Rabu, 23 Maret 2011

Pariwisata di Indonesia


Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan obyek wisata baik keadaan alam, budaya maupun sejarahnya


Batasan
Bersumber dari id.wikipedia.org  :
(1). Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas –termasuk persiapannya.  Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan palaing tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi (Sesuai definisi Organisasi Pariwisata Dunia).
(2). Sedangkan definisi yang lebih lengkap yaitu : turisme adalah industry jasa,yaitu dari mulai penanganan transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan,minuman, dan jasa terkait lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll., selain itu juga tempat istirahat, budaya, petualangan, dan pengalaman baru yang berbeda dengan lainnya

Banyak Negara bergantung banyak dari industry pariwisata ini yaitu sebagai sumber pajak dan pendapatan (perusahaan atau perorangan), sehingga pengembangan industry di bidang ini adalah merupakan suatu strategi yang digunakan oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu senagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.

Obyek Wisata
Dalam suatu tempat rekreasi atau obyek wisata kadang-kadang terdapat lebih dari satu kategori obyek yang menunjang, tetapi secara garis besarnya dibagi menjadi 3 kategori :
(1). Wisata Alam : gunung, hutan, danau, waduk, pantai, laut, dan sungai.
(2). Wisata Bangunan : bangunan bersejarah, candi, monumen, dan benteng.
(3). Wisata Buatan : kebun binatang, museum, taman (areal luas berisi tanaman, sebagian kecil bangunan, budaya, dan atau kekhasan), kolam renang (water boom, water park), dan lain-lain.

Potensi wisata Indonesia


Negara Indonesia merupakan negara Kepulauan terluas di dunia yang terbentang sepanjang 5.000 km di garis khatullistiwa sehingga diibaratkan "zamrud' di khatulistiwa.  Wilayahnya  merupakan 1,3% dari total wilayah dunia yang terdiri dari 13 ribu pulau (pulau besar : Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Irian), luas laut 93.000 km2 dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km (mendekati 25% panjang pantai di dunia), mempunyai perairan karang 6.800 km2 yang  membentang sepanjang 17.500 km, dengan jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta (tahun 2010) yang terdiri dari ratusan suku bangsa.
Arealnya mulai dari pulau, lautan, laut, serta dari pantai sampai ke gunung atau pegunungan.  Mempunyai 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau


Terdapat sumber kekayaan alam, keanekaragaman hayati,  keanekaragaman budaya, dan kaya dengan  peninggalan sejarah.  Terdapat 50 Taman Nasional  yang tersebar di lokasi-lokasi tertentu (lebih jelas di sini).
http://www.ptfi.com/environment/images/aneka_katak.jpg  katak

Sejarah dan perkembangannya
Sejarah Pariwisata di Indonesia dibagi menjadi 3 bagian yaitu : (1). Masa Penjajahan Belanda, (2). Masa Pendudukan Jepang, (3). Setelah Indonesia Merdeka

1. Masa Penjajahan Belanda (sejak tahun 1910 – 1920)
Kegiatan kepariwisataan masa ini yaitu sejak keluarnya keputusan Gubernur Jendral atas pembentukan Vereeneging Toesristen Verker (VTV) yang merupakan suatu badan atau official tourist bureau pada masa itu. Kedudukan VTV selain sebagai tourist goverm,ent office juga bertindak sebagai tour operator atau travel agent.
Meningkatnya perdaganan antara Benua Eropa dan negara – negara di Asia dan Indonesia pada khususnya, mengakibatkan ramainya lalulintas orang – orang yang bepergian ke daerah ini dengan motif yang berbeda – beda sesuai dengan keperluan masing – masing.
Untuk dapat memberikan pelayanan kepada mereka yang melakukan perjalanan maka berdirilah suatu Travel Agent di Batavia pada tahun 1926 yaitu Linssonne Lindeman (LISLIND) yang berpusat di Negeri Belanda dan sekarang dikenal dengan nama NITOUR (Netherlanshe Indische Touristen Bureau).
Pada masa penjajahan Berlanda dapat dikatakan bahwa kegiatan kepariwisataan hanya terbatas pada kalangan orang – orang kulit putih saja, sehingga perusahaan – perusahaan yang bergerak dalam bidang kepariwisataan adalah juga monopoli Nitour, KLM, dan KPM masa itu.

Keadaan Akomodasi
Walaupun kunjungan wisatawan pada masa itu masih sangat terbatas, namun di beberapa kota dan tempat di Indonesia telah didirikan hotel untuk menjamin akomodasi bagi mereka yang berkunjung ke daerah Hindia Belanda.  Pertumbuhan usaha akomodasi baru dikenal pada abad ke 19, itupun terbatas pada kota – kota besar dekat pelabuhan.
Fungsi hotel yang utama hanya melayani tamu – tamu atau penumpang yang kapal yang baru datang dari Belanda ataupun negara eropa lainnya yang kemudian dibawa dengan menggunkan kereta – kereta yang ditarik dengan beberapa kuda karena belum ada kendaraan bermotor atau mobil.
Menginjak abad ke 20 barulah hotel – hotel mulai berkembang ke kota daerah pedalaman seperti losmen atau penginapan . Semenjek itulah fungsi hotel mulai dirasakan oleh masyarakat banyak dan orang – orang menempatkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan derajatnyamasing – masing. Kemudian dari hal itu kita mengenal istilah penginapan besar (hotel) dan penginapan kecil (losmen).
Pada tahun 1933 jumlah hotel dan kamar yang tersebar di 6 kota besar Indonesia sebanyak yaitu sebanyak 114 hotel dan 4.139 kamar dengan rincian :  Medan (10 hotel dengan 353 kamar), Jakarta (10 hotel dengan 353 kamar), Bandung (10 hotel dengan 353 kamar), Surabaya (10 hotel dengan 353 kamar), dan Denpasar (10 hotel dengan 353 kamar) - Sumber : Himpunan Perintis Kepariwisataan Indonesia.

Keadaan Transport
Satu – satunya airlines yang menghubungkan Indonesia dengan Belanda waktu itu adalah KLM yang mempunyai kedudukan monopoli untuk operasi membawa penumpang antara kedua daerah ini. Seperti halnya dengan KLM, dalam tahun 1927 angkutan laut juga dimonopoli oleh KPM.
Sedangkan angkutan penumpang dengan menggunkan kereta api baru efektif di Pulau Jawa pada tanggal 1 Oktober 1927. Pada waktu itu para penumpang yang hendak bepergian ke Pulau Jawa harus melakukan reservasi tempat duduk tiga jam sebelum kereta api berangkat.
Pada tahun 1927 kegiatan tour sudah mulai dikembangkan terutama di Pulau Jawa dan Sumatra yang diorganisir oleh LISLIND (Lissonne Lindeman).

Kebudayaan
Dalam tahun 1927 ternyata sudah datang ke daerah ini orang – orang penting yang kenamaan untuk mempelajari kebudayaan Indonesia, terutama tentang kesenian Jawa dan Bali, antara lain : (1).  Mr. Leopold Chaikoswky, Conductor of syimphony orchestra Philadelpia is expected to arrive at Java shortly for the purpose of making a study of Javanesse music. (2). Dr. Rabindranath Tagore is expected to visit Java early in August, wit the object of studying the influence of Hinduism on javanese religious concepts.

Promosi
Tahun 1913
Vereneging Teoristen Verker (VTV) menerbitkan sebuah Guide Book yang bagus sekali mengenai daerah – daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, banten, dan Tanah Toraja di Sulawesi.
Tahun 1923
Pada tahun ini beredar surat kabar mingguan yang merupakan Java Touriost Guide yang isinya antara lain mengenai Express Train Service, News from abroad in Brief, who-where-when to hotels, postal news, dan sebagainya.
Tahun 1926
Sudah banyak promotion materials yang telah dipersiapkan oleh badan – badan atau perusahaan yang bergerak dalam bidang kepariwisataan. Di luar negeri, yakni di Belanda pernah diterbitkan sebuah majalah “Tourism” yang banyak mempromosikan Indonesia antara lain : (1). come to Jaca, yang merupaan complete guide to Java, (2). Bandung, the mountain city to Netherland India, (3).
Bandoeng, (4). Batavia, queen city of east, dan (5). The wayang wong or wayang orang
Jumlah wisatawan dalam tahun 1926, yang mendatangi kantor VTV Batavia untuk meminta informasi mengenai tour sejak bulan Juli s/d Desember 1926 adalah sebanyak 8.147 wisatawan.

2. Masa Pendudukan Jepang
Berkobarnya perang dunia II yang disusul dengan pendudukan tentara Jepang di Indonesia, menyebabkan kedaan kepariwisataan menjadi terlantar.
Dapat dikatakan bahwa orang – orang tidak ada gairah atau kesempatan untuk mengadakan perjalanan. Objek – obje wisata tinggal terbengkalai, jalan – jalan rusak karena ada penghancuran jembatan – jembatan untuk menghalangi musuh masuk. Perhotelan sangat menyedihkan karena banyak hotel yang diambiloleh pemerintah Jepang untuk dijadikan rumah sakit, dan asrama sebgai empat tinggal perwira – perwira Jepang.
Setelah jatuhnya bom di Hiroshima dan Nagasaki, inflasi terjadi di mana – mana yang mengakiatkan keadaan ekonomi rakyat tambah parah.

3. Setelah Indonesia Merdeka
Pada tahun 1946, sebagai akibat perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan Tanah Air Indonesia dari cengkraman penjajahan Belanda, maka pemerintah menghidupkan kembali industri – industri yan mendukung perekonomian. Demikian juga di bidang pariwisata, perhotelan mendapat perhatian dari pemerintah, sehingga dikeluarkanlah Surat Keputusan Wakil Presiden RI waktu itu (DR. Moch. Hatta) tentang pendirian suatu badan yang bertugas unytuk melanjutkan perusahaan hotel bekas milik Belanda. Badan ii bernama HONET (hotel national & Tourism). Semua hotel yang berada di bawah manajemen HONET diganti namanya menjadi Hotel MERDEKA.


Dengan adanya perjanjian KMB (konfrensi Meja Bundar) dalam tahun 1949 maka menurut perjanjian itu semua harta kekayaan harus diembalikan kepada pemiliknya. Karena itu HONET dibubarkan dan dibentuklah satu – satunya badan hukum milik Indonesia sendiri yang bergerak dalam bidang pariwisata yaitu NV HONET. Pad tahun 1953 dibentuklan oranisasi yang bernama Serikat Gabungan Hotel dan Tourisme Indonesia (SERGAHTI) yang beranggotakan hampir seluruh hotel di Indonesia namun keberadan badan ini tidak berlangsung lama karena tidak terlihat kemungkinan penerobosan dari peraturan pengendalian harga. Pada thun 1955 oleh Bank Industri Negara didirikan suatu Perseroan Terbatas dengan nama PT. NATOUR Ltd.( National Hotel & Tourism Corp.). Natour ini memiliki anggota antara lain : Hotel Transaera (Jakarta), Hotel Bali dan Sindhu Beach, Kuta Beach, dan Jayapura Hotel.

4. Babak Baru Dalam Kepariwisataan Nasional
Banyak usaha kegiatan kepariwisataan yang telah dirintis oleh Lembaga Pariwisata Nasional, walaupun dalam perjalanannnya banyak mengalami hambatan yang disebabkan penyesuaian dengan struktur organisasi kepariwisataan yang coba – coba dalam penerapannya.
Namun gairah dalam industri pariwisata tersebut terus meningkat, hal ini ditandai dengan banyak bermunculannya hotel – hotel baru baik di dekat lokasi maupun di kota besar yang berdekatan dengan lokasi, juga meningkatnya pelayanan penerbangan domestik, pengusaha Travel Agent banyak membuka operasi tournya di dalam maupun di luar negeri, yang diikuti dengan bertambah banyaknya wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia.
Kunjungan Wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia dari tahun ke tahun cenderung terus meningkat. Sejak Pelita I tahun 1969 jumlah wisatawan relatif masih rendah yaitu 86.100 orang, di akhir tahun 1973 meningkat menjadi 270.300 orang.  Jadi dalam Pelita I sudah terjadi peningkatan sebesar 214 %.
Pada akhir pelita II tahun 1978 jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia sebanyak 468.600 orang, dan di akhir pelita III tahun 1983 meningkat lagi menjadi 638.000 orang. Hal yang sama juga terjadi pada Pelita IV tahun 1989 dimana jumlah wisman yang berkunjung tercatat 11.626.000 orang.
Peningkatan terjadi sangat mencolok antara tahun 1984 – 1988 dengan pertumbuhan rata – rata 15 % tiap tahunnya, kemudian pertumbuhan yang lebih besar terjadi pada periode 1989 – 1991 dengan kedatangan wisman rata – rata sebesar 36,2 % tiap tahunnya. Kunjungan wisatawan ke Indonesia tahun 1992 ternyata melebihi target 3 juta orang dengan demikian kunjungan wisman ke Indonesia meningkat 16,7 %.
Berdasarkan data terbaru (Media Indonesia 26 Pebruari 2011), untuk  jumlah wisatawan asing yang mengunjungi Jakarta tahun ini saja diperkirakan naik sekitar 10%, yaitu dari 1,893 juta pada 2010 menjadi 2 juta orang pada 2011.
"Bahkan dari data tahun 2010 telah mengalarni peningkatan 33,8% dibandingkan tahun 2009. Jadi saya yakin trennya akan terus meningkal," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan OKI, Arie Budiman, di Jakarta (25/2/2011)..
Kenaikan jumlah wisatawan asing, ujar Arie, akan tercapai dengan adanya berbagai acara bertaraf internasional yang akan digelar tahun ini, disamping itu DKI Jakarta saat ini telah menjadi ibu kota ASEAN dengan jumlah acara sekitar 500-700 agenda, ditambah dengan terselenggaranya SEA-garnes.
Walaupun data tersebut hanya untuk Jakarta mungkin secara total juga mengalami peningkatan.
Jakarta saja yang kerap kali terjadi kemacetan, tidak menjadi pertimbangan bagi turis mancanegara untuk membatalkan niat datang ke Indonesia.


Keterangan Gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber penyusunan a.l  :  id.wikipedia.org dan madebayu.blogspot.com/2011/01, dan Harian Media Indonesia tanggal 26 Pebruari 2011. 

Bacaan Terkait :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar