Ternyata lebih dari seperempat atau satu dari empat orang di
seluruh dunia membayar suap ketika berhadapan dengan pelayanan institusi.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di 95 negara oleh Transparency International (TI) tahun lalu, lebih dari seperempat atau satu dari empat orang orang di seluruh dunia membayar suap ketika berhadapan dengan
pelayanan institusi publik. Buruknya catatan
dari sejumlah negara Afrika mengenai suap cukup mencengangkan. Sierra Leone
memiliki jumlah responden tertinggi yang mengaku membayar suap, yaitu 84%, dan
tujuh dari sembilan negara dengan tingkat suap tertinggi berada di kawasan sub
Sahara Afrika.
Laporan "The
Global Corruption Barometer 2013" yang diluncurkan TI, memperlihatkan tingkat korupsi politisi di seluruh dunia sangat akut. Politisi
yang seharusnya memicu pemberantasan korupsi justru terjerembap pada praktik
korupsi, hanya sedikit pemerintah yang berhasil berperan sebagai pemberantas
korupsi, antara lain Ghana.
Barometer Korupsi
Global 2013 Transparency International ini didasarkan pada wawancara dengan
114.270 orang di 107 negara. Lembaga itu menggunakan survei opini publik untuk
memperkirakan prevalensi korupsi di lembaga-lembaga nasional di seluruh dunia.
Bank Dunia dan
Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) setiap tahun
mengingatkan dampak korupsi pada kemerosotan indeks pembangunan manusia, dimana
korupsi ini telah meniadakan hak dan akses kaum papa pada sektor pendidikan dan
kesehatan.
"Praktik suap
relatif tinggi di seluruh dunia," kata Huguette Labelle, Ketua TI.
"Kepemimpinan dari kelompok G-20 amat diperlukan untuk memberantas
korupsi," lanjutnya.
Secara global
Laporan itu
menyimpulkan bahwa meskipun suap merupakan masalah global praktik itu tidak
merata di seluruh dunia, demikian sebagaimana dilaporkan Huffington Post (10/7/2013).
Berdasarkan laporan
tersebut :
(a). Kurang dari 5% responden di 16 negara mengaku
memberikan suap, sementara lebih dari setengah orang-orang yang disurvei di 14
negara lain melaporkan bahwa mereka membayar suap kepada para pejabat
publik.
(b). Dari 14 negara --11 berada di Afrika --
antara lain Libya pasca-Khadafy dengan 62% responden melaporkan mereka telah
membayar suap, dan Liberia yaitu 75%
responden telah menyogok para pejabat (punya angka menakjubkan). Di Kenya, yang para legislatornya baru-baru
ini berupaya untuk menaikkan gaji mereka hingga 84 kali lipat dari rata-rata
gaji orang Kenya, 70% responden mengatakan mereka telah memberi suap untuk para
pejabat.
(c). Denmark, Finlandia, Jepang, dan Australia
termasuk negara-negara yang tergolong bersih dari korupsi yaitu hanya 1%
responden di masing-masing negara itu yang mengaku telah membayar suap untuk
pejabat publik.
(d). Di Amerika Serikat, 1 dalam 14 orang secara
rata-rata mengatakan bahwa mereka membayar suap kepada pejabat public, dimana
7% mengatakan mereka menyogok polisi, 11% mengatakan menyuap penyidik, dan 15%
mengatakan menyuap hakim. Warga Amerika juga mengatakan partai politik sebagai
lembaga publik terkorup, dengan 76% responden menyatakan bahwa partai politik
dicemari korupsi.
(e). Di 36 negara, termasuk Indonesia, para responden menyebutkan bahwa kepolisian merupakan lembaga yang paling korup.
(f). Data suap dari 12 negara lain tidak dapat dimasukkan dalam survei itu karena kekhawatiran terkait validitas data. Beberapa negara dalam kelompok ini sudah terkenal punya masalah korupsi, termasuk Rusia, Albania, dan Brasil. Di negara-negara tersebut, layanan publik yang buruk dan pajak yang tinggi telah mendorong protes massal pada Juni lalu.
(e). Di 36 negara, termasuk Indonesia, para responden menyebutkan bahwa kepolisian merupakan lembaga yang paling korup.
(f). Data suap dari 12 negara lain tidak dapat dimasukkan dalam survei itu karena kekhawatiran terkait validitas data. Beberapa negara dalam kelompok ini sudah terkenal punya masalah korupsi, termasuk Rusia, Albania, dan Brasil. Di negara-negara tersebut, layanan publik yang buruk dan pajak yang tinggi telah mendorong protes massal pada Juni lalu.
Keadaan
di Indonesia
Sebanyak 36%
responden Indonesia mengatakan bahwa mereka pernah menyuap.
Berdasarkan survei
itu, dengan skala korupsi yang diukur dari angka 0 (sama sekali tidak korup)
sampai 5 (korupsi akut dan endemik), Indonesia tergolong cukup parah. Korupsi
di partai politik Indonesia memiliki skala 4,3, sementara korupsi di parlemen
Indonesia (4.5), militer (3,1), pengadilan (4,4), kepolisian (4,5), pejabat pemerintahan
(4), perusahaan swasta (3,4), dan badan-badan kesehatan (3,3), lembaga swadaya
masyarakat (2,8), dan badan keagamaan juga termasuk korup (2,7). Sedangkan indeks korupsi yang paling rendah
adalah di media massa (2,4).
Namun keadaan di
Indonesia tidak unik. Di seluruh dunia, rata-rata lebih dari separuh penduduk
menyatakan bahwa korupsi memburuk dua tahun terakhir. Akan tetapi responden
juga menyatakan bahwa mereka sebenarnya bisa melakukan sesuatu hal untuk
menentang korupsi.
Rata-rata sembilan
dari sepuluh responden menegaskan sikap menentang korupsi. Namun, mereka
menuntut pemerintah serta organisasi masyarakat dan bisnis juga menentang
korupsi.
Negara
lainnya
TI melihat bahwa
tidak banyak niat pemerintahan untuk memberantas korupsi, namun segelintir
pemerintahan berniat lebih baik. Berikut keadaan atau beberapa respon mengenai pemberantasan korupsi di beberapa negara.
Malaysia memberikan
jaminan pemberantasan korupsi di negaranya.
"Kami akan menyusun langkah menyeluruh untuk pemberantasan korupsi
dan pemerintahan yang baik," ujar Datuk Paul Low, menteri di Kantor
Perdana Menteri Malaysia.
Pemerintah Ghana merupakan
contoh positif yang memperlihatkan keberhasilannya menurunkan tingkat korupsi,
dimana niat pemberantasan korupsi dari pemerintah telah mengurangi derajat
korupsi.
Pemerintah Filipina
(10/7), menyambut baik peluncuran Barometer Korupsi Global 2013 tersebut yang
menyebut korupsi di negeri itu mulai menurun, hal tersebut memperlihatkan usaha
pemerintah membawa perbaikan. Berdasarkan
laporan itu, 35% warga Filipina menilai bahwa korupsi mulai berkurang dalam dua
tahun terakhir tetapi masih ada 31% warga yang menganggap tak ada perubahan
dimana polisi dinilai sebagai institusi terkorup oleh 69% warga. Menurut Lacierda (Juru bicara kepresidenan),
survei itu memperlihatkan kampanye pemerintahan Presiden Benigno Aquino III
melawan korupsi membawa hasil.
Keterangan
gambar : sebagian diambil dari internet
Sumber editing : bbc.co.uk 2013/07/09,
internasional.kompas.com/read/2013/07/11, Kompas 11/7/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar