dari
media social twitter @SBYudboyono (18/4/1013. Lewat
akun tweeternya Presiden SBY
menulis: (1) Kisah Tasripin, Banyumas, usia 12 tahun yg menjadi buruh tani
utk menghidupi ketiga adiknya sungguh menggores hati kita. *SBY* (2) Saya akan segera mengutus Staf
Khusus soya, bekerja sama dgn Gubernur Jateng, utk mengatasi (3) persoalan
hidup Tasripin. " *SBY*
Tasripin terlalu kecil utk memikul beban dan tanggungjawab ini. Secara moral,
saya dan kita semua harus membantunya, *SBY*
Setiap hari bocah
itu bekerja di sawah agar adik-adiknya bisa makan. Satinah, ibu
mereka, meninggal dunia dua rahun lalu di usia 37 tahun akibat terkena
longsoran batu saat menambang pasir di dekat rumahnya. Kuswito, ayahnya,
mencari nafkah di Kalimantan bersama kakak tertuanya.
Tasripin dan
adik-adiknya hidup sebatang kara dan hanya didampingi tetangga. Sore hari masih
sempat mengajar adik-adiknya membaca Al Quran, mengajak shalat dan mengaji di
mushalla depan rumahnya.
Nasib mujur,
jajaran TNI dari Kodim Banyumas dan Korem Wijayakusuma bertindak cepat memberi
bantuan. Rumah Tasripin dibongkar dan diperbaiki Kodim. Menunggu renovasi rumahnya sehari. Tasripin bersama ketiga adiknya diinapkan di
hotel berbintang di Purwokerto. Tasripin memperoleh hadiah sejumlah uang dari
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sepekan kcmudian
Menteri Agama Suryadharma Ali rnenyambut Tasripin dengan adik-adik dan ayahnya
di kantor Kementerian Agama (Kamis 25/4). Menteri Agama membujuk Tasripin agar
melanjutkan pendidikan. Kementerian Agama bahkan siap membangun madrasah di
lokasi tempat tinggalnya Tasripin. "Tidak hanya masalah Tasripin dan
adik-adiknya, tapi juga masalah pendidikan yang dihadapi masyarakat disana
secara keseluruhan." ucap Menteri Agama.
Tasripin hanyalah
potret "gunung es" kemiskinan dan kepincangan sosial yang rnasih
terjadi di negara kita. Banyak anak-anak dan keluarga miskin yang senasib atau
bahkan lebih memprihatinkan keadaannya di seluruh tanah air yang perlu diangkat
derajat hidupnya. Oleh karena itu pemimpin dan elite pusat dan daerah tidak
boleh "rabun dekat" dengan masalah kemiskinan di negara yang
berdasarkan Pancasila ini.
*
Ada beberapa
pelajaran yang perlu diambil dari berita dan cerita Tasripin, yaitu:
Pertama, kultur yang berorientasi ke atas
masih kuat di negara kita. Rakyat mencontoh pemimpinnya dan bawahan
menyesuaikan diri dengan kemauan atasan. Untuk itu pemimpin yang menjadi contoh
dan menginspirasi sangat diperlukan.
Kedua, kemiskinan
dan kepincangan social tidak bisa diatasi dengan tindakan yang bersifat
sporadic individual, tetapi harus dengan pendekatan sistem dan implementasi
kebijakan yang prorakyat,
Ketiga, negara harus hadir setiap saat
dalam kehidupan rakyat, namun ' tidak
mesti negara menjadi cinter-class. Salah satu tugas
negara adalah membangun sistem kesejahtcraan yang
memberikan keadilan dan mendatangkan rasa aman dari kemiskinan.
Keempat, kearifan lokal adalah modal
sosial yang perlu dipelihara di tengah pergeseran budaya bangsa kita dcwasa
ini. Bangsa Indonesia sejak zaman purba memiliki budaya gotong-royong, tolong
menolong, dan di daerah Minangkabau (Sumatera Barat) terdapat idiom, "Kaba
baiak bahimbauan, kaba buruak bahambauan" (Kabar baik berhimbauan, kabar buruk berhamburan).
Oleh karena
itu, semua unsur/pemerintahan sampai
tingkat paling bawah harus jeli melihat persoalan yang ada di
masyarakat. Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi belum lama ini mengingatkan
pejabat-pejabat daerah supaya tidak mengutamakan anggaran untuk kepentingan
mereka. "Rumah pejabatnya mewah, mobilnya mahal, kantornya megah ini kan
tidak pantas. Justru prioritas anggaran itu untuk masyarakat," tegasnya.
Dalam kaitan
itu peran fasilitatif dan mediatif aparatur pemerintah
harus dioptimalkan untuk mengatasi masalah kemiskinan. Sebagaimana diketahui,
wilayah administrasi pemerintahan telah dibagi mulai dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan,
dan desa/kelurahan. Setiap desa atau nama lainnya terdiri dari jorong, koto,
kampung dan lain-lain
istilah lokal. Sedangkan masyarakat urban di perkotaan hidup dalam lingkungan
Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT).
Salah satu
persoalan masa lalu yang disadari dan perlu dikoreksi ialah pengabaian fungsi
susunan asli masyarakat Indonesia yang penuh kekerabatan dan kekeluargaan dalam
pcmbangunan nasional. Pola penyeragaman Desa di masa Orde Baru terbukti merusak
akar budaya dan kearifan lokal masyarakat Indonesia.
Dalam
penanggulangan kemiskinan, persoalan yang tidak dapat diselesaikan di tingkat
bawah harus dibawa ke tingkat yang Icbih tinggi atau istilahnya "bertangga
naik berjenjang turun". Peran pemimpin dan jajaran aparatur pemerintah di
manapun harus bisa membuat rakyat percaya kepada sistem dan bukan mcnunggu
keajaiban. Di sampmg unsur pemerintahan yang menyelenggarakan peran utama
penanggulangan kemiskinan, di seluruh Indonesia terdapat lembaga zakat, yaitu
BAZNAS dan lembaga zakat yang lainnya.
Lembaga zakat di
seluruh tanah air mempunyai tugas untuk membantu masyarakat miskin sampai ke
pelosok desa yang jauh terpencil. Pembentukan lembaga zakat bertujuan untuk
memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada kaum miskin dan dhuafa.
Pada akhirnya
tindakan membantu orang miskin harus disadari sebagai kewajiban dan tanggung
jawab moral setiap orang.
Wallahu a'lam
bisshawab.
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi (tambahan) yang diambil dari internet.
Sumber bacaan : Media Indonesia tgl 29 April 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar