Dikemas oleh : Isamas54
Berita satwa edisi ini berisi : (1).
Monyet Jambul 'Elvis' di Vietnam , (2). Tokek Berwarna di Vietnam, (3). Kepik di
Montana, (4). Ikan Purba di Kanada, (5). Ampibi di India
(1). Monyet
Jambul 'Elvis' di Vietnam
Monyet berbuntut
panjang serta berambut hitam dan berjambul mirip penyanyi rock
legendaris Elvis Presley ini ditemukan di sepanjang Sungai Mekong-Vietnam.
Jenis monyet ini tercatat sebagai satu dari 208 spesies baru sepanjang tahun 2011,
demikian hasil penelitian World Wide Fund (WWF), seperti dilansir CBC News (13/12/2011).
"Hewan-hewan
tersebut ditemukan di kawasan keanekaragaman hayati yang terancam pembalakan
liar, penggundulan hutan, perubahan iklim, dan pembangunan kelewat batas,"
kata peneliti WWF dalam laporannya.
Kendati monyet jambul 'Elvis' ini masih tergolong baru di dunia ilmu pengetahuan, warga lokal sudah mengenalnya dengan sangat baik. (Sumber :image.tempointeraktif.com, 14/12/2011)
Kendati monyet jambul 'Elvis' ini masih tergolong baru di dunia ilmu pengetahuan, warga lokal sudah mengenalnya dengan sangat baik. (Sumber :image.tempointeraktif.com, 14/12/2011)
(2). Tokek Berwarna di Vietnam
Selain penemuan
monyet berambut jambul ala Elvis Presley juga ditemukan sebuah tokek penuh
warna, dimana keduanya adalah merupakan dua contoh dari 208 spesies baru
seperti pada butir (1).
(Sumber:www.mediaindonesia.com,
2011/12/14)
(3). Kepik di Montana
Spesies serangga
jenis baru ditemukan di Montana. Spesies baru ini bisa menyembunyikan kepalanya
di dalam tenggorokan, hal tersebut menyebabkan penemuan baru itu bukan sekadar
spesies baru namun juga genus baru.
Ross Winton (kini pakar alam liar di Idaho) menemukan serangga itu pada 2009 dalam perangkap yang dipasangnya di sebuah gundukan pasir saat dia masih berstatus mahasiswa entomologi di Montana State University. Dia awalnya menyangka menemukan potongan tubuh semut namun kemudian diketahui bahwa serangga itu bisa menyembunyikan kepalanya seperti kura-kura.
Selanjutnya dia mengirimkan serangga tersebut kepada ilmuwan di Australia yang tengah menyelediki serangga jenis tersebut dan kepik tanpa kepala itu secara resmi dideskripsikan dalam edisi terbaru jurnal Systemic Entomology.
Hanya dua spesies kepik berwarna cokelat dan berukuran kepala jarum itu yang pernah ditemukan. Seekor jantan di Montana dan betina di Idaho. Karenanya, serangga itu dipandang sebagai salah satu serangga terlangka di Amerika Serikat.
Karena, identifikasi serangga dilakukan dengan menggunakan jantan maka penemuan spesies baru itu diberikan kepada Winton. Namun, Winton memilih untuk memberi nama spesies baru itu sebagai Allenius iviei, dengan nama dosennya dan entomologis dari Montana State University Michael Ivie.
Serangga yang diberi nama umum Winton's Ladybird Beetle yang diduga mengonsumsi hama tumbuhan. (Sumber : mediaindonesia.com/read/2012/10/10)
Ross Winton (kini pakar alam liar di Idaho) menemukan serangga itu pada 2009 dalam perangkap yang dipasangnya di sebuah gundukan pasir saat dia masih berstatus mahasiswa entomologi di Montana State University. Dia awalnya menyangka menemukan potongan tubuh semut namun kemudian diketahui bahwa serangga itu bisa menyembunyikan kepalanya seperti kura-kura.
Selanjutnya dia mengirimkan serangga tersebut kepada ilmuwan di Australia yang tengah menyelediki serangga jenis tersebut dan kepik tanpa kepala itu secara resmi dideskripsikan dalam edisi terbaru jurnal Systemic Entomology.
Hanya dua spesies kepik berwarna cokelat dan berukuran kepala jarum itu yang pernah ditemukan. Seekor jantan di Montana dan betina di Idaho. Karenanya, serangga itu dipandang sebagai salah satu serangga terlangka di Amerika Serikat.
Karena, identifikasi serangga dilakukan dengan menggunakan jantan maka penemuan spesies baru itu diberikan kepada Winton. Namun, Winton memilih untuk memberi nama spesies baru itu sebagai Allenius iviei, dengan nama dosennya dan entomologis dari Montana State University Michael Ivie.
Serangga yang diberi nama umum Winton's Ladybird Beetle yang diduga mengonsumsi hama tumbuhan. (Sumber : mediaindonesia.com/read/2012/10/10)
(4). Ikan Purba di Kanada
Coelacanth adalah
tipe ikan primitif yang bergerak lambat dan diduga sudah seluruhnya punah
sebelum penemuan kembali tahun 1938, sehingga ikan Coelacanth yang masih eksis saat ini sering
disebut fosil hidup karena tidak mengalami perubahan besar dalam 320 juta
tahun.
Keragaman ikan
purba Coelacanth tersebut bertambah dengan
ditemukannya jenis baru dari hasil identifikasi fosil yang tersimpan di museum,
spesies baru tersebut diberi nama Rebellatrix.
Spesies baru yang
ditemukan kali ini berbeda dengan jenis ikan Coelacanth lainnya, baik yang masih eksis
maupun yang sudah punah.
Sebagian besar Coelacanth memiliki ekor lebar yang
dirancang untuk bergerak dalam jarak pendek setelah memangsa, tetapi spesies
baru Coelacanth ini memiliki ekor seperti tuna,
relatif ramping dan berotot, berguna untuk bergerak cepat menangkap mangsa.
Ekor kuat dan
berbentuk garpu serta tubuh yang ramping menjadi indikasi bahwa ikan ini bisa
mencapai dan mempertahankan kecepatan lebih tinggi dari jenis Coelacanth lainnya.
Mark Wilson dari
University of Alberta-Kanada, sebagai anggota tim peneliti, melaporkan
temuannya di Journal of Vertebrate Palaentology.
Menurut Andrew
Wendruff, nama Rebellatrix menunjukkan bahwa Coelacanth ini
benar-benar "rebel" alias pemberontak. Ikan ini bisa berenang,
menjelajahi wilayah yang luas untuk mencari mangsa dan menangkapnya dengan
gerakan cepat.
Fosil Rebellatrix dikoleksi pada tahun 1950-an dan
1980-an di lembah Wapti Lake Provincial Park di British Columbia-Kanada. Area
ini adalah wilayah pantai barat superbenua Pangaea pada masa lalu. Spesimen
disimpan di Royal Tyrell Museum di Alberta dan Peace Region Palaentology
Research Center di British Columbia. Identifikasi dimulai tahun 2009.
Berdasarkan
analisis, Rebellatrix pertama kali muncul pada 250
juta tahun lalu, sesaat setelah kepunahan Permian, ketika 90 persen makhluk
hidup di Bumi punah.
Wendruff
berspekulasi bahwa kepunahan memberi ruang bagi organisme yang mampu bergerak
cepat seperti Rebellatrix untuk berjaya. Maka, jenis ini
mulai mendominasi pada masa itu.
John Long, pakar
ikan Coelacanth dari Natural History Museum di
Los Angeles County, California, mengungkapkan, penemuan ini menunjukkan bahwa
evolusi bersifat plastis, sangat fleksibel.
Menurut Long,
temuan ini sangat mengejutkan sebab setelah 200 juta tahun, ada jenis
Coelacanth yang
memiliki gaya hidup berbeda (gerak cepat) dari jenis Coelacanth
lainnya (gerak
lambat).
Meskipun demikian,
akhirnya ditunjukkan bahwa Coelacanth yang bergerak lambatlah yang
menang, mereka kini masih ada yang eksis, sementara yang bergerak cepat tinggal
fosil.
Saat ini, hanya dua
jenis Coelacanth yang masih hidup, yakni spesies Latimeria
chalumnae di
Afrika dan Latimeria menadoensis di Indonesia. (Sumber
: sains.kompas.com/read/2012/05/04)
(5). Ampibi di Timur Laut India
Foto dari
www.frogindia.org menunjukkan adanya amfibi dewasa dan famili baru yang dinamai
chikilidae sedang melindungi telur-telurnya di timur laut India. Temuan
itu dipublikasikan pada jurnal Royal Society di London (22/2/12). Di
timur-laut India, chikilidae banyak dibunuh warga karena bentuknya yang
menyerupai ular kecil. Habitat amfibi famili baru itu perlu dilindungi di
tengah ancaman pembangunan industri besar-besaran di timur laut India. (Sumber : Kompas, 25 Pebruari 2012)
Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil
dari internet
Sumber bacaan tercantum dalam bacaan
Sebelumnya
: Bagian 1
Selanjutnya:
Bagian 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar