Waktu puasa Ramadhan bagi umat Islam dimulai dari
terbitnya fajar hingga terbenamnya Matahari. Itu berarti dari Subuh hingga
Maghrib, Karena acuan waktunya adalah fenomena alam yang terkait gerak
Matahari, lama puasa dan jadwal waktu shalat di tiap daerah berbeda dan berubah
sepanjang tahun.
Oleh : M Zaid
Wahyudi
Awal Subuh ditandai dengan terbitnya fajar
astronomi di timur. Fajar astronomi yang juga disebut fajar shadiq (morning
astronomical twilight) berupa pita cahaya putih kekuningan yang
membentang sepanjang ufuk timur. Cahaya
itu berasal dari hamburan sinar Matahari oleh partikel di bagian atas atmosfer
Bumi.
Sebelum fajar
astronomi, akan terlihat fajar semu. Fajar semu atau fajar kadzib (zodiacal
light) tampak sebagai cahaya kuning menjulang tinggi mengikuti garis
ekliptika (jalur edar semu) Matahari. Fajar semu berasal dari hamburan
cahaya Matahari oleh partikel-partikel antarplanet sehingga lebih redup
dibanding fajar astronomi.
Profesor Riset
Astronomi-Astrofisika, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas
Djamaluddin, di Jakarta, Selasa (9/7), mengatakan, fajar astronomi muncul saat
ketinggian Matahari mencapai 18 derajat di bawah ufuk. Namun, Kementerian Agama
menggunakan standar waktu Subuh ketika Matahari di posisi lebih rendah, yaitu
20 derajat di bawah ufuk.
Kriteria waktu
Subuh di Indonesia lebih rendah dibanding negara-negara lain. "Namun, bukan
berarti kriteria waktu Subuh di Indonesia salah atau lebih cepat dari
semestinya," katanya
Penentuan munculnya
fajar astronomi di setiap negara disesuaikan dengan ketebalan atmosfer di
angkasanya. Ketebalan atmosfer tertinggi ada di sekitar khatulistiwa dan makin
menipis ke arah kutub Bumi. Ketebalan
atmosfer itu memengaruhi hamburan cahaya Matahari di atmosfer bagian atas.
Di negara-negara
lintang menengah seperti Arab Saudi, Mesir, dan Pakistan, waktu fajar astronomi
didefinisikan saat Matahari berada di ketinggian 19-19,5 derajat di bawah
ufuk. Adapun di negara-negara lintang tinggi seperti Amerika Serikat, Kanada,
dan Afrika Selatan, fajar astronomi terjadi saat Matahari di ketinggian 15-16
derajat di bawah ufuk.
Waktu terbenamnya
Matahari yang menandai waktu buka puasa atau awal Maghrib dihitung
ketika Matahari berada di ketinggian 1 derajat di bawah ufuk barat. Waktu
Maghrib berakhir dengan masuknya waktu Isya yang ditandai dengan hilangnya
senja astronomi. Senja astronomi disebut juga syafaq (cahaya kemerahan/evening astronomical twilight), yaitu saat Matahari di ketinggian
18 derajat di bawah ufuk.
Kementerian Agama
memakai ketinggian Matahari 18 derajat di bawah ufuk sebagai penanda waktu
Isya, tidak diubah seperti dalam penentuan waktu Subuh. Ketika lingkungan berubah
dari terang ke gelap, mata manusia kurang peka dengan perubahan cahaya
Sebaliknya saat Subuh, mata manusia menjadi lebih mudah mengamati fajar karena
lingkungan berubah dari gelap ke terang.
Posisi
geografis
Karena ditentukan
posisi Matahari, lama waktu puasa dan jadwal shalat lima waktu di tiap daerah
berbeda, bergantung pada posisi geografisnya. "Perubahan posisi Matahari
yang terlihat dari Bumi dipicu dua jenis gerak Bumi yang terjadi bersamaan,
yaitu berputar di porosnya dengan kemiringan sumbu 23,5 derajat dan berputar mengelilingi
Matahari," kata dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung, Moedji
Raharto.
Bumi berotasi dari
barat ke timur sehingga Matahari terlihat bergerak dari timur ke barat. Itu
berarti, daerah di timur akan melihat Matahari lebih dahulu sehingga waktu
shalat yang sama untuk wilayah timur selalu lebih dulu dibanding di barat.
Subuh dan waktu buka puasa di Surabaya selalu lebih dahulu dibanding di
Jakarta
Perputaran Bumi
mengelilingi Matahari menghasilkan perubahan musim sekaligus perubahan panjang
waktu siang dan malam di belahan Bumi utara dan Bumi selatan. "Untuk
wilayah di sekitar khatulistiwa, perubahan panjang waktu siang dan malam tak
terialu ekstrem," kata Moedji.
Bulan Juli ini,
Matahari sedang berada di belahan Bumi utara sehingga mengalami musim panas
dan waktu siang lebih panjang dibanding malam. Kondisi di belahan Bumi selatan
sebaliknya, sedang musim dingin sehingga waktu malam lebih panjang dibanding
siang.
Akibatnya, waktu
puasa Ramadhan di London, Inggris, saat ini 17-18,5 jam dengan waktu puasa makin
pendek menjelang akhir Ramadhan. Adapun di Melbourne, Australia, puasa
berlangsung 11-12 jam dengan waktu puasa makin lama menjelang akhir Ramadhan.
Di Jakarta, lama puasa tahun ini 13 jam 11 menit pada awal Ramadhan dan 13 jam
13 menit pada akhir Ramadhan. Kondisi itu akan berkebalikan jika Ramadhan
jatuh pada bulan Januari.
Awal bulan hijriah
Penentuan waktu
shalat dan awal bulan hijriah sebenarnya sama, menerjemahkan fenomena alam ke
dalam parameter astronomi yang lebih terukur. Waktu shalat memanfaatkan fenomena
pergerakan Matahari, sedang penentuan awal bulan hijriah menggunakan penampakan
hilal (Bulan sabit tipis).
Dalam penentuan
waktu shalat, ormas Islam relatif menerima kriteria yang ditetapkan Kementerian
Agama. Menentukan waktu shalat dengan mengamati gerak Matahari atau menggunakan
jadwal yang dibuat Kementerian Agama akan menghasilkan waktu shalat yang sama.
Menurut Moedji,
pemahaman manusia tentang dinamika Matahari jauh lebih baik dibanding Bulan. Observasi Matahari dan fenomena yang mengikutinya
juga jauh lebih mudah dibanding mengamati hilal.
Berkaca pada
satunya waktu shalat, awal bulan hijriah bisa disatukah jika kriteria
visibilitas hilal atau kemungkinan terlihat-nya hilal disepakati semua ormas
Islam.
Waktu
Shalat (Kriteria dan Parameter astronomi di Indonesia) – lihat Gambar
SUBUH
: Dimulai saat fajar astronomi (fajar
shadiq/"morning astronomical twilight") terlihat hingga terbitnya (Syuruq)
matahari
Parameter astronomi
di Indonesia : Dimulai saat tinggi Matahari 20 derajat di bawah ufuk tirnur
hingga 1 derajat di bawah ufuk timur
DZUHUR
: Sesaat sesudah Matahari berada di atas kepala
(istiwa/kulminasi atas/meridian) atau ketika Matahari sedikit condong ke barat
hingga datangnya waktu Ashar
Parameter astronomi
di Indonesia : Tinggi Matahari 90 derajat dari horizon atau tepat di atas
kepala ditambah 2 menit hingga waktu Ashar tiba
ASHAR
: Ketika panjang bayangan benda sama dengan panjang
bayangan benda aslinya ditambah panjang bayangan benda waktu Dzuhur hingga
datangnya waktu Maghrib.
Parameter astronomi
di Indonesia : Tinggi Matahari 45 derajat dari ufuk barat ditambah panjang
bayangan waktu Dzuhur (sekitar 0 menit-10 menit) hingga datangnya Maghrib
MAGHRIB
: Saat Matahari terbenam (ghurub) hingga
datangnya
Parameter astronomi
di Indonesia : Tinggi Matahari 1 derajat
di bawah ufuk barat hingga waktu Isya
ISYA
: Ketika cahaya
senja atau senja astronomi (syafaq/"evening astronomical twilight")
menghilang hingga terbitnya fajar astronomi atau datangnya Subuh
Parameter astronomi
di Indonesia : Dimulai sejak tinggi Matahari 18 derajat di bawah ufuk barat hingga
20 derajat di bawah ufuk timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar