Selasa, 26 April 2011

Bajak Laut Somalia (Bagian 2 - Tamat)


Mereka tak lagi membawa jala dan tombak, melainkan memanggul senapan mesin dan peluncur roket, tangkapan yang didapat bukan lagi ikan melainkan manusia-manusia berikut kapal tanker atau kargo yang mereka kendalikan demi mendapat uang tebusan.

Hampir seluruh kejadian perompakan terjadi di sekitar perairan Teluk Aden dan di lepas pantai Somalia. Teluk Aden berhubungan dengan Lautan Hindia dan mempunyai hubungan dengan Terusan Suez dan Laut Tengah (laut Mediterania), tempat dilewati sekira 20.000 kapal laut setiap tahunnya.


Perompakan sudah menjadi pemandangan biasa di Teluk Aden, yang terhampar antara Yaman di pantai selatan Semenanjung Arab dan Somalia di Tanduk Afrika. Tahun ini saja lebih dari 40 kapal disambangi gerombolan bajak laut nekad dari Somalia.
Mereka menyerang dan mengepung kapal-kapal kargo, kapal tanki minyak, bahkan kapal pesiar yang berlayar di perairan antara benua Asia dan Eropa tersebut. Padahal, kawanan perompak itu hanya menggunakan kapal motor dan biasanya cuma membawa senjata yang tidak lebih modern daripada senapan otomatis.
Para perompak menggunakan kapal kecil cepat (speedboat) dan melengkapi dirinya dengan senjata Kalashnikov serta pelontar granat ketika sedang beraksi.
Aksi perompakan ternyata memberikan omzet sangat menggiurkan bagi pelaku!, menurut penjelasan Menlu Kenya Moses Wetangula.

Hidup mewah
Komplotan bajak laut alias perompak asal Somalia bisa meraup uang sebesar 150 juta dolar AS, seperti dalam tahun 2007, dari hasil uang tebusan atas kapal-kapal laut yang mereka bajak dan sandera.  Kebanyakan mereka berusia 20-35 tahun
Merajelelanya perompakan itu hingga 2011 telah menyebabkan dunia menderita kerugian milyaran dolar. Keadaan itu tidak terlepas dari fakta tidak berfungsinya pemerintahan Somalia secara efektif sejak perang saudara pecah di sana pada 1991. Setelah 6 bulan kelompok-kelompok perlawanan gerilyawan pada 2006 menguasai hampir seluruh wilayah selatan Somalia.


Bukan hanya anak-anak yang kagum dengan bajak laut, misalnya seorang sopir taksi di Garowe, terkagum-kagum setiap kali sekelompok bajak laut datang untuk berfoya-foya, jika beruntung dia akan mendapat uang persenan sejumlah ratusan dolar dari bajak laut yang baik hati.  Bajak laut adalah orang paling hebat di sini dimana gadis-gadis dari seluruh Somalia datang ke sini untuk menikahi bajak laut, tetapi kalau gadis itu tidak cantik maka keberuntungan tidak akan menyertainya karena para bajak laut hanya menginginkan gadis-gadis cantik.
Tak mengherankan jika mereka hidup serba berkecukupan, punya banyak istri cantik, rumah mewah, mobil baru, senjata baru, dan jorjoran dalam membelanjakan duit mereka.
Para perompak itu memang tak populer di kota besar, tapi secara sosial sangat berpengaruh di desa-desa." Banyak pengusaha lokal yang meminjam duit kepada para perompak ini.
 
Meningkat
Di Somalia, semua anak muda sudah putus asa, tidak ada pekerjaan, dan juga tidak ada penghasilan, maka satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah mencari ikan, namun permasalhannya adalah kapal-kapal penangkap ikan dari negara-negara maju dan dari Asia telah menyingkirkan mereka dari persaingan, di laut mereka sendiri.  Awalnya sekadar berusaha menangkal kapal-kapal penangkap ikan ilegal, namun kapal-kapal tersebut mulai mendapat perlindungan dari pasukan internasional.
Itulah sebabnya profesi bajak laut kini menjadi pilihan yang tampak menjanjikan dimana bisa dengan mudah bisa mendapat jutaan dolar untuk satu kali penyerangan ke kapal.

Salah satu kapal yang dibajak

Maraknya aksi perompakan di lepas pantai Somalia dan sekitar Teluk Aden, serta "keberhasilan" perompak mendapatkan uang tebusan dari aksinya bisa lebih merangsang perompakan di perairan Asia, khususnya di sekitar Selat Malaka. Eyl merupakan salah satu tempat/kota sarang bajak laut di perairan terpencil di wilayah utara Somalia. 
Dengan menggunakan perahu mesin, gerombolan nelayan tersebut tak takut mencegat kapal-kapal berbadan raksasa. Terkadang mereka mendapat "tangkapan sampingan"  mulai dari senjata mesin dan tank T-72 buatan Rusia yang diangkut kapal kargo Ukraina, MV Faina, hingga minyak mentah seharga US$100 juta yang dibawa sebuah kapal tanker Saudi, Sirius Star.
Para perompak yang berkedudukan di Somalia telah menyulap rute-rute pelayaran yang ramai di lepas pantai negara diamuk konflik itu menjadi sejumlah perairan paling berbahaya di bumi dan membuat dunia rugi milyaran dolar.
Kelompok perompak
Menurut keterangan Qabowsade, aksi perompakan marak lantaran banyak pemuda menganggur akibat sulitnya mencari pekerjaan. Menjadi nelayan pun mereka kesulitan dan kalah bersaing dengan kapal-kapal pukat illegal.  Para perompak itu berasal dari tiga kelompok : bekas nelayan, milisi, dan ahli teknologi. Bekas nelayan ini umumnya mengendalikan operasi karena mereka faham wilayah. Sementara itu, bekas milisi biasanya bertugas di garis depan membawa senjata.  Adapun ahli teknologi bekerja mengoperasikan peralatan canggih, seperti telepon satelit, GPS, dan peranti keras militer. Mereka jarang berkelahi karena masalah duit oleh karena itulah mereka enggan menyebut diri mereka sebagai perompak, mereka menyebut diri mereka penjaga pantai.

Selama bertahun-tahun, perompakan bukan hal yang besar di Somalia, pekerjaan ini sebagai satu cara bagi lelaki muda putus asa yang kebetulan memiliki senjata agar dapat bertahan hidup di negara miskin tersebut. Namun dalam beberapa bulan terakhir, dengan harga bahan pangan meningkat, pemerintahan sementara menuju kegagalan, pemerintah lokal tak punya kuasa untuk ikut campur, maka perkembangan bajak laut tak dapat dikendalikan, dimana status sosial ekonomi di Somalia sangat buruk.
September lalu, perompak Somalia merebut perhatian dunia dengan menyandera MV Faina, kapal berbendera Ukraina yang membawa tanki, peluncur granat, dan jenis senjata lain. Kemudian bulan lalu, mereka melancarkan penangkapan yang lebih besar,kawanan bajak laut merompak kapal tanker Sirius Star milik Arab Saudi. Sirius Star adalah kapal terbesar yang pernah dibajak karena mengangkut minyak senilai US$ 100 juta. Dua kapal tersebut hingga kini belum dibebaskan karena kawanan perompak menunggu uang tebusan.
Banyak dari bajak laut tersebut yang dulunya bekerja sebagai nelayan. Mereka menyatakan pembalasan dendam terhadap negara-negara kaya karena negara-negara tersebut melakukan penangkapan ikan secara ilegal selama bertahun-tahun di perairan Somalia. Sejumlah kecil uang tebusan, kabarnya, dibagikan kepada nelayan-nelayan lokal.
Sekelompok bajak laut di Eyl menamakan diri mereka "Saving the Somali Sea", walaupun warga lokal mereka tidak mendapat jatah uang tebusan. "Kota ini tidak mendapat keuntungan apapun dari para bajak laut," kata salah seorang ibu rumah tangga di Eyl.

Kisah percintaan
Kisah percintaan juga menghiasi kehidupan perompak yaitu ada seorang gadis yang tinggal di Garowe (100 mil dari Eyl) dimana dia mencintai gadis itu dan di coba untuk mendekatinya berkali-kali tetapi si gadis menolak. Namun sejak dia menjadi bajak laut sudah sembilan kali si gadis mencoba menjalin hubungan dengan dia tetapi dia menolak karena si perompak sudah menikah

Uang tebusan
Uang tebusan diberikan melalui hawala, sistem transfer uang yang berfungsi sebagai Western Union bertarif ringan di negara muslim. Dengan jumlah uang tebusan yang semakin meningkat, pemilik kapal mulai menggunakan jasa helikopter dari Kenya untuk mengirim uang tebusan yang diminta perompak. Peti kayu berisi uang tunai kadang "jatuh dari langit" di Eyl.
Mesin penghitung uang seperti yang ada di bank, mencatat jumlah uang. Jumlahnya sangat besar sehingga keluarga yang selama beberapa generasi hidup sebagai nelayan, kini generasi mudanya ingin meniti karir sebagai bajak laut.  Setiap kali kami mendengar bahwa uang tebusan telah dibayar, mimpi bocah-bocah untuk menjadi bajak laut semakin membumbung tinggi..

Pengamanan, Pengadilan dan Penjara Khusus
Pasukan militer Amerika Serikat (AS) dan NATO telah mengirim kapal perang untuk berpatroli di wilayah Teluk Aden.  Cina juga mengikuti langkah tersebut. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah mengesahkan peraturan yang membolehkan tiap negara mengejar dan menangkap kawanan perompak di kawasan Teluk Aden.

Beberapa warga Somalia diadili di Kenya sebagai perompak, 19 November 2008 (AP Photo)

Daerah kantung Somalia, Puntland berencana mendirikan penjara dan pengadilan khusus untuk mengadili para perompak di wilayah Samudera Hindia dalam tiga hingga empat bulan ke depan. Puntland berbatasan dengan Somaliland di barat, Teluk Aden di utara dan Samudera Hindia di tenggara, tapi perdagangan dan bisnis terpusat di kota pelabuhan Bosaso.


Dalam dua pekan mendatang, konstruksi penjara di Bosaso dan Garowe akan dimulai, dan juga di Somaliand.
Dewan Keamanan PBB pada April lalu mendukung gagasan pembangunan pengadilan-pengadilan khusus untuk mengadili para perompak Somalia yang tertangkap namun menunda keputusan dikarenakan berbagai rincian pelik semisal menyangkut lokasinya.
Kini jumlah narapidana perompok yang meringkuk dalam penjara-penjara di Puntland mencapai lebih 260 orang, papar Rage.
Pembuatan penjara-penjara itu didanai oleh Uni Eropa yang bekerjasama dengan Norwegia, dan utamanya Inggris.
Dengan lemahnya infrastruktur hukum Somalia, Kenya dan Seychelles telah menuntut belasan tersangka yang diserahkan oleh berbagai angkatan laut asing. Namun kedua pihak sama-sama mengatakan mereka akan mengalami kesulitan mengatasi hal tersebut jika semua perompak yang ditangkap dikirim ke mereka.
Sebuah resolusi PBB yang dirancang Rusia juga mendesak semua negara untuk mengkriminalisasi perompakan, dengan menyatakan kejahatan itu bisa diadili di mana saja selagi negara itu punya komitmen, dan menyerukan negara-negara dan berbagai organisasi untuk mendanai penjara-penjara di Somaliland dan Puntland.
Rage mengatakan serangan-serangan oleh para perompak kini naik dimana kksi itu memang terjadi setiap hari, yang seharusnya menurun dan meningkatnya pembayaran dan pembayaran tebusan.

Perompakan Kapal Indonesia Sinar Kudus


Sejak 16 Maret 2011, Perompak Somalia telah membajak kapal berbendera Indonesia MV Sinar Kudus beserta 20 anak buah kapal (ABK).  Saat ini (sampai 25 April 2011) masih dalam proses negosiasi dan koordinasi dengan pemerintah masih dalam proses.   Sebelumnya (Media Indonesia, 21/4), perompak menegaskan PT SI harus menepati janji membayar tebusan senilai US$3 juta. "No, money, no Indonesia," seru seorang perompak.

Perompakan Kapal Tanker di Laut Jawa
Batam - Segerombolan perompak membajak Kapal Motor Tanker Namse Bangdzod di perairan Kepulauan Masalembo, Laut Jawa, Jumat (15/4). Mereka menguasai kapal yang mengangkut 1.800 ton solar selama lima hari dan empat malam, lalu mengarahkan ke Selat Singapura, dan akhimya kabur.
"Seluruh awak kapal selamat, tidak ada yang terluka. Mereka mengambil hampir semua barang yang ada di anjungan. Solar tentu saja mereka ambil juga," kata nakhoda Kapal Motor Tan­ker (MT) Namse Bangdzod, Kapten Abdul Yusuf, saat ditemui di kompleks markas Direktorat Kepolisian Air Kepolisian Daerah Kepulauan Riau (Polri Kepri) di Batam, Jumat (22/4).  Diduga kuat, tujuan utama perompakan itu adalah merampok solar. Yusuf belum mengetahui berapa ton solar yang dirampok.

Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber : Harian Media Indonesia dan Harian Kompas tgl.23 April 2011, serta analisadaily.com 20/4/2011

Catatan : Mengingat penyelesaian atau negoisasi untuk pembebasan MV Sinar Kudus dengan perompak masih berjalan, maka berita atau informasi kelanjutannya dapat diikuti melalui sumber lain.

TAMAT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar