Dikemas
oleh : Isamas54
Kegemukan
atau obesitas dapat memicu berbagai penyakit, mengurangi usia harapan hidup dan
meningkatkan biaya kesehatan.
Data
Negara
yang warganya kegemukan, yaitu : AS, Meksiko, Selandia
Baru, Cile, dan Australia (OECD, 2012).
OECD
(Organization for Economic Cooperation and Development ) adalah lembaga yang
bergerak dalam bidang kebijakan untuk meningkatkan ekonomi dan kualitas hidup.
Negara
yang populasi kegemukannya terus bertambah adalah AS,
Australia dan Inggris, sedangkan negara maju lainnya seperti Jepang, Korea
Selatan dan Swiss hanya 3 dari 10 orang yang kegemukan dan kurang dari 1 dari
10 orang yang tergolong obesitas.
Di
Indonesia yang mempunyai berat badan berlebih
dan obese adalah sebanyak 21,7% orang dewasa /> 18 tahun (Riset Kesehatan
Dasar Kementerian Kesehatan, 2010).
Permasalahan
Kegemukan
atau obesitas kerap kali dikeluhkan karena mengganggu penampilan dan juga mengakibatkan
berbagai macam penyakit degenerative, seperti diabetes melitus, jantung
koroner, stroke, dan kanker. Dulu, penyakit-penyakit tersebut muncul pada
usia-usia tua, ntetapi sekarang ini merambah ke usia muda, sehingga dengan
demikian mengurangi usia harapan hidup dan meningkatkan biaya kesehatan. Sehingga dengan demikian negara-negara maju
harus mencari cara yang paling efektif dan efisien untuk melawan pandemi
obesitas ini, tiap negara bisa saling belajar satu sama lain.
Akibat
buruk dari obesitas adalah menelan biaya yang tidak sedikit, dimana semula biaya
kesehatan sebagian besar bersumber dari kocek sendiri (out of pocket) sehingga
dapat membuat orang jatuh miskin.
Di Indonesia, meskipun UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial/BPJS sudah ada, bukan berarti beban akan hilang, karena beban dari perorangan akan berpindah ke pemerintah. Untuk hal ini diperlukan adanya tindakan pencegahan untuk menekan biaya kesehatan yang diakibatkan dari penyakit degenerative ini.
Lemak
di Perut
Kelebihan
asupan kalori disimpan tubuh dalam bentuk lemak di bawah kulit dan di perut.
Lemak di perut paling berbahaya karena menutup beberapa organ tubuh penting,
seperti usus dan hati, sedangkan lemak di bawah kulit mengurangi estetika.
Lemak
di perut meningkatkan kadar kolesterol jahat, memicu penambahan lemak dalam
aliran darah sehingga meningkatkan tekanan darah dan kadar gula, yang akan
memicu berbagai penyakit degeneratif, seperti diabetes, jantung, stroke, dan
kanker.
Lemak
di perut ini tidak bisa dihilangkan dengan sedot lemak, karena cara sedot lemak
hanya mengurangi timbunan lemak di bawah kulit. Lemak di perut hanya dapat dihilangkan
dengan meningkatkan metaholisme tubuh, dimana metabolisme tubuh hanya bisa
ditingkatkan dengan aktivitas fisik.
SELINGAN
:Gemuk
Seorang pasien gangguan kegemukan
(obesitas), berhasil menjalani operasi bypass lambung melalui mulut di San
Diego Medical Center/SDMC (3/8/2012). Pasien
yang tidak disebutkan namanya tersebut menjalani operasi yang disebut sleeve
gastrectomy ini untuk mengecilkan ukuran lambungnya sebesar 20% dari ukuran
normal. Dengan ukuran lambung yang lebih kecil, sang pasien diharapkan dapat
mengonsumsi kalori yang lebih sedikit akibat mudah kenyang
Kita
lanjutkan ….
Struktur tubuh
Biasanya
orang dewasa yang gemuk (big bone) ketika bayi 1-3 tahun terlihat gemuk
(chubby) atau kalau saat balitanya tidak gemuk tetap saja tulang tangan dan
kakinya besar. Sementara orang dewasa yang kurus (thin bone, istilah saja)
ketika bayi 1-5 tahun terlihat slim/langsing.
Kegemukan
terjadi ketika energi yang masuk ke tubuh lebih besar daripada energi yang
keluar, gaya hidup merupakan salah satu penyebabnya seperti, pola makan tidak
teratur dan kurangnya aktivitas fisik.
Perkiraan/dugaan:
orang bertulang besar (big bone) dari bayi mempunyai jaringan penyimpan lemak
(dan juga alat pencernaan yang lebih efisien) yang lebih banyak dari orang
bertulang kecil (thin).
Faktor
pemicu
(a). Kebiasaan kurang baik, seperti : merokok,
minum minuman keras, dsb.
(b). Kurangnya aktivitas fisik, yaitu tidak aktif
bergerak (untuk masyarakat Indonesia sekitar 50%). Termasuk adanya perkebangan teknologi antara
lain : mobil, handphone, computer, remote tv, dsb.
(c). Faktor sosial, pertumbuhan ekonomi membuat
banyak orang sibuk bekerja, pola makan tidak teratur, pendapatan meningkat, kumpul-kumpul
di tempat makan, stress atau tidak ada waktu untuk menyiapkan atau memilih makanan
yang sehat..
(d). Konsumsi makanan berlebih dengan kadar gizi
tidak berimbang (berlebih lemak, karbohidrat, dan gula), seperti jenis junk
food dan gorengan. Sebagai gambaran,
banyaknya ditemui anak-anak, remaja, dan orang dewasa di restoran siap saji, dimana tempat ini nyaman dengan pelayanan yang
cepat.
Makanan siap saji ini sebenarnya
bergizi, namun zat gizinya tidak seimbang, dan jika dikonsumsi secara
berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.
Cara menghitung
(a). Indeks massa tubuh (IMT)
Pada
orang dewasa, status gizi diukur berdasarkan IMT, yakni berat badan (kilogram)
dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter). Kementerian Kesehatan RI
mengategorikan IMT 25 sampai 27 sebagai berat badan lebih dan IMT lebih dari 27
dikategorikan sebagai obese.
Bila
tinggi 170 cm tapi berat kurang dari 60 kg berarti kurus, secara rumus
sederhananya (untuk lelaki) yaitu : tinggi (dalam cm) - 100 = berat badan
yang seharusnya atau 170 – 100 = 70!.
(b). Indeks Broca (Broca Index)
Dengan
metoda ini sedikit rumit yaitu :
1.
Berat Badan Normal. Berat Badan Normal =
Tinggi Badan – 100. Contoh : Jika tinggi
kita dari ujung kaki hingga ujung kepala adalah 160 cm maka berat badan normal
kita adalah 160 - 100 = 60 kg.
2.
Berat Badan Ideal. Berat Badan Ideal =
(Tinggi Badan - 100) - ( 10% tinggi badan -100). Contohnya : Jika tinggi badan kita adalah
setinggi 150 cm, maka berat badan ideal kita adalah (150 - 100) - (10% x (150 -
100) = 50 - 5 = 45 kg.
Dari
hasil tersebut dapat kita ketahui apa yang terjadi dengan diri kita dengan
membandingkan hasilnya berikut di bawah ini :
-
Kelebihan Berat Badan / Overweight = Hasilnya 10% s/d 20% lebih besar
- Kegemukan / Obesitas / Obesity = Hasilnya lebih dari 20% dari yang seharusnya
- Kurus = Hasilnya 10% kurang dari yang seharusnya.
- Kegemukan / Obesitas / Obesity = Hasilnya lebih dari 20% dari yang seharusnya
- Kurus = Hasilnya 10% kurang dari yang seharusnya.
(c). Lingkar pinggang
Timbunan
lemak di perut menjadi salah satu penanda kelebihan berat badan, dimana jika
lingkar pinggang pria lebih dari 94 sentimeter, ditandai ukuran nomor celana
lebih dari 37, artinya ada timbunan lemak berlebih. Sedangkan pada perempuan, kelebihan lemak di
perut ditandai dengan lingkar pinggang lebih dari 80 sentimeter (ukuran celana
XL).
SELINGAN
: Kemajuan dan Obesitas
Sebuah penelitian baru
menunjukkan bahwa epidemi obesitas dan munculnya diabetes tipe-2 yang terjadi
di negara maju segera akan mempengaruhi negara-negara berpenghasilan rendah,
karena makin banyak orang yang mampu memiliki televisi, komputer, dan mobil. Demikian hasil penelitian Prof. Scott Lear
dari Simon Fraser University-Kanada, yang dipublikasikan di Canadian Medical
Association Journal (2014)
Bersama timnya telah menganalisis
lebih dari 150.000 orang dewasa dari 17 negara yang berpenghasilan rendah,
menengah, dan tinggi. Hasilnya menemukan bahwa di antara pemilik televisi,
mobil, dan komputer, terdapat peningkatan 400% masalah obesitas dan 250%
peningkatan risiko diabetes. (Sumber bacaan : Media Indonesia 14/2/2014)
Kita lanjutkan ....
Berbagai
Negara
Obesitas
merupakan malnutrisi yang dikategorikan sebagai kelebihan gizi (overnutrition),
prevalensinya terus meningkat di hampir semua negara, termasuk di Indonesia.
Amerika
Sepertiga penduduk AS mengalami
kegemukan atau obesitas, diperkirakan memakan biaya 147 juta dollar AS dalam
anggaran kesehatan tahun 2008.
Australia
Australia
berada pada urutan ke-5 negara-negara yang warganya kegemukan. Sekitar 63,4% populasi orang dewasa di
Australia dikategorikan kelebihan berat badan, naik lebih dari 2% dibandingkan tahun 2011, porsi ini terus naik dari 56,3% (1995) dan
61,2% (2007), seperempat populasi
anak-anak kini masuk kategori kegemukan (Biro Statistik Australia/ABS, 2012)
Selain
kegemukan, ABS mengungkapkan jumlah perokok Australia menurun 3% menjadi
16,3% atau 2,8 juta penduduk. Perlu
diketahui bahwa Australia berupaya keras
untuk menekan jumlah perokok dengan aturan ketat, namun apa yang terjadi?
Ternyata berhenti merokok, malahan gendut!
Indonesia
Jumlah
orang gemuk di Indonesia semakin bertambah.
Menurut
Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas (2010).
(a). Kelebihan berat badan dan obesitas pada
penduduk usia 18 tahun (orang dewasa) tercatat sebanyak 21,7%, 11,7% di
antaranya obesitas. (b). Anak balita gemuk ada 14,2% (2010), meningkat
2% dibandingkan tahun 2007, sedangkan jumlah orang dewasa gemuk mencapai 21,7%
(2010), meningkat 2,6% dibandingkan tahun 2007.
(c). Jika jumlah penduduk Indonesia 240 juta jiwa,
prevalensi itu sama dengan 52 juta orang atau setara dengan jumlah gabungan penduduk
Malaysia dan Australia.
(d). Kasus berat badan lebih banyak terjadi pada
perempuan (26,9%) dibandingkan laki-laki (16,3%). Pada semua jenis kelamin,
jumlah kegemuk-an cenderung meningkat pada usia 35 tahun ke atas dan berkurang
pada usia 60 tahun.
Di
negara-negara maju, obesitas terjadi pada mereka yang berstatus sosial rendah,
berpendidikan rendah, dan tinggal di daerah perdesaan. Hal itu terkait dengan
kurangnya fasilitas untuk aktivitas fisik seperti berjalan dan bermain,
sulitnya akses terhadap makanan sehat dengan harga terjangkau, dan tingginya
paparan iklan tentang junkfood.
Di
Indonesia yang merupakan negara berkembang, obesitas lebih banyak terjadi pada
masyarakat berstatus ekonomi tinggi dan tinggal di perkotaan. Seiring dengan
pertumbuhan ekonomi, bukan tidak mungkin risiko obesitas bergeser seperti yang
terjadi di negara maju.
Namun
kini ‘kea rah Negara maju’ sudah tampak seperti maraknya iklan pro duk
junkfood, tumbuhnya restoran fast-food, kurangnya trotoar untuk pejalan kaki,
dan langkanya taman kota sudah terjadi di negara kita.
Kasus
kegemukan di Indonesia lebih banyak ditemui di perkotaan daripada di
perdesaan, juga lebih sering ditemui pada kelompok yang berpendidikan tinggi
dan bekerja sebagai PNS, TNI, Polri, dan pegawai kantoran. Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah
tangga maka akan semakin tinggi risiko terkena obesitas (Riskesdas, 2010).
Jumlah
orang gemuk di Indonesia makin meningkat. Jika dibiarkan, hal itu akan menjadi
ancaman baru bagi gizi nasional.
SELINGAN
: Pelari terberat
Berat badan rata-rata pelari
maraton putra adalah sekitar 55 kg, sedangkan pelari terberat yang pernah
menyelesaikan lari maraton adalah berbobot 125 kg.
Kelly Gneiting, juara nasional
sumo AS tiga kali, memiliki bobot 181,5 kg saat mengikuti Maraton Los Angeles (20/3/2011).
Setelah berjuang selama 9 jam 48 menit 52 detik, dia mencapai finis dan
mencatatkan diri dalam Guinness World Record sebagai pelari terberat yang
menyelesaikan maraton sejauh 42,195 km.
Gneiting berlari-lari kecil di 12
km pertama dan menyelesaikan sisanya dengan jalan kaki. Dia kerap berhenti di
perempatan dan lampu merah karena tertinggal jauh dari kecepatan standar yang
ditetapkan panitia, yaitu
8 menit per km. Dia mengaku kelelahan setelah 16 km dan baru sadar melewati 24
km ketika temannya membawakan kaus kaki pengganti. "Aku benar-benar berjuang di 8 km
terakhir. Tetapi, kalaupun harus merangkak, akan kulakukan," ujar Gneiting
kepada Los Angeles Times (2011).
Dia
memperbaiki catatan waktunya sendiri lebih dari dua jam.
Berat
badan Gneiting masih sekitar 90 kg saat kuliah dan melonjak setelah menikah.
Dia menjadi pesumo11 tahun lalu dan menjadi juara nasional 4 tahun kemudian.
Meski
bobot tubuhnya berlebih, dia mengatakan kondisinya fit dan siap membuktikannya
di kompetisi lain. Target berikutnya? Berenang menyeberan Selat Inggris.
Hmmm.... (sumber bacaan :
Kompas, 23/3/2011)
Kita
lanjutkan ….
Pencegahan
Mengingat
obesitas merupakan masalah yang kompleks, maka perlu pendekatan komprehensif
dan berkesinambungan untuk mengatasinya, kebijakan yang mendukung pola hidup
sehat harus ada di semua sektor terkait.
Sektor
perhubungan harus mewujudkan transportasi massal yang nyaman sehingga mendorong
masyarakat untuk beraktivitas dengan transportasi umum daripada duduk manis dalam
mobil pribadi dengan ditemani jajanan. Sektor pekerjaan umum, tata kota, dan
lingkungan harus merapikan trotoar dan taman kota sebagai upaya mendekatkan
sarana aktivitas fisik ke masyarakat.
Masyarakat
tentu akan nyaman bila bisa berjalan di trotoar yang bersih dan aman.
Masyarakat pasti juga bisa beraktivitas fisik lebih sering bila taman kota
diperbanyak. Marilah kita pikirkan dan upayakan bersama!
TIP
: Saran dan pengalaman
(a). “Hindari
segala sesuatu yang digoreng, perbanyak makan buah-buahan, hindari makan
camilan, dan perbanyak minum air putih” ujar Yoke yang berhasil menurunkan berat badan
dari 83 kg menjadi 61 kg, sebagai pemenang kontes penurunan berat badan yang
diadakan FT Roche Indonesia pada 2011.
Yang dilakukannya semasa dalam
program penurunan berat badan "Pagi saya rutin sarapan dua putih telur
dengan buah-buahan. Lalu makan siang sewajarnya. Saya juga makan malam."
Lanjutnya.
Adapun olahraga yang rutin
dijalankannya ialah jenis aerobik dengan frekuensi lima kali dalam seminggu,
masing-masing selama 30 menit.Diakuinya, tantangan terbesar yang ia rasakan
dalam menurunkan dan mempertahankan berat badan ialah mengubah kebiasaan makan.(
Sumber : 12/9/2012)
(b). Masyarakat diharapkan dapat mendidik anak-anaknya untuk memilih
makanan bergizi seimbang, mengandung sayur dan buah. Untuk hal ini pemerintah wajib
menyosialisasikan pola hidup sehat, termasuk gizi seimbang dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini karena belum semua
orang paham akan gizi berimbang. (Ali Khomsan/Guru Besar Dep Gizi Masyarakat IPB, 2012 )
Selamat Mengatur Pola dan Gaya
Hidup …….. Demi Kesehatan!
Keterangan
gambar : diambil dari internet.
Sumber bacaan
a.l ; Kompas (7/5/2012, 7/11/2013); Media Indonesia
(4/7& 12/9 &30/10/2012
terimakasih banyak, sangat menarik sekali....
BalasHapus