Sikap keras Presiden Libia Moamar Khadafi dalam menanggapi Resolusi Dewan Keamanan PBB berbuah pahit bagi negeri berpenduduk sekitar 6 juta jiwa itu, tetapi untuk hal ini Khadafi menegaskan akan terus melawan dan menjanjikan pertempuran panjang tanpa batas waktu.
Sabtu (19/3/2011) malam
Pasukan internasional mulai membombardir semua target militer di Libia. Francis memulai serangan pertamanya dengan mengebom tank-tank militer di Benghazi.
Selain menghantam kendaraan tempur Libia, 112 rudal penjelajah Tomahawk ditembakkan untuk melumpuhkan sistem pertahanan udara Libia. Rudal-rudal itu ditembakkan ke 20 target militer di pantai Libia dari kapal perang dan kapal selam milik Inggris dan Amerika Serikat (AS). Pesawat-pesawat tempur AS dan pengebom B-2 Stealth juga dilibatkan dalam serangan (19/3) malam itu.
Serangan-serangan itu dilancarkan pasukan internasional ke ibu kota Libia, Tripoli, juga ke kota kelahiran Khadafi, Sirte, Benghazi, Misrata, dan Zuwarah. Televisi pemerintah Libia, melaporkan 48 orang tewas dan 150 lainnya luka-luka sejak serangan udara itu.
Atas serangan itu pemimpin Libia Kolonel Moamar Khadafi menegaskan : (a). Akan terus melawan. "Kami janjikan pertempuran panjang, tanpa batas," kata Khadafi saat diwawancatai televisi Libia lewat telepon, kemarin pagi. Khadafi mengutuk serangan itu dan menyebutnya tidak sah. "Kami akan mempertahankan setiap inci wilayah kami," katanya diikuti tayangan gambar patung tangan meremas jet tempur AS.
(b). "Kini saatnya mengeluarkan perbekalan dan mempersenjatai seluruh rakyat dengan semua jenis senjata untuk mempertahankan kemerdekaan, persatuan, dan kehormatan Libia," serunya.
Minggu (20/3) malam
Koalisi Barat menyerang Bab al-Aziziya, pusat komando militer dan kediaman Khadafy. Gedung tiga lantai di dalam kompleks itu roboh dihantam sebuah rudal. Deretan tank dan kendaraan lapis baja pun hangus dan hancur dibombardir jet tempur. Belum diketahui di mana Khadafy saat itu.
Senin malam-Selasa dini hari (21-22/3)
Ledakan bom dan tembakan masih terjadi di Tripoli, ibu kota Libya, dengan target serangan ialah basis-basis Khadafy. : (a). Serangan laut dan udara menyasar pangkalan angkatan laut dan kampung nelayan tepi kota, diduga kuat semakin banyak warga sipil menjadi korban serangan. (b). Serangan hari ke-3 ini ditandai dengan jatuhnya jet tempur F-15 Strike Eagle milik AS, dimana 2 awaknya melompat keluar memakai kursi lontar sebelum pesawat jatuh. Seorang selamat dan satu lagi belum ditemukan kata juru bicara Komando Afrika (Africom) AS, Karrn Burzynski, di markas Africom di Stuttgart, Jerman. (c). Media asing, mengutip pejabat Libya, mengatakan, serangan koalisi pada hari ketiga rangkaian Operasi Fajar Odyssey menyasar pangkalan angkatan laut dan desa nelayan di tepi Tripoli. (d). Televisi Pemerintah Libya memberitakan, beberapa bangunan penting menjadi target koalisi Barat yang dipimpin AS, Perancis, dan Inggris. Al-Jazeera merilis, instalasi radar di dua basis pertahanan udara Libya terkena serangan. (e). Sama seperti yang terjadi di Bab al-Aziziya, serangan pada malam ketiga itu menimbulkan kepanikan dan ketakutan luar biasa di kalangan warga sipil, ada yang menjerit dan mengumpat sambil berlarian di tengah malam, di langit bertaburan peluru bernyala terang,
Reaksi dan Kecaman
Serangan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya ke Libya menuai kecaman dari sejumlah pemimpin dunia, mereka khawatir serbuan udara dengan target pangkalan udara tentara pendukung Presiden Libya Muammar Qadhafi justru akan memakan banyak korban dari kalangan sipil.
Sejumlah negara, seperti China, Rusia, dan Iran, mengecam serangan militer yang dilancarkan sejumlah negara maju ke Libya. Dalam kesempatan terpisah ke tiga Negara itu (20/3) menilai keputusan serangan itu diambil secara terburu-buru dan mengandung niat terselubung. Kesan seperti itu menguat mengingat keputusan serangan militer dilakukan hanya didasari Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa soal Zona Larangan Terbang di Libya dengan Perancis sebagai negara pertama yang berinisiatif mengerahkan militernya ke sana,
Inisiatif Perancis didukung sejumlah negara sekutunya, seperti Amerika Serikat dan Inggris, serta dukungan dari 22 negara anggota Liga Arab. Sikap Perancis dinilai aneh, mengingat dalam tahun 2003, mereka menentang keras langkah agresi militer AS ke Irak.
"Itu resolusi rusak dan cacat," mengomentari resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memberi wewenang Amerika melakukan invasi ke Libya, Resolusi yang diterapkan Dewan Keamanan PBB, Kamis pekan lalu, itu memungkinkan terjadinya segala hal. "Itu menyerupai panggilan abad pertengahan untuk Perang Salib, (PM Rusia Vladimir Putin, 21/3/11). Meski Putin mengecam resolusi, Rusia tidak menggunakan kekuatannya untuk memveto resolusi yang memberlakukan zona larangan terbang untuk pasukan udara Libya itu.
Pemerintah Rusia bahkan mendesak dihentikannya penggunaan kekuatan militer secara "tak pandang bulu” yang dilancarkan negera-negara Barat ke Lybia. Pemerintah Moskwa menyayangkan keputusan melancarkan serangan militer oleh kekuatan multinasional, yang dinilai diambil secara terburu-buru. Serangan militer yang dilancarkan justru telah merusak dan menghancurkan target-target non-militer, seperti jalan, jembatan, dan bahkan pusat kardiologi.
Kecaman pemerintah Cina ( Koran resmi pemerintah Cina, People's Daily) : Jelas-jelas menunjukkan penentangan Beijing atas intervensi Amerika dan sekutunya, dimana tajuk rencana koran itu menyatakan negara-negara yang mendukung serangan ke Libya melanggar peraturan internasional dan menebarkan gejolak baru di Timur Tengah. Tapi, sama halnya dengan Rusia, Cina pun tak memveto resolusi PBB. Kementerian Luar Negeri China lewat juru bicaranya, Jiang yu, menyesalkan serangan tentara multinasional ke Libya, mengingat perkembangan positif sebenarnya sudah terjadi di Libya sebelum serangan terjadi. "Kami sangat menyesalkan serangan ke Libya. Negara kami tak pernnah setuju dengan penggunaan kekuatan bersenjata dalam konteks hubungan internasional. Kami berharap kondisi stabil segera kembali untuk menghindari jumlah korbar sipil yang lebih besar," ujar Jiang Yu.
Pemerintah Kuba - di Havana - Mengutuk keras dua gelombang pengeboman oleh pasukan sekutu, Kementerian Luar Negeri Kuba menuduh negara Barat bertanggung jawab atas terciptanya kondisi yang mendukung agresi militer tersebut, merupakan manipulasi bersama atas Piagam PBB dan kewenangan Dewan Keamanan PBB (kata juru bicara pemerintah Kuba yang dikutip kantor berita Cina-Xinhua).
Pemerintah Jerman : Menentang keras gempuran udara ke Libya. Jerman tidak percaya bahwa serangan udara akan berhasil menyelamatkan warga sipil dan melumpuhkan tentara Qadhafi. "Kami menghitung risikonya," kata Guido Westerwelle mewakili Jerman dalam pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa.
Liga Arab : Mempertanyakan aksi pengeboman udara Libya yang bisa membunuh banyak warga sipil itu. Namun pemimpin Liga Arab, Amr Moussa, kemarin mengatakan Liga menghormati resolusi PBB, sepanjang tujuannya untuk melindungi warga sipil.
Pemerintah Iran menuduh negara-negara Barat yang terlibat dalam agresi militer ke Libya punya maksud lain untuk menguasai ladang minyak di Libya. Hal itu dilontarkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparasi. "Dalam sejarah sudah sangat jelas, keinginan negara-negara menguasai negeri yang mereka tekan selalu memunculkan keraguan terkait niat mereka sesungguhnya. Mereka biasa menggunakan slogan menyesatkan, seolah-olah mendukung rakyat di negeri itu, namun sebenarnya pnya niat tersendiri," ujar Mehmanparast
Dalam kesempatan terpisah, pemimpin umat Katolik dunia, Paus Benediktus XVl, meminta para pemimpin dunia memerhatikan keselamatan rakyat sipil Libya sekaligus memastikan mereka rnemiliki akses pertolongan darurat
Sementara itu, jurnalis dari seluruh dunia yang berdatangan ke Libia tidak mendapatkan kepastian kondisi. hingga kabar serangan pasukan internasional % menghujani beberapa kota di Libia, penjelasan pun tidak diperoleh pers,
Pemungutan resolusi PBB
Perang berkobar setelah Dewan Keamanan (DK) PBB menerbitkan resolusi yang diberi nomor 1973; Kamis (17/3) pekan lalu. Penerbitan resolusi mulus tanpa hambatan. Tidak ada negara yang menentang hanya abstain China, Rusia, Brasil, India, dan Jerman. Sisanya, 10 negara AS, Inggris, Perancis, Lebanon, Bosnia-Herzegovina, Nigeria, Gabon, Kolombia Portugal, dan Afrika Selatan menyetujui.
Yang menarik, dua-dari lima anggota tetap China dan Rusia abstain; tiga anggota tetap As, Inggris, dan Perancis menyetujui. Kelima anggota tetap itu memiliki hak veto, tetapi hak veto itu tidak digunakan China dan Rusia. Mereka memilih abstain dan menyatakan memilih cara-cara damai untuk menyelesaikan krisis Libya dan masih banyak persoalan yang belum terjawab berkait dengan resolusi itu. Itulah sebabnya koran The New York Times menyebut, resolusi itu merupakan momen yang luar biasa pada zaman sekarang.
Dalam pemungutan suara atas resolusi PBB soal larangan terbang di Libya pekan lalu, Jerman memilih abstain bersama Cina, Rusia, India, dan Brasil. Berbeda dengan Inggris dan Prancis yang aktif menggempur Libya, Jerman memilih bergabung dengan negara Uni Eropa lain yang menginginkan sanksi lebih berat untuk pemerintah Libya.
Menurut Jerman, hukuman buat pemerintah Khadafi lebih baik dijatuhkan melalui sanksi yang lebih luas di bidang ekonomi dan keuangan. Selain itu, semua sanksi harus berfokus pada upaya mengakhiri pemerintahan tiran di Libya yang telah berumur 41 tahun.
Massa pro dan oposisi Lybia
Massa oposisi justru bersorak girang dan mencemooh Khadafy kalah setelah kekuatannya dihancurkan koalisi, sebagian kembali ke Benghazi untuk menyusun kekuatan baru melawan Khadafy yang terdesak koalisi, tetapi massa pro-Khadafy pun tidak ketinggalan dengan berpawai keliling Tripoli sambil bersorak dan membunyikan klakson mobil.
Versi Koalisi
Pasukan koalisi Perancis, Inggris, dan AS berkali-kali menegaskan, tujuan serangan bukan untuk membunuh Khadafy meski serangan telah meluluhlan takkan pusat pertahanannya dilumpuhkan armada Khadafy yang telah menewaskan lebih dari 2.000 warga sipil saat memerangi kelompok oposisi.
Jenderal Carter Ham, komandan pasukan AS dalam Operasi Fajar Odyssey, mengatakan, serangan bom dan senjata berat ke Libya dikurangi mulai Selasa. Washington tidak ingin terjebak lagi ke medan perang baru yang panjang, seperti yang terjadi di Irak dan Afganistan.
"Saya kira, kecuali jika terjadi sesuatu yang di luar dugaan dan tidak lazim, kemungkinan kami akan menuruhkan frekuensi serangan ke Libya," kata Ham.
Menteri Luar Negeri Perancis Alain Juppe mengatakan bahwa pemerintahnya berharap rakyat Libya sendiri akan menggulingkan pemimpin otoritarian Khadafy yang sangat mungkin terjadi mengingat kekuatan rezim sudah semakin lemah .
AS juga mengatakan, tekanan selama tiga hari terhadap Khadafy diharapkan sudah merobohkan kekuatannya, AS berharap Khadafy akan mundur itu tujuan kami," ujar Ion Juru Bicara Luar Negeri Departemen Luar Negeri AS, Mark Toner.
Kekuatan Militer Koalisi
Bersumber pada Laporan berita, US Department of Defense Briefings, kekuatan militer koalisi untuk menggempur Lybia yaitu : (a). AS sebanyak 42 jet tempur berpangkalan di Aviano Italia. (b). Jerman dari pangkalan di Stuttgart, mengoordinasi operasi koalisi. (c). Inggris Pesawat Tornado, berpangkalan di Gioia del Colle-Italia dan menyiagakan pesawat Typhoon. (d). Perancis sekitar 20 jet tempur dan lebih dari satu AWACS dikirim dari pangkalan militer Solenzara, Perancis. (e), Sanyol satu pesawat tanker, satu pesawat F-100 Frigate, satu kapal selam, satu pesawat patrol pantai, dan ernpat pesawat jet F-18. (e). Norwegia sebanyak 6 jet tempur F-16. (f). Denmark Sebanyak 6 jet tempur dikirim ke Sigonella- Italia. (g). Belgia sebanyak 4 pesawat F-16 dikirim ke Yunani. (h). Kanada sebanyak 6 pesawat dikirim melalui wilayah utara pantai Libya. (i). Qatar sebanyak 6 jet tempur dan pesawat kargo. (j). Uni Emirat Arab sebuah jet tempur F-16. (k). Italia sebanyak 12 pesawat tempur disiagakan di Trapani, Italia.
Rudal Jelajah Tomahawk
Rudal jelajah Tomahawk seharga Rp5,4 miliar-Rp9 miliar menjadi pilihan utama negara-negara sekutu untuk menyerang Libia. Rudal itu mampu menemukan target secara akurat dengan terbang rendah untuk menghindari radar dengan daya jelajah 2.500 km. Rudal diprogram sesuai dengan koordinat rule dan target yang telah ditentukan sebelum peluncuran. Rudal terbang rendah untuk menghindari radar, menggunakan peta 3-D dan rnenggunakan radar altimeter untuk menghindari tubrukan. Jaringan satelit GPS, dimana 24 safelit memancarkan sinyal radio yang membantu rudal menemukan target.
Keterangan gambar : sebagai ilustrasi yang diambil dari internet
Sumber : Harian Media Indonesia 21/3/2011 dan Harian Kompas 21 & 23/3 dan 3/4/2011, dan tempointeraktif.com 2011/03/22
Bacaan selanjutnya : Perang Lybia (2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar