Salam (Eugenia polyantha)
adalah merupakan vegetasi berbentuk
pohon yang sudah dikenal luas hanya karena daunnya banyak dimanfaatkan untuk penyedap
masakan, namun sebenarnya lebih dari itu untuk pemanfaatannya.
Dalam tulisan ini
pohon salam dimasukkan dalam kelompok tumbuhan hutan dikarenakan pohon ini
adalah merupakan salah satu jenis vegetasi penyusun tegakan hutan tropis
Indonesia dengan kegunaan kayunya antara lain memenuhi spesifikasi tehnik untuk
keperluan kayu pertukangan maupun energy, walaupun pemanfaatan daunnya telah
dikenal sebagai bahan penyedap masakan.
Penyebaran
Tanaman salam (Eugenia
polyantha W) identik dengan Syzigium
Polyanthum, dengan nama lainnya yaitu gowok (sunda), ubar serai (melayu),
meselengan (sumatera), Indonesian bay-leaf atau Indonesian laurel (bahasa
inggris), salamblatt (jerman) adalah termasuk famili Myrtaceace yang tumbuh
mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1300 m diatas permukaan laut.
Tersebar mulai dari Burma, Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra,
Kalimantan dan Jawa. Pohon ini ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan primer dan
sekunder, mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 1.000 m (di Jawa), 1.200 m
(di Sabah) dan 1.300 m dpi (di Thailand), Heyne (1987), kebanyakan merupakan
pohon penyusun tajuk bawah. Di samping itu salam ditanam di kebun-kebun
pekarangan dan lahan-lahan hutan rakyat (hutan hak), terutama untuk diambi!
daunnya.
Morfologis
Pohon
Pohon berukuran
sedang, mencapai tinggi 30 m dan diameter 60 cm. Pepagan (kulit batang)
berwarna coklat abu-abu, memecah atau bersisik.
Buah
Buah buni membulat atau agak tertekan 0 12 mm, bermahkota
keping kelopak, berwarna merah sampai ungu kehitaman apabila masak.
Kayu
Kayu teras berwarna
kuning kelabu, coklat zaitun, coklat emas sampai coklat kemerahan atau coklat
keungu-unguan, dengan batas yang tidak tegas.
Kegunaan
Kebanyakan bagian
dari pohon salam yang dimanfaatkan oleh masyarakat selama ini baru daunnya saja
yang diperuntukan sebagai penyedap bumbu masakan. Selain itu mungkin sudah dikenal pemanfaatan,
yaitu kulitnya sebagai salah satu bahan pewarna alami untuk tekstil, jaring maupun
anyaman bambu. Buahnya selain sebagai obat juga merupakan salah satu makanan
burung.
Daun salam liar (di
hutan) hampir tak pemah dipergunakan untuk masakan karena selain baunya sedikit
berbeda dan kurang harum juga menimbulkan rasa agak pahit.
Namun dari segi
kekuatan kayu mungkin dapat juga diperhitungkan dari segi keawetan dan
ketahananannya, sampai sekarang belum dibudidayakan sebagai tanaman perkebunan
besar, oleh karena itu dalam tulisan ini pohon salam dimasukkan dalam Tumbuhan
hutan.
Riap
Pohon salam yang
ditanam secara monokultur pada tanah subur di Pulau Jawa umur 7 tahun mempunyai
riap rata-rata tahunan dapat mencapai 21,5 m3 per hektar, ditempat
lain pada umur 8 tahun dapat menghasilkan kayu log bebas cabang sebanyak 9,1 m3
per hektar pada jarak tanam 2 x 3 m dan pada umur 17,5 tahun yang ditanam
dengan jarak 1 x 2,5 m menghasilkan kayu gelondongan sebanyak 7.4 m3
per hektar. Jenis yang sama pada hutan alam di Riau riap rata-rata tahunannya
dapat mencapai 10.5m3 per hektar. (Anas
Badrunasar dalam Al-Basia 2010)
Teknik
Perbanyakan
Pembiakan
Salam berbunga dan
berbuah hampir di sepanjang tahun. Pohon ini mudah diperbanyak dengan biji atau
stek.
Pohon salam dapat
dibudidayakan dengan berbagai cara baik dengan biji, stek maupun dengan cara
cangkokan. Buah salam dapat diperoleh dari bawah tegakan tua. Viabilitas benih
akan cepat menurun setelah 4-5 minggu. Teknik perbanyakan dengan biji sebagai
berikut: Buah segar langsung ditaburkan pada bedeng tabur bernaungan dengan
media tanah, kemudian ditutup dengan pasir halus. Benih akan mulai berkecambah
pada minggu 1-3 setelah penaburan dan akan lengkap setelah 5-12 minggu. Semai
bisa dipindah ke lapangan setelah batangnya mengeras.
Penanaman
Teknik penanaman (misalnya
untuk hutan tanaman) menggunakan jarak tanam yang umum adalah 2 x 3 m, dengan
jarak tanam tersebut diharapkan pertumbuhan batangnya akan lurus dan sedikit
percabangan.
Pohon salam
dapat,ditanam secara campuran, diantaranya S. polyantha dengan T.
Grandis, S.polyanthum dengan Pinus spp., S. polyantha dengan Agathis
spp, dan S. polyantha dengan Albizia procera Roxb.
Hama
Hama yang menyerang
S. polyanthum di Indonesia adalah kumbang penggerek batang (Argyroploce
mormopa), Coccus viridus (pengisap getah), kutu Acarina dan Alddes
patruelis (ulat penggerek pucuk daun). Rayap merupakan serangga paling
parah serangannya pada semai S. polyantha dan serangga lainnya termasuk
semut pohon merah (Oecophylla smaragdina) dan Salssetia eugeniae.
Pemanfaatan
(1).
Kayu
Harga kayu
gergajian S. polyantha di penggergajian kayu rakyat di Kabupaten Ciamis
dan Tasikmalaya berkisar antara Rp. 1.250.000 - Rp, 1.500,000,- per meter
kubik. Kegunaan dari kayu ini sesuai dengan spesifikasinya, seperti ; Berat
jenis 0,64 (0,57-0,72), kelas awet III dan dan kelas kuat 111. Kelas awet dan
kuat dari kayu S, polyantha setara dengan kayu komersil yang sudah lama
dikenal dipasaran, seperti : bintangur (Calophyifum spp.), mahoni (Swietenia
spp.), Merawan (Hopea spp.), Sungkai (Peronema canescens Jack) dan
Gopasa (Vitex cofassus Reinw.).
Kayu dengan kelas
awet dan berat jenis (Bj) seperti kayu salam dikategorikan keawetannya sedang.
Artinya, kayu yang
berkeawetan sedang jika ditempatkan pada keadaan yang selalu berhubungan dengan
air, kayu tersebut akan bertahan selama 3 tahun, tetapi jika dipergunakan
dibawah pengaruh cuaca dan angin tetapi terlindung dari masuknya air dan udara,
maka kayu tersebut bertahan sampai 10 tahun.
Jika kayu tersebut
digunakan dibawah atap dan tidak berhubungan dengan tanah basah serta
terlindung dari kekurangan udara maka kayu tersebut keawetannya sangat lama,
apalagi dalam kondisi dibawah atap serta diberi perlakuan pengawetan dan
pemeliharaan, maka keawetannya tak terbatas.
Kayu dengan kelas
awet III, seperti kayu salam ini, termasuk rentan terhadap serangan rayap
tanah, tetapi hampir tidak diserang oleh bubuk kayu. Berdasarkan spesifikasi
tersebut maka penggunaan kayu salam cocok untuk konstruksi berat dan ringan,
perabot rumah tangga, tiang telpon, kapal, jembatan, bantalan rel kereta api,
papan serat, kayu lapis dan kayu energi.
(2). Daun
Penyedap masakan
Daun salam
digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di sejumlah negeri di Asia
Tenggara, balk untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, maupun nasi liwet. Daun
ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau pun segar, dan turut dimasak
hingga makanan tersebut matang. Daun salam ini memberikan aroma herba yang khas
namun tidak keras. Untuk masak umumnya salam dipasarkan dengan lengkuas,
demikian juga di pasar biasanya salam dijual disatukan dengan lengkuas.
Obat
tradisional
Daun salam dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit: antidiare, kencing manis (diabetes),
mag, tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol. Khasiat yang dimiliki daun
salam tidak dapat dilepaskan dari zat kimia yang dikandungnya.
Kandungan minyak
Salam mengandung
minyak atsiri (zat antibakteri dan penetral racun) yang mudah menguap dan
beraroma, serta tannin (sebagai zat astringent yang
berfungsi melapisi dinding mukosa usus dari rangsangan isi usus). Selain itu mengandung Etanol, methanol dan
eugenol.
(3).
Kulit
Kulit batang salam
mengandung tanin, kerap dimanfaatkan sebagai ubar (untuk mewarnai dan
mengawetkan) jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Kulit batang dan
daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan tradisional untuk menyembuhkan
sakit perut.
(4).
Buah
Buah salam dapat
dimakan, rasanya manis-sepet. Air perasan dari buah salam yang sudah mantang
dapat dijadikan penawar mabuk karena minuman beralkohol. Daging buahnya tipis
dengan porsi biji lebih besar. Selain itu buah yang sudah tua (matang)
merupakan salah satu menu makanan burung pemakan buah (biji).
Dimana si burung
bisa mengambil manfaat dari buah pohon salam, sedangkan pohon salam memperoleh
manfaat dan burung dalam hal penyebaran benih melalui kotorannya (faeces).
Aneka
Resep Obat dari pohon salam
Diare
Ambil 15 lembar
daun salam segar. Cuci bersih. Rebus dalam 2 gelas air sampai mendidih selama
15 menit. Masukkan sedikit garam. Setelah dingin, saring, lalu minum air
rebusan sekaligus
Kencing
manis (Diabetes mellitus)
Ambil 7-15 lembar
daun salam segar, cuci bersih. Rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas.
Biarkan sampai dingin, lalu saring. Minum aimya sekaligus sebelum makanakukan 2
kali sehari.
Sakit
Mag
Ambil 15-20 lembar
daun salam segar. Cuci bersih. Rebus dalam setengah liter air sampai mendidih
selama 15 menit. Tambahkan gula enau secukupnya. Setelah dingi, minum ramuan
sebagai teh. Lakukan setiap hari sampai rasa perih di lambung hilang.
Tekanan
darah tinggi
Ambil 7-10 lembar
daun salam, cuci sampai bersih. Rebus dalam 3 gelas air sampai bersisa 1 gelas.
Setelah dingin, saring. Minum air rebusan 2 kali sehari, masing-masing setengah
gelas.
Kadar
kolesterol
Sediakan 10-15
lembar daun salam segar. Cuci bersih, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai
bersisa 1 gelas.Setelah dingin, saring.Minum air rebusan sekaligus di malam
hari, Lakukan setiap hari.
Mabuk
alkohol
Ambil segenggam
buah salam masak, Cuci bersih, lalu tumbuk sampai halus. Peras dan saring
airnya. Minum air yang terkumpul sekaligus.
Asam
urat tinggi
Ambil 10 lembar
daun salam segar, rebus dengan 4 gelas air hingga bersisa 2 gelas. Kemudlan
saring. Minum selagi hangat.
Eksim
Ambil 10 lembar
daun salam segar dan 25 gram kunyit.Tumbuk sampai halus, lalu tambahkan air
sedikit dan garam secukupnya. Oleskan pada bagian kulit yang sakit.
Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber bacaan a.l : Al Basia Vol 7 (6/2010) Litbang Kehutanan.
Bacaan sebelumnya :
Tumbuhan Hutan : Pohon Gaharu, Ulin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar