Situs Gunung Padang
yang terletak di Cianjur Jawa Barat adalah merupakan bangunan besar buatan
manusia yang disusun dengan materi batu columnar joint dengan sistim perekat
berupa semen purba.
Keadaan umum dan lokasi
Gunung
Padang merupakan sebuah bukit yang terletak Cianjur, Jawa Barat. Bagian atas bukit sejak tahun 1979 telah
diketahui oleh masyarakat umum dan kemudian menjadi objek wisata, yang terletak
di ketinggian 995 meter di atas permukaan air laut (mdpl).
Struktur
batu di bagian atas bukit membentuk undakan sebanyak 5 teras.
Setelah
hasil dieskavasi terus-menerus, termasuk sekeliling bukit yang sebelumnya masih
tertutup hutan dan semak belukar, para arkeolog dari tim terpadu Mandiri
menemukan bangunan besar itu bukan hanya sekedar batu-batu yang berserakan
saja.
Penelitian
Para arkeolog yang terpadu dalam Tim Terpadu Riset Mandiri telah melakukan riset/penelitian dan eskavasi di Situs Gunung Padang, Cianjur-Jawa Barat ini Mei 2012. Dalam perkembangannya semakin membuktikan bahwa di dalam tanah Gunung Padang masih banyak struktur batu yang disusun oleh manusia, yang sekaligus menunjukkan keahlian dalam pembangun Gunung Padang.
Struktur batu bagian atas bukit (yang selama ini sebagai obyek wisata di puncak bukit) di ketinggian 995 mdpl membentuk undakan sebanyak 5 teras, tetapi setelah penelitian pada ketinggian 885 mdpl ditemukan terasering yang kemungkinan merupakan kaki bangunan (sebelum penelitian masih tertutup hutan dan semak belukar). Bangunan tersebut telah dianggap sebagai monumental yang dibuat dari batuan columnar joint (batu-batu panjang berpenampang segilima).
Situs
Gunung Padang membutuhkan penanganan segera, jangan sampai situs bersejarah ini
terbengkalai, apalagi penelitian awal diperoleh temuan bahwa Gunung Padang
berusia 500 tahun SM.
Bentuk situs (manmade)
"Survei
arkeologi Tim Terpadu Riset Mandiri telah berhasil menemukan sisi utara, timur,
dan barat situs, sisi selatan situs Gunung Padang Cianjur. Penemuan ini, semakin memperkuat kesimpulan
tim bahwa luas situs itu minimal 15 hektar.
Jika dibandingkan dengan Candi Borobudur, maka bangunan Gunung Padang
minimal 10 kali luas Candi Borobudur” arkeolog Ali Akbar, pengajar di jurusan
Arkeologi UI, sebagai Ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia/ MARI (30/3/2013).
Melalui
riset sepanjang tahun 2012 sampai sekarang, Tim Terpadu Riset Mandiri, setelah
membersihkan semak belukar :
(a). Menemukan banyak struktur di bagian badan dan
kaki bukit, adanya indikasi teras 6 di
sisi utara, di sisi selatan disusun dengan batuan columnar joint dengan jarak
yang cukup rapat.
(c). Berbeda dengan sisi lainnya di sisi selatan
belum ditemukan adanya tangga naik, atau kemungkinan memang tidak ada tangga di
sisi ini mengingat kemiringannya sangat curam dan di bagian bawah langsung
berbatasan dengan sungai.
(d). Diduga ada bangunan dengan tinggi mencapai
110 meter di area itu, atau tidak kalah dengan bangunan piramida di Mesir
dengan situs yang tertinggi kurang lebih 132 meter. Merupakan sebuah bukit
setinggi 995 meter di atas permukaan air laut (mdpl) dan pada ketinggian 885
mdpl ditemukan terasering yang kemungkinan merupakan kaki bangunan.
Struktur bangunan
(a). Batu-batu panjang yang disusun manusia
Di
kedalaman lebih dari 4 meter sampai kedalaman 18 meter ditemukan susunan
batu-batu panjang berpenampang segilima (columnar joint) yang disusun manusia. Orientasi struktur batu di lereng timur
adalah rebah (horisontal) Timur-Barat, sementara itu struktur batu di lereng
utara adalah rebah utara-selatan. Secara
alami, columnar joint di dalam tanah posisinya berdiri (vertikal) sedangkan jika
columnar joint secara alami rebah maka orientasinya akan seragam misalnya
seluruhnya mengarah ke utara. Kuat indikasinya bahwa bebatuan yang tersusun
di lereng adalah hasil dari penataan nenek moyang kita dulu.
(b). Adanya semen purba
(c). Logam terak besi buatan manusia
Ditemukan
logam berupa terak besi buatan manusia di antara struktur batuan di lereng
timur, yang menurut hasil analisis Laboratorium Uji Departemen Teknik Metalurgi
dan Mineral UI menunjukkan kadar besi dan carbon yang tinggi. Artinya, masyarakat
yang membuat situs Gunung Padang telah mengenal pembakaran, pengolahan, dan
pemurnian logam.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jelas kiranya bahwa di bawah tanah Gunung Padang pernah terdapat aktivitas masyarakat masa lalu yang antara lain membuat struktur bangunan (manmade). Lapisan alami Gunung Padang jika mengacu pada hasil pengeboran kemungkinan besar terdapat pada kedalaman 18 meter dari permukaan tanah sekarang.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jelas kiranya bahwa di bawah tanah Gunung Padang pernah terdapat aktivitas masyarakat masa lalu yang antara lain membuat struktur bangunan (manmade). Lapisan alami Gunung Padang jika mengacu pada hasil pengeboran kemungkinan besar terdapat pada kedalaman 18 meter dari permukaan tanah sekarang.
Mahakarya dengan arsitek ulung
Diperoleh
bukti bahwa konstruksi bangunan Gunung Padang dirancang oleh arsitek ulung
dengan teknologi yang tergolong luar biasa, menurut Ali Akbar (25/3/2013) seperti
berikut :
(a). Pada
teras 1 menggunakan bahan baku yakni batu columnar joint alami. Namun batu-batu
panjang berpenampang segi lima tersebut terlebih dahulu dipotong-potong oleh
masyarakat masa lalu.
(b). Potongan-potongan itu lalu disusun di bukit
agar dinding bukit semakin kuat dan tidak longsor. Pada sisi utara bukit, potongan batu disusun
sedemikian rupa sehingga seperti paku atau pasak yang menancap di bukit dengan
posisi utara-selatan, sedangkan di sisi timur bukit dengan arah timur barat.
Hasilnya adalah semacam bangunan perbentengan dengan dinding yang sangat kuat. Di lereng timur pada kedalaman 1 meter
memperoleh potongan-potongan batu seperti yang terlihat di teras 1. Dapat
disimpulkan bahwa di dalam tanah masih banyak struktur bangunan yang masih
terpendam.
Bangunan prasejarah
Para
ahli sudah menghitung pembangunan situs tersebut sehingga dianggap merupakan sebuah
bangunan mahakarya yang dibangun pada masa prasejarah. Menurut Dr. Ir. Budianto
Ontowirjo, anggota tim yang merupakan pakar teknik sipil konstruksi bangunan
modern dan purbakala dari BPPT (8/4/2013), telah memperkirakan jumlah batu dan
sumber daya orang yang mengerjakan, serta berapa lama Gunung Padang itu di
bangun, seperti berikut.
(a). Luas
punden berundak 5 teras, sekitar 44 m x 128 m x tingginya 50 m (asumsi). Kalau tiap batu kekar andesit (columnar
joint) penyusunnya ukurannya 0.3 x 0.3 x 1.5 m diperlukan 2.085.926 batu
columnar joint.
(b). Misalnya ada 6.000 warga dari 3 desa yang bekerja sama membangun situs. Setiap 6 orang mengangkat 1 batu andesit dari lokasi pembuatan sampai ke puncak situs, tiap angkat lamanya 6 jam karena bukitnya sangat curam, satu hari 12 jam kerja, berarti tiap hari ada 6000/6x12/6 = 2000 batu yang terangkat. Jumlah hari yang diperlukan untuk membangunnya 2.085.926/2000 = 1.043 hari atau 2,8 tahun.
(c). Berapa berat 1 batu columnar joint? Kalau tiap batu itu berat jenisnya 2.5 dimensi 0.3 x 0.3 x 1.5 itu kira-kiran 300 Kg.
Proses ekskavasi Arkeologi dalam beberapa hari terakhir memperlihatkan tenaga angkat 6 orang mampu memindahkan 1 batu columnar joint yang beratnya 300 Kg untuk jarak 10 m selama 1 jam. Maka apabila bekerja 6 jam mampu mengangkat batu sejauh 60 M.
(b). Misalnya ada 6.000 warga dari 3 desa yang bekerja sama membangun situs. Setiap 6 orang mengangkat 1 batu andesit dari lokasi pembuatan sampai ke puncak situs, tiap angkat lamanya 6 jam karena bukitnya sangat curam, satu hari 12 jam kerja, berarti tiap hari ada 6000/6x12/6 = 2000 batu yang terangkat. Jumlah hari yang diperlukan untuk membangunnya 2.085.926/2000 = 1.043 hari atau 2,8 tahun.
(c). Berapa berat 1 batu columnar joint? Kalau tiap batu itu berat jenisnya 2.5 dimensi 0.3 x 0.3 x 1.5 itu kira-kiran 300 Kg.
Proses ekskavasi Arkeologi dalam beberapa hari terakhir memperlihatkan tenaga angkat 6 orang mampu memindahkan 1 batu columnar joint yang beratnya 300 Kg untuk jarak 10 m selama 1 jam. Maka apabila bekerja 6 jam mampu mengangkat batu sejauh 60 M.
Kesimpulannya
bangunan semegah punden berundak 5 teras gunung Padang bisa dibangun oleh tenaga
sebanyak 6.000 orang dari warga 3 desa (Cikuta, Cipanggulaan, dan Karyamukti
Cempaka) pada zaman prasejarah yang
membutuhkan waktu kurang lebih 5 tahun.
Dilanjutkan ke
bagian 2
Keterangan gambar : diambil dari
internet
Sumber editing bacaan : news.detik.com/read
(2013/03/25 & 30; 2013/04/08)
Bacaan Terkait:
Bagian 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar