Selasa, 11 Desember 2012

Mengenang Musibah Tsunami Aceh Tahun 2004


Dikemas oleh : Isamas54
Tidak terasa sudah 8 tahun peristiwa yang sangat memilukan terjadi di bumi serambi Mekkah Aceh yang terjadi pada hari Minggu pagi tanggal 26 Desember 2004.


Kejadian
Gempa bumi Aceh (9 SR) terjadi pada jam 08:00 WIB pada tanggal 26 Desember 2004 dengan pusat gempa di Samudra Hindia di lepas pantai barat Aceh. Tepatnya yaitu pada jam 7:58:53 WIB dengan pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E  kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh di kedalaman 10 kilometer, berkekuatan 9,3 menurut skala Richter.
Kekuatan gempa pada awalnya dilaporkan mencapai magnitude 9.0, dan pada Februari 2005 dilaporkan berkekuatan magnitude 9.3. Meskipun Pacific Tsunami Warning Center telah menyetujui angka tersebut. Namun, United States Geological Survey menetapkan magnitude 9.2. atau bila menggunakan satuan seismik momen (Mw) sebesar 9.3.

Tsunami di Samudra Hindia ini merupakan gempa dan Tsunami terburuk dalam 10 tahun terakhir dan merupakan gempa Bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir yang menghantam Aceh,  Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Kepanikan ini terjadi dalam durasi yang tercatat paling lama dalam sejarah kegempaan bumi, yaitu sekitar 500-600 detik (sekitar 10 menit). Kepanikan pun terjadi pada sebagian masyarakat Aceh yang kebetulan bersamaan dengan sedang mengadakan Halal Bil Halal masyarakat Aceh di Jakarta pasca menyambut lebaran Idul Fitri, dimana komunikasi melalui telpon/HP terputus sehingga tidak bisa menghubungi keluarga mereka pada saat kejadian yang berada di Aceh.   
Gempa bumi sebelum gempa bumi di Aceh : Gempa (6,4 SR) mengguncang Nabire-Papua (26/11/2004)  dengan korban tewas 30 orang dan gempa (6 SR) mengguncang Alor (12/11/2004) dengan korban tewas 27 orang dan ratusan bangunan rata dengan tanah.
Beberapa pakar gempa mengatakan menganalogikan kekuatan gempa ini, mampu membuat seluruh bola Bumi bergetar dengan amplitude getaran diatas 1 cm.
Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.
Kecepatan rupture diperkirakan sebesar 2.5km/detik ke arah antara utara - barat laut dengan panjang antara 1200 hingga 1300 km.

Korban
Data jumlah korban bervariasi, mungkin hal ini dikarenakan karena waktu dan hancurnya system pendataan. 
Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang tewas di 8 negara dengan jumlah korban tewas di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara adalah 105.262 orang (Departemen Sosial RI, 11/1/2005). 

 
Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah korban diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total luka-luka sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh.
Menurut Koordinator Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland, jumlah korban tewas akibat badai tsunami di 13 negara (hingga minggu 2/1/2005) mencapai 127.672 orang.
Menurut U.S. Geological Survey korban tewas mencapai 283.100, 14.000 orang hilang dan 1,126,900 kehilangan tempat tinggal. Menurut PBB, korban 229.826 orang hilang dan 186.983 tewas.
Di Indonesia, gempa dan tsunami menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatera. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami.  Korban kebanyakan disebabkan oleh tsunami yang menghantam pantai barat Aceh.
Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur yang sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui, diperkirakan sedikitnya 150.000 orang. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban tewas tambahan berada di Indonesia. Pasalnya, sebagian besar bantuan kemanusiaan terhambat masuk karena masih banyak daerah yang terisolir.

Monumen Tsunami Aceh
Monumen kapal dan museum antara lain menjadi pengingat bencana tsunami yang melanda Aceh hampir delapan tahun silam.
(1).  Kapal kayu

Di Gainpong Lampulo, Nanggroe Aceh Darussalam, sebuah kapal kayu bertengger angkuh di atas sebuah rumah. Berdasarkan cerita dari informasi yang tertera di papan informasi di sana yaitu :
Kapal tersebut 'naik dok' alias harus mendapat perawatan rutin sejak beberapa hari sebelum tsunami terjadi. Pemilik perahu kemudian memerintah anak buah kapal membawa kapal kembali melaut pada 26 Desember 2004.
Namun, sebelum sempat melaut, tsunami dating (tsunami terjadi pada tgl 26 Desember 2004).  Kapal berbobot 20 ton berukuran panjang 25 meter dan lebar 5,5 meter itu terhempas sejauh 2 kilometer dan mendarat di atap rumah warga bernama Misbah. Namun, berkat kapal itu, 59 orang, termasuk penghuni rumah, selamat dari gulungan tsunami.
Atas prakarsa Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kapal itu menjadi monumen. Badan Geologi pun menata tempat itu. Lokasi itu kini menjadi tujuan wisata di Kota Banda Aceh.
Gampong Lampulo -berarti Kampung Lampulo- terletak di Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, sekitar 2 km dari pelabuhan nelayan dan tempat pelelangan ikan. Pengunjung tidak dipungut bayaran untuk memasuki lokasi wisata tersebut. Hanya ada kotak sumbangan untuk pembangunan masjid di kampung itu.

(2).  Kapal apung
PLTD Apung merupakan kapal pemasok tenaga listrik tambahan untuk Kota Banda Aceh yang saat kejadian tsunami berlabuh sekitar 2 kilometer dari bibir Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh. Ketika tsunami menerjang, kapal baja itu terhempas hingga Punge Blang Cut, sebuah desa berjarak 6 kilometer dari tempatnya berlabuh.
Monumen kapal ini, sekarang sudah rapih penataannya berkat prakarsa Badan Geologi Kementerian ESDM.  Selain taman bermain, ada pula bangunan perpustakaan dan ruang informasi yang belum berfungsi.
Dalam monumen peringatan, tertulis lebih dari 1.000 nama penduduk desa yang tewas akibat tsunami.
Kapal PLTD Apung kini menjadi lokasi wisata, dimana pengunjung tidak dipungut biaya untuk masuk ke areal kapal PLTD Apung. Pengunjung hanya harus membayar parkir seharga Rp5.000 untuk mobil dan Rp3.000 untuk sepeda motor.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber bacaan a.l : sosbud.kompasiana.com/2012/02/23; Media Indonesia 25/10/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar