Dikemas oleh
Isamas54
Gejala tindakan
orang yang mengalami depresi sering irasional dengan tingkatan bervariasi dari
mulai ringan sampai berat, tetapi depresi juga bisa bermanfaat.
Pengertian depresi
dalam tulisan ini diartikan sebagai perasaan seseorang yang merasa cemas,
galau, resah, gelisah, dlsb. Depresi ini
cenderung untuk membuat area di dalam otak seseorang tidak berkomuniksi dengan
baik, sehingga terdapat gejala neurotisme yang ditandai dengan kemarahan,
permusuhan, penyesalan, keputus asaan, dlsb.
Gejala dari tindakan
orang yang depresif sering irasional dengan tingkatan bervariasi atau bertahap
dari mulai ringan sampai berat. Selain
itu depresi bisa mengakibatkan kurangnya pengendalian emosi sehingga akan
memperburuk tingkat stres dan kondisi kesehatan fisik (a.l tekanan darah
tinggi, penurunan kekebalan, dan timbunan lemak perut). Kondisi ini pada orangtua umumnya bisa lebih
berkompromi dari pada anak muda.
Tetapi sebaliknya,
keadaan depresi ini malahan bisa menguntungkan bagi seseorang seperti :
kekhawatiran yang berlebihan bisa jadi lebih waspada dan mudah beradaptasi, penyesalan bisa bermanfaat untuk mengevaluasi
kesalahan, dsb.
Bagaimana menurut
para ahli?
(1). Depresi dan Materi
Peningkatan
gaji ternyata tidak menjamin kebahagiaan, terutama bagi mereka yang menderita
depresi, bahkan kebahagiaan mereka justru berbanding terbalik dengan
peningkatan
penghasilan.
Penelitian : Dilakukan oleh University of
Warwick-Inggris dan University of Minnesota-AS, dengan mengamati sejumlah
responden dari Inggris dan Jerman.
Hasil penelitian
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ketidakbahagiaan atas peningkatan kuantitas materi terkait dengan adanya gap antara harapan dan kenyataan. Dengan kata lain kondisi mental mereka terlalu berekspektasi tinggi dan kurangnya rasa syukur atas apa yang dimiliki.
"Ketika mereka dalam pendapatan rendah, peningkatan gaji dianggap hanya sebagai pencapaian … Namun, jika sudah bergaji tinggi, mereka menganggap itu tidak sebanyak yang diharapkan. Mereka melihat itu sebagai kegagalan parsial." ujar seorang penelitinya. (mediaindonesia.com/read/2012/06/06)
Hasil penelitian
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ketidakbahagiaan atas peningkatan kuantitas materi terkait dengan adanya gap antara harapan dan kenyataan. Dengan kata lain kondisi mental mereka terlalu berekspektasi tinggi dan kurangnya rasa syukur atas apa yang dimiliki.
"Ketika mereka dalam pendapatan rendah, peningkatan gaji dianggap hanya sebagai pencapaian … Namun, jika sudah bergaji tinggi, mereka menganggap itu tidak sebanyak yang diharapkan. Mereka melihat itu sebagai kegagalan parsial." ujar seorang penelitinya. (mediaindonesia.com/read/2012/06/06)
(2). Depresi dan jam kerja
Jam
kerja lebih dari 11 jam , per hari membuat risiko depresi seseorang melonjak
hingga dua kali lebih tinggi daripada mereka yang bekerja 7 atau 8 jam sehari.
Penelitian : Penelitian dilakukan Finnish
Institute of Occupational Health dan University College-London yang diterbitkan
dalam jurnal Plos ONE, yaitu melalui pengamatan terhadap 2.123 pegawai negeri
di Inggris berusia antara 35 dan 55 tahun selama enam tahun.
Hasil penelitian
Hasil penelitian
menunjukkan : (a). Depresi karena jam
kerja tercipta akibat peningkatan kadar hormon stres (kortisol), yang
menyebabkan susah konsentrasi dan mudah tersinggung, efek lebih jauhnya ialah konflik keluarga
atau masalah hubungan. (b). Kelompok paling rentan depresi adalah karyawan
tingkat rendah dan menengah, perempuan muda, serta yang bergaji rendah. (Media Indonesia 27/1/2012)
(3). Kecemasan dan IQ tinggi
Kecemasan sering
terjadi pada orang yang cerdas, sedangkan kekhawatiran yang berlebihan bisa
jadi bukan hal buruk
Penelitian : Dilakukan oleh State University
of New York Downstate Medical Center, melibatkan 26 penderita gangguan
kecemasan dan 18 orang sehat dimana mereka menjalani tes IQ dengan cara
menjawab kuesioner untuk mengukur tingkat kecemasannya, hasil penelitian dimuat jurnal Frontiers
in Evolutionary Neuroscience (awal Februari)
Hasil penelitian
(a). Pada orang-orang yang didiagnosis dengan
gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder), yaitu skor IQ
tinggi terkait dengan tingkat kecemasan yang tinggi. ‘Makin tinggi tingkat kecemasan
makin tinggi skor IQ, sebaliknya yaitu
makin rendah tingkat kecemasan pada penderita gangguan kecemasan makin
rendah skor IQ’. Hal itu terkait
aktivitas tinggi di wilayah otak yang membantu komunikasi antar bagian otak
wilayah itu diduga berkontribusi pada keberhasilan evolusi manusia. Kecemasan yang
berlebihan dapat melumpuhkah dan kecemasan penderita sering irasional.
"Namun, sering kali ada bahaya tak terprediksi. Orang yang khawatir
berlebihan, jadi lebih waspada dan mudah beradaptasi," kata Jeremy Coplan,
peneliti dan Guru Besar Psikiatri kepada Livescience (13/4).
(b). Pada orang sehat didapatkan, yaitu semakin
tinggi IQ semakin rendah tingkat kecemasan, sebaliknya semakin rendah IQ
semakin tinggi tingkat kecemasan.
Catatan menurut
Coplan : karena jumlah responden sedikit maka untuk mengonfirmasi temuan itu
diperlukan penelitian lebih lanjut. (Kompas, 25 April 2012)
(4). Kecemasan dan bahasa
Penelitian
dilakukan Bangor University-Inggris, melibatkan 15 penutur asli bahasa Inggris,
15 penutur asli bahasa China, dan 15 penutur asli bahasa China yang juga fasih
berbahasa Inggris. Penelitian itu dilakukan dengan menampilkan pasangan kata
dalam setiap bahasa bergantian kepada responden. Salah satu kata selalu netral,
sedangkan lainnya bisa menjadi netral, positif, atau negatif. Peneliti memasang
elektroda pada kulit kepala peserta untuk mengukur respons listrik di otak saat
membaca pasangan kata itu.
Pembacaan kata positif, netral, dan negatif dalam bahasa Inggris diketahui tidak menimbulkan lonjakan respons otak buruk. Sebaliknya, pembacaan kata berkonotasi negatif dalam bahasa ibu yang maknanya dipahami benar menimbulkan gangguan emosi.
Pembacaan kata positif, netral, dan negatif dalam bahasa Inggris diketahui tidak menimbulkan lonjakan respons otak buruk. Sebaliknya, pembacaan kata berkonotasi negatif dalam bahasa ibu yang maknanya dipahami benar menimbulkan gangguan emosi.
Hasil penelitian
Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa orang yang lebih memilih bertutur dan menulis dalam bahasa asing daripada
bahasa asli sangat mungkin merupakan tipe pribadi yang sering gelisah dan
mengalami gangguan emosi. Menurut peneliti Guillaume Thierry, hal itu merupakan
mekanisme perlindungan otak spontan demi meminimalkan dampak negatif dari
konten emosional yang mengganggunya.
Kesimpulan : Untuk
mencegah kecemasan dan ketidaknyamanan mental,
maka secara tidak sadar orang menggunakan bahasa asing.
(mediaindonesia.com/read/2012/05/05)
(5). Kecemasan dan pertemanan
Menjaga
pertemanan dengan seseorang yang dipandang aneh, penyendiri, tidak percaya
diri, dan penuh kecemasan berguna bagi keselamatan diri.
Penelitian :
Hasil studi
Interdisciplinary Center Herzliya di Israel yang diterbitkan jurnal Social
Psychological and Personality Science. Penelitian melibatkan 138 responden
yang dirancang untuk menilai keterikatan social, dimana mereka dibagi dalam
tiga tim untuk memainkan permainan berbasis internet.
Saat dibiarkan menunggu beberapa saat, komputer di ruangan -yang sebenarnya mesin asap- itu mengeluarkan asap. Hasilnya, tim yang berisi tipe pencemas dan suka menghindar dapat merespons asap lebih cepat sekitar 1,5 detik.
Kesimpulan
Menurut peneliti Tsachi Ein-Dor, teman pencemas dan penghindar bagus untuk dinamika kelompok melalui deteksi dan reaksi cepat mereka terhadap ancaman, sehingga dengan demikian stigma dari pertemanan yang harus selalu berdasarkan kecocokan, kesamaan, dan zona nyaman pun, terbantahkan. (mediaindonesia.com/read/2012/03/11)
Saat dibiarkan menunggu beberapa saat, komputer di ruangan -yang sebenarnya mesin asap- itu mengeluarkan asap. Hasilnya, tim yang berisi tipe pencemas dan suka menghindar dapat merespons asap lebih cepat sekitar 1,5 detik.
Kesimpulan
Menurut peneliti Tsachi Ein-Dor, teman pencemas dan penghindar bagus untuk dinamika kelompok melalui deteksi dan reaksi cepat mereka terhadap ancaman, sehingga dengan demikian stigma dari pertemanan yang harus selalu berdasarkan kecocokan, kesamaan, dan zona nyaman pun, terbantahkan. (mediaindonesia.com/read/2012/03/11)
(6). Stres dan Persahabatan
Memang indah saat
memiliki teman dekat untuk bersandar dalam kesulitan namun keterikatan yang
berlebihan justru akan memicu
peningkatan kadar kecemasan.
Penelitian
Penelitian
Studi dilakukan
Oklahoma State University-AS dengan merekrut 44 pasangan sahabat perempuan usia
kuliah. Kuesioner diberikan untuk mengungkapkan temperamen mereka dan gaya
pemecahan masalah. Mereka pun diminta membahas perencanaan sebuah pusat
rekreasi sebagai pembanding netralitas persoalan.
Hasil penelitian
Hasil penelitian
(a). pembicaraan yang berfokus pada solusi dan
tentang pusat rekreasi tidak menunjukkan peningkatan stress, namun mereka yang
merenungkan masalah dan membicarakannya tanpa solusi memperlihatkan sebaliknya.
(b). Peningkatan stres itu berkaitan
dengan tekanan darah tinggi, penurunan kekebalan, dan timbunan lemak perut.
Menurut peneliti Jennifer Byrd-Craven (seperti kata sastrawan), ‘Tipe pertemanan yang menggenggam tangan tapi tak terlalu erat jauh lebih baik daripada terhanyut dalam setiap masalahnya' : "Terlalu banyak kebaikan adalah hal yang buruk." ujarnya. (mediaindonesia.com/read/2012/06/06)
Menurut peneliti Jennifer Byrd-Craven (seperti kata sastrawan), ‘Tipe pertemanan yang menggenggam tangan tapi tak terlalu erat jauh lebih baik daripada terhanyut dalam setiap masalahnya' : "Terlalu banyak kebaikan adalah hal yang buruk." ujarnya. (mediaindonesia.com/read/2012/06/06)
Bersambung ke
Bagian 2.
Keterangan
gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet.
Sumber a.l : tercantum dalam bacaan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar